Chapter 16 (Ke Khawatiran Yang Berlebihan)

1.4K 63 24
                                    

•√• •π• •√•


Di rumah Alina.

"Ttookkk.. Ttookkk.. Ttookkk.." Alina mengetuk pintu dengan gelisah. "Kak Arini apa kakak sudah tidur??" tanya Alina di depan pintu kamar Arini.

"Masuklah sayang, kakak belum tidur dan pintunya juga tidak dikunci," jawab Arini dari dalam yang langsung di terobos Alina ketika tau pintunya tidak di kunci. Alina langsung memeluk Arini yang sedang membereskan pakaiannya kedalam lemari.

"Alina sayang ada apa?? Kenapa tiba-tiba memeluk kakak seperti ini??" Arini heran.

"Kakak, aku sangat mencintai Rayeen tapi aku takut tak bisa bersamanya karna keluarganya pasti menentang hubungan kami. Apa lagi sekarang aku tau kalau kakak dan kakaknya Rayeen juga berhubungan, apa yang harus aku lakuan kak?? Aku tak begitu nyaman dengan hubungan kita ini," Alina menangis di pelukan Arini dengan khawatir.

"Sayang.. Kakak juga sebenarnya khawatir dengan semua ini tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, kita tunggu saja apa yang akan mereka lakukan selanjutnya pada hubungan ini. Kakak yakin mereka tidak akan setega itu mencampakkan kita," ucap Arini pasrah namun penuh keyakinan.

"Apa maksud mu kak?? Kenapa kakak bisa begitu pasrah dengan keadaan ini?! Kita harus minta kejelasan tentang hubungan ini pada mereka kak bukan diam saja seperti orang bodoh. Kakak harus bicara pada kak William secepatnya dan aku akan bicara pada Rayeen," saran Alina.

"Bukannya kakak diam saja, Alina. Hanya saja kakak terlalu percaya padanya sampai-sampai kakak tidak bisa berpikir lagi harus bagaimana, jadi kakak pasrahkan saja semuanya itu padanya," tutur Arini bingung. Tak terasa air matanya mulai mengalir dengan deras.

"Kak aku takut, benar-benar sangat takut kalau suatu saat nanti Rayeen akan meninggalkan ku. Aku juga takut kalau aku hamil karna Rayeen sudah berhasil merenggut kesucian ku kak," jujur Alina penuh penyesalan sambil terus memeluk Arini dengan erat yang di sambut elusan lembut dari Arini.

"Kakak juga merasa sangat takut Alina, takut kalau semua itu akan terjadi. Asal kau tau apa yang kau rasakan saat ini kakak juga ikut merasakannya karna William juga sudah merenggut kesucian kakak. Jadi kakak tidak bisa marah pada mu apapun yang terjadi," batin Arini juga penuh rasa penyesalan.

Arini menghapus air matanya. "Sudah-sudah sebaiknya kita istirahat, karna kakak sudah sangat lelah. Ayo kembali ke kamar mu," Arini memecah suasana.

Alina menghapus air matanya dengan kasar. "Tidak, aku tidak mau tidur di kamar ku. Aku mau tidur di sini bersama kakak," pinta Alina manja.

Melihat Alina bersikap seperti itu, membuat Arini gemas dan mencubit hidungnya pelan. "Kau ini manja sekali. Ya sudah, sebaiknya kita tidur karna aktifitas esok hari pasti akan lebih melelahkan," merekapun tidur bersama sambil berpelukan.

•√• •π• •√•

Pagi kembali menjelang.
Mentari pagi sudah menunjukan kehangatannya, sampai gelapnya malam perlahan pergi menjauh menyisakan kabut tipis yang kian memudar membuat pagi ini sedikit basah karna embun pagi yang mulai berjatuhan.

"Ray, malam ini kau tidak sibuk kan??" tanya William sambil menyeruput secangkir teh ke sukaannya.

"Tidak kak, ada apa??" Rayeen penasaran.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang