"Maksudnya?" Widia menoleh kearah Naswa yang berdiri dengan senyuman kecil
Widia maju beberapa langkah dan duduk diatas bumi mendekati tubuh Rizki lagi. Ayu dan Naswa ikut duduk disebelah Widia
"Bagaimana baik-baik aja, liat darahnya sebanyak itu" Widia mendangak dan meneteskan air mata
"Ayoo kita bawa ka iki kerumah sakiiit" Widia merintih sendiri dan menjatuhkan kepalanya di atas bumiNaswa mengelus pundak Widia dan tersenyum kecil, Ayu berpindah tempat di samping kiri Widia. Ayu mendekatkan handphone Aulia ketelinga Widia. Zahra, Nuri dan Aulia menghapus air matanya dan ikut duduk, Hanif dan Azam juga.
"Dengerin ya" Ayu tersenyum mendekatkan handphone Aulia
"Ketika saya menyayangi seseorang saya nggak akan segan membunuh diri saya sendiri untuk orang yang saya sayang" Beeppp
Widia menoleh kearah Aulia dengan tatapan heran, ia berdiri lalu semua ikut berdiri.
"Kamu simpan Voice suara ka Rizki di Handphone kamu?" Pertanyaan Widia membuat semua orang membeku
Aulia melambaikan tangan menolak perkataan sahabatnya itu
"Enggak lah nggak mungkin aku ngelakuin itu ke kamu" Aulia senyum dan meraba paper bag
Ayu mengode pada Nuri dan Zahra untuk kejutan selanjutnya. Nuri mengambil paper bag dan menaruhnya di belakang tubuhnya
"Lebih baik kita bawa Sekarang dia ke Rumah sakit" Azam mendadak bicara "Daripada Mat.."
"Nggakk!" Widia menolak perkataan ka Azam "Ka Rizki nggak boleh pergi, Widia telfon rumah sakit dulu"
Widia melangkah menjauh dari Rizki dan meraih handphonenya tapi Hanif mengambil Handphone Widia dan menatap Widia tajam.
"Nggak usah telfon Rumah sakit" Hanif menukas tajam
"Sok peduli, kita juga udah nelfon duluan" Nuri menyambung dengan suara cibiran
Widia terkejut dan membeku ditempat ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Ia berusaha lupa dengan itu ia duduk diatas tanah dan melihat darah Rizki masih mengucur tapi Ambulance tidak kunjung datang
"Mana ambulance nya? Katanya sudah telfon" suara Widia terdengar cemas
"Sabar Rumah sakit jauh kali" Cibir Naswa
"Siapa tau macet, kalo dia nggak ada udah takdir atuh" Ayu menyambung
Widia semakin murung dan cemas dengan sikap temannya yang sangat aneh ia ingin mendekati ka Rizki tapi ia takut akan di cerca lagi.
Ayu mengedipkan mata pada Azam dan Hanif. Azam dan Hanif mengangkat Rizki berpindah tempat ke saung kecil dekat sana. Aulia dan Zahra diam-diam mengambil paper bag yang berisi kejutan. Ayu dan Naswa menghiasi area situ dengan cepat sedangkan Nuri mengalihkan pandangan Widia.
"Nggak usah sedih. Bentar lagi Ambulance datang" Suara Nuri sangat datar
Widia mengangguk pelan mengiyakan Widia terus menunduk dan ia teringat kejadian 2 hari yang lalu saat ia masih di Cafe bersama Rizki.
"Secepat ini kah kebahagiaan kita berlalu ka?"
"Kaka nggak boleh pergi, Widia khawatir kaa. Nggak boleh pergii"
Widia menangis semakin deras, Nuri terlihat cemas dengan Widia yang masih saja menangis. Nuri menyodorkan tissue dengan wajah ia datar-datarkan
Widia mengambilnya tanpa menoleh kearah Nuri. Nuri melihat kearah sekitar sudah tidak ada lagi bercak darah bahkan suasana sudah dipenuhi balon dan crep indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Segitiga
Teen FictionCerita ini adalah cerita tentang seorang pria tampan, cool, cerdas, cuek dan terpandang yang menaruh hati pada adik kelasnya namun ketika seorang gadis juga menyukainya sejak itulah tantangan cinta mereka semakin bertambah dan sebuah penyiksaan bagi...