•√• •π• •√•
•√•Mario dengan cepat memasuki ruangan Arini dan langsung menghampirinya yang sedang duduk di dekat jendela menatap jauh ke pepohonan.
"Kakak cantik," sapa Angel pada Arini.
Arini tidak merespon sepertinya ia tengah melamun. Angel langsung terdiam ia merasa kalau Arini tengah mengabaikan'nya.
"Kakak, apa kak Arini marah pada ku??" tanya Angel pada Mario.
"Tidak sayang, sepertinya ia tengah melamun. Ayo coba menyapanya kembali," ajak Mario yang di angguki Angel.
"Kakak Arini apa kabar??" sapa Angel kembali, kali ini ia berada tepat di sampingnya dan memegang tangan'nya yang hangat.
Entah mengapa setiap kali ia berada di dekat Arini, sel saraf di otaknya selalu berjalan dengan baik dan lancar tak seperti biasanya yang selalu lamban. Arini yang menyadari kehadiran'nya langsung tersadar dari lamunan'nya.
"Angel sayang kenapa kau bisa ada di sini??" Arini heran sambil mengelus pipi Angel lembut.
Angel hanya tersenyum sambil melirik ke arah Mario yang berada di dekat pintu.
"Kak Arini, senang bertemu dengan anda kembali," sapa Mario sambil mendekat.
"Mario?? Bagaimana kalian bisa masuk kemari?? Bukankah di luar__" Arini bingung.
"Kakak tidak usah khawatir, mereka tidak bisa macam-macam pada kami. Karna bila itu terjadi maka sama saja dengan menggali kuburan mereka sendiri," Mario membanggakan diri.
Arini mengernyitkan dahinya tak mengerti.
"Aku tau kakak tidak mengerti tapi yang pasti mereka termasuk bawahan keluarga kami juga meski nama belakang kami berbeda tapi kami masih bagian dari keluarga besar yang menaungi mereka," jelas Mario sesingkat mungkin.
"Iya kak, jadi kakak tidak perlu khawatir kalau mereka memperlakukan kami dengan kasar," Angel ikut menjelaskan.
"Tapi, mereka berada dalam perintahnya Barry. Apa kalian masih akan baik-baik saja??" Arini masih khawatir, ia tau Barry itu seperti apa. Meski ia hanya bertemu beberapa kali dengan'nya tapi Arini yakin kalau Barry orang yang keras kepala dan egois.
"Tenang saja kak, kalau sampai itu terjadi maka penjara menantinya. Jadi Barry akan memikirkan'nya berkali-kali jika ingin menyakiti kami," Mario tersenyum misterius membuat Arini yakin kalau apa yang Mario bicarakan mendasar.
"Kalau begitu aku tidak akan khawatir lagi," Arini tersenyum hangat dan mencubit pipi Angel gemas.
Ketegangan berubah menjadi kehangatan kembali, obrolan demi obrolan terus berlangsung sampai Mario memberikan Arini sepucuk surat ke tangan'nya dan Arini langsung menyimpan'nya di sakunya. Ia tau isi dalam surat itu pastilah sangat penting jadi ia menyimpan'nya seaman mungkin.
"Kakak, aku titip salam untuk Alina. Semoga ketika ia kemari kami bisa bertemu lagi," Mario pamit pergi bersama Angel karna hari sudah semakin sore dan mereka tidak mungkin berada di sana sepanjang hari.
Mario tau ia tak bisa sepenuhnya percaya pada para pengawal itu, meski di dalam kamar Arini tidak ada kamera pengintai tapi Mario yakin ada alat lain yang di simpan di kamar ini, seperti alat penyadap. Jadi ia harus berhati-hati karna sekali saja ia lengah maka mereka akan memberitahu Barry dan rencana yang di susun pun akan gagal.
Selama Arini dan Angel bicara Mario berkeliling kamar mencari alat itu dan tanpa menghabiskan banyak waktu ia sudah menemukan letak di mana alat itu di tempatkan. Tadinya Mario ingin melepas alat itu dan menghancurkan'nya berkeping-keping, tapi tidak jadi karna ia takut mereka curiga jadi ia mengurungkan'nya dan menundanya sampai hari pembebasan Arini di lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
General FictionWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...