Chapter 20 (Semuanya Demi Cinta)

1K 56 5
                                    

Happy reading..

•√• •π• •√•
•√•


Dua hari adalah waktu yang Sulian berikan pada mereka dan kini batas waktu itu akan segera berakhir, tepatnya satu hari lagi.

Sulian sedang berada di rumah sakit, hampir setiap hari ia berada di sana menemani Vinna yang kini masih terbaring lemah dalam keadaan koma. Meski dokter mengatakan bahwa Vinna akan baik-baik saja dan keadaannya pun sudah stabil tapi Sulian masih saja berada di sana sepanjang waktu tanpa kenal lelah.

Kekeras kepalaannya membuat Dokter dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa selain terus mengingatkan padanya untuk beristirahat dan terkadang dokter memberinya suntikan vitamin agar kondisi kesehatannya tetap terjaga. Awalnya ia menolak tapi setelah tau itu bentuk cinta dan perhatian dari Aston suaminya ia pun sedikit luluh, ya--walaupun ia masih sedikit marah dan mengutuknya tapi ia masih menghargai ketulusan hati suaminya itu.

Terkadang cinta memang membutakan dan ia sendiri pun merasakannya, meski terkadang ia sadar cinta juga tidak harus saling memiliki tapi untuk kali ini ia tak mau mengerti bahkan menutup mata dan telinga. Rasa sayangnya terhadap Vinna jauh lebih besar dari apapun, jadi tak ada masalah baginya jika ia harus menutup hati nuraninya sendiri.

"Apa yang sedang kau pikirkan??" tanya Aston sang suami saat memasuki ruangan Vinna, ia kemudian duduk di sebelah istrinya menghadap tubuh Vinna yang terbaring koma.

"Tidak ada," bohong 'nya.

"Apa kau sudah makan??" tanya Aston kembali mencoba mengalihkan perhatian Sulian dari tubuh Vinna.

Tanpa menoleh Sulian menjawab. "Kau urus saja dirimu sendiri, jangan pedulikan aku ataupun Vinna," ketusnya.

"Baiklah terserah kau saja," Aston menyerah ia tak lagi membujuk atau berbasa-basi karna pasti akan percuma. "Besok aku akan berangkat lagi ke Italia dan menetap selama satu minggu atau lebih, tergantung selesai tidaknya pekerjaan itu. Aku harap kau bisa menjaga diri mu sendiri untuk sementara waktu."

Sulian menatap sang suami dengan garang. "Itulah kamu, Vinna tengah terbaring koma kau malah ingin pergi dan terus saja urusi bisnis mu itu jangan lagi pedulikan kami yang selama ini memang tidak ada artinya bagi mu," Sulian tak dapat lagi membendung air matanya, ia menangis sejadi-jadinya.

Dadanya terasa sesak mendengar perkataan orang yang ia harapkan akan selalu ada untuknya dikala ia sedang sedih dan terpuruk seperti ini, tapi semua itu hanya khayalan semata karna nyatanya meskipun orang itu ada tapi seperti tidak ada. Sulian menyayangkan itu, kenapa dulu ia bisa jatuh cinta pada orang seperti ini bahkan sampai sekarang.

Aston memegang erat kedua tangan Sulian, ada sirat kesedihan di matanya. "Bukannya begitu, aku tau semua ini bukanlah waktu yang tepat untuk aku pergi tapi harus bagaimana lagi, aku harus tetap pergi karna jika di tunda-tunda semuanya akan semakin kacau. Proyek pembangunan di sana bukanlah proyek main-main ataupun proyek biasa yang jika gagal hanya rugi beberapa dollar tapi milyaran dollar, ini proyek besar kau harus mengerti itu." Aston menghela nafas berat suaranya melunak. "Jika proyek ini gagal maka semuanya akan berakhir dan kita semua akan hidup menjadi gelandangan apa kau mau seperti itu??" Aston menjelaskan meski ia tak tau apa penjelasannya itu berguna atau tidak yang penting ia sudah menjelaskannya, selebihnya terserah pada Sulian mau mengerti atau tidak.

"Terserah kau saja," akhirnya Sulian malas untuk berdebat. Dan begitulah sifatnya, selalu tak mau mengerti, egois, dan maunya menang sendiri. Sebenarnya Aston pun sudah bisa menebaknya dan ia sudah terbiasa dengan semua sifat jelek istrinya itu.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang