Chapter 12 (Hukuman)

2.7K 77 1
                                    


Alina keluar dari ruang perpustakaan menuju kantin untuk membeli sesuatu sebelum pulang ketika Rayeen mengagetkannya dari belakang dan tanpa basa basi langsung membawanya kesuatu tempat.

"Rayeen!! Kita mau kemana??" tanya Alina heran namun tak dijawab oleh Rayeen yang semakin cepat melangkahkan kakinya menyeret Alina.

"Ray kau kenapa, apa yang terjadi?? Ray lepaskan tangan ku, ini sakit!!" Alina kesakitan karna Rayeen mencengkram pergelangan tangannya dengan begitu kuat, namun Alina masih tetap tenang dan mencoba melepaskan diri.

"RAY..!!" Alina berhasil melepaskan tangannya dari cengkraman Rayeen dan menghempaskannya ke udara membuat Rayeen sedikit tersentak.

"Kau ini kenapa?? Kenapa tiba-tiba kasar sekali??" Alina geram sambil memegangi tangannya yang sakit dan bahkan memerah, terlihat jelas bekas cengkraman Rayeen di permukaan tangannya.

"Kau ini cerewet sekali, ikuti saja." Rayeen ingin menggenggam tangan Alina kembali namun tak berhasil karena Alina keburu menghindar, membuat Rayeen semakin marah dan melampiaskannya dengan mencium bibir Alina dengan kasar hingga tersudut di dinding dekat gudang.

"Eeuumph.. Rayyy!!" Alina meronta, memukul-mukul dada bidang Rayeen yang masih menciumnya dengan amarah namun perlahan ciuman itu berubah menjadi penuh nafsu dan melepasnya sebentar untuk menghirup udara.

"Jangan salahkan aku, Alina. Jika aku bersikap kasar pada mu hari ini, karna semua ini adalah salah mu sendiri jadi terima saja," jelas Rayeen penuh amarah.

"Apa maksudmu?? Aa.. Eeuumph.." Alina sudah tidak bisa melanjutkan lagi perkataannya karna Rayeen langsung membungkamnya dengan tautan di bibirnya yang menggebu-gebu.

Perlahan Rayeen membawa Alina masuk kedalam gudang yang kebetulan tak dikunci karna pintunya sedikit terbuka, bahkan disana sudah ada matras usang bekas seni olahraga akrobatik tersimpan rapi di sudut ruangan seakan-akan sudah tau kalau hari ini mereka akan bercinta disini. Rayeen merebahkan Alina diatas matras dengan sedikit kasar dan bergegas menutup pintu lalu menguncinya dari dalam.

Rayeen menghampiri Alina yang kini terlihat sedang menatapnya heran juga sedikit ketakutan dengan apa yang ia lakukan, tapi Rayeen tak menghiraukannya malah langsung menerkamnya dan mencumbunya kembali dengan kasar tanpa ampun. Alina tampak kewalahan bahkan langsung terangsang, yang tadinya tak ingin menjadi ingin.

"Ray!! Aku mohon jangan lakukan itu lagi, eeuumhp.. kalau aku hamil bagaimana?? Aku belum siap menjadi.. Aaakh.. seorang ibu. Aku masih ingin menyelesaikan kuliah ku dan menjadi orang yang sukses," racau Alina dalam kenikmatan sedangkan Rayeen masih dalam aksinya yang sekarang tengah bermain dengan buah dada Alina, sesekali meremasnya dan mengulumnya dengan penuh nafsu.

"Eeuumpt.. Ray, kau mendengarku tidak?? Heeuuhhmmz.." Alina bertanya di sela-sela desahannya yang semakin terasa kuat karna Rayeen kini tengah berada di antara kedua kakinya di selangkangan. Mencium, menjilat dan memainkan sesuatu miliknya dengan lidah membuat Alina tak tahan lagi meminta Rayeen untuk segera mengeksekusinya sekarang juga, melupakan segala penolakan yang ia lontarkan beberapa saat yang lalu.

"Kau tenang saja, aku tidak akan semudah itu membuat mu hamil, Alina. Karna aku belum puas bermain dengan mu. Dan mungkin takan pernah puas," Rayeen menyeringai penuh obsesi.

Penyatuan pun dilakukan dengan kasar dan penuh amarah hingga klimaks menghampiri keduanya berkali-kali membuat keduanya terbaring lemas penuh keringat kepuasan.

"Hukuman mu hari ini sudah selesai, jika lain kali kau melakukan kesalahan yang membuat hati ku sakit dan hancur lagi, aku tidak akan segan-segan membuatmu seperti ini lagi. Bahkan akan aku pastikan lebih parah dari ini," ancam Rayeen yang kini sedang memakai pakaiannya.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang