Perasaan aneh mulai menjalar di sekujur tubuh keduanya, detak jantung keduanyapun semakin kencang bertalu-talu bagai genderang perang tak dapat terkendali, ada rasa hangat dan manis di dalamnya.
"Rasa itu, rasa aneh itu kembali lagi. Mungkinkah aku benar-benar sudah mencintainya dan hatiku sudah memilihnya untuk menjadi bagian dari hidupku??" batin Alina bergemuruh.
Keduanya saling terpaku dalam diam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Alina, mungkinkah sekarang kau sudah menyadari semua perasaanku selama ini pada mu itu benar-benar tulus??" gumam Rayeen dalam hati.
"Alina, aku sangat mencintai mu dengan setulus hatiku dan tak ingin kehilangan mu sampai kapanpun," gumam Rayeen pelan namun Alina masih bisa mendengarnya.
Mata keduanya pun saling bertemu, sama-sama menyiratkan hasrat cinta yang mendalam membuat mereka terbawa suasana dan perlahan mulai menautkan bibir-bibir indah mereka satu sama lain dan memainkannya dengan lembut.
Dalam hati Rayeen ingin menjelajahi seluruh tubuh Alina dengan kecupannya seperti dulu, namun dia segera mengurungkannya karna teringat pesan dokter yang mengharuskan Alina beristirahat dan tidak boleh lelah, perlahan Rayeen melepaskan tautannya dan menatap Alina yang berada di depannya dengan tatapan yang tak biasa.
"Tatapannya kali ini aneh sekali, terlihat penuh cinta namun tak ada nafsu di dalamnya seperti dulu waktu pertama kali dia menyentuhku," Alina menatap Rayeen dengan heran.
"Ray kau kenapa, ada apa??" Alina membuka mulutnya mencoba bertanya.
"Tidak ada apa-apa," Rayeen beranjak dari tempatnya dan duduk disofa di samping Alina berbaring.
"Benar kau tidak apa-apa?? Apa kau merasa sakit??" Alina kembali bertanya dengan khawatir sambil membetulkan letak bajunya yang sempat berantakan karna Rayeen, Alina duduk disamping Rayeen yang kini tengah melamun tanpa sebab.
"Rayeen ada apa, kenapa kau diam saja?! Apa kau sakit?? Apanya yang sakit?!" Alina terus-terusan bertanya dengan khawatir namun tak ada jawaban dari Rayeen yang hanya terpaku dalam diam.
"Rayeen bicaralah, kau kenapa?? Jangan membuat ku khawatir," Alina masih penasaran karna Rayeen masih enggan membuka mulutnya dan bicara.
Alina terus mendesak agar Rayeen mau bicara dan ke khawatirannya cepat menghilang, karna baginya rasa khawatir itu menyesakkan dan itu sakit rasanya. Alina tidak mau merasakan itu, terlebih ia sudah berkali-kali di buat khawatir oleh orang-orang terdekatnya dan ia tidak mau merasakannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
General FictionWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...