Chapter 33 (Kebebasan Di Depan Mata)

726 31 1
                                    

•√• 🐾 •√•
🐾

Tanpa halangan yang berarti Rayeen berhasil membawa Arini pergi dari rumah sakit tanpa di curigai siapapun, lagi pula pihak rumah sakit sudah di beritahu dan mereka berjanji untuk tidak mengadukan'nya pada Barry karna tuntutan Rayeen dan Mario.

Pihak rumah sakit tidak ingin berurusan dengan hukum, apa lagi dengan orang-orang yang berpengaruh seperti mereka. Dan untuk Barry, meski ia tak bisa di bilang orang biasa tapi mereka bisa melawan'nya karna memang ia salah karna sudah menyalahi aturan.

Lagi pula ia tidak bisa melibatkan pihak rumah sakit yang tidak bertugas untuk menjaga pasien tertentu dua puluh empat jam, kecuali kalau pasien itu dalam keadaan darurat atau dalam masa karantina baru mereka akan menjaganya selama satu kali dua puluh empat jam setiap harinya.

"Misi berhasil, target sudah di tangan." seru Rayeen pada semua dan beralih pada Julian. "Suruh anak buah mu berjaga dan menyebar di setiap sudut rumah sakit untuk melengkapi misi, jangan biarkan siapapun mengikuti. Aku dan kak Arini akan ikut mobil Mario dan Kevin karna mobil mereka lebih dekat dengan jangkauan, sampai bertemu di rumah ku."

"Di mengerti!! Kami akan menunggu," jawab Julian sekaligus yang lain'nya.

Sambungan terputus saat Rayeen dan Arini hampir sampai di depan mobil Mario dan Kevin, membuat Rayeen bergegas membawa Arini. Rayeen tau semuanya hampir berjalan dengan lancar kalau saja orang berbaju serba hitam itu tak menghalangi jalan mereka lagi.

"Ada apa lagi?? Kenapa kau selalu mengganggu urusan kami, apa masalah mu??" geram Rayeen marah sambil mencengkeram baju pengawal Hans.

Tatapan keduanya bertemu tapi Hans tidak terpancing emosinya meski orang di depan'nya terlihat sangat marah, ia dengan sabar menjelaskan. "Sabar dulu, aku tidak bermaksud jahat pada kalian. Percayalah, aku tidak seperti apa yang kalian pikirkan."

"Lalu apa mau mu?? Waktu kami tidak banyak, jangan buat rencana kami gagal." Rayeen masih tak melepaskan cengkeraman tangan'nya dari baju pengawal Hans.

Hans melirik Arini yang terlihat kelelahan. "Aku hanya ingin tau, kalian akan membawa nona Arini kamana??" tanya Hans serius.

"KAU!! Dasar idiot," Rayeen ingin memukul pengawal Hans tapi di tahan Arini.

"Sudahlah Ray, jangan pedulikan dia. Sebaiknya kita cepat pergi sebelum ketahuan," ajak Arini sambil menarik tangan Rayeen pergi.

"Arini, aku mohon beritahu aku kemana kau akan pergi?? Buat hati ku tenang melepas mu," Hans memohon, ada ketulusan di matanya dan ia sudah tak lagi bersikap formal.

Mungkin ini terlihat bodoh dan tidak masuk akal bagi orang lain tapi entah mengapa ia sangat merasa terganggu dengan kepergian Arini, apakah ia menyukainya?? Sejak kapan?? Ia sendiri tidak yakin.

Arini menoleh. "Untuk apa aku memberitahu mu?? Apa agar kau bisa melaporkan'nya pada Barry tuan mu, begitu??" cibir Arini mencari kebenaran.

"Bu-bukan begitu, a-aku hanya..."

"Sudahlah kak tidak usah dengarkan ucapan'nya, kita pergi." Rayeen tau orang ini pastinya menyukai Arini karna dari tatapan matanya yang penuh cinta ia bisa yakin.

"Sebaiknya kau cepat pergi, jangan sampai Barry memergoki mu bersama kami. Hidup mu dan keluarga mu akan terancam bila ia melihatnya," Arini berjalan pergi menyusul Rayeen yang selangkah di depan'nya.

Baru saja Hans ingin menghalanginya ketika ia melihat Mario datang, ia tau siapa Mario dan mulai merasa lega karna dengan melihat Mario itu berarti ada harapan untuknya bisa melihat dan bertemu Arini lagi.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang