Chapter 14 (Kisah Masa Lalu: Part 2)

1.4K 65 20
                                    

•π•π•π•

Alina melihat Rayeen berhenti berbicara, seakan memberinya kesempatan untuk bersuara dan dengan ragu-ragu ia bertanya.

"Kalau kau begitu mencintainya kenapa kau tidak menikahinya, Ray?? Meskipun dia sudah ternoda setidaknya dia memiliki mu yang bisa dia andalkan," Alina masih tak habis pikir.

Rayeen terlihat gusar. "Karna semuanya tak semudah apa yang kau pikirkan, Alina. Aku sudah mengupayakan banyak hal untuk menikahinya tapi selalu gagal, sekuat apapun kami mencoba dan berjuang bersama tetap saja kami tak dapat bersama," jujur Rayeen penuh penyesalan.

Alina mengernyit tak mengerti sebelum kembali bertanya. "Lalu dimana Elvia sekarang?? Apa dia baik-baik saja dan hidup bahagia??"

Alina tak memperhatikan ekspresi di wajah Rayeen yang tiba-tiba semakin menggelap. Ia hanya terus bertanya dan bertanya karna tingkat ke penasaranan'nya yang begitu besar tanpa memperhatikan dan bahkan melupakan perasaan yang di rasakan lelaki di sampingnya itu seperti apa.

Mendengar pertanyaan demi pertanyaan Alina, Rayeen hanya bisa menahan rasa sakit di hatinya kala teringat kejadian mengerikan itu yang kini terus terulang dalam ingatannya seperti gumpalan benang kusut. Ia pun dengan berat hati melanjutkan ceritanya.

•√•
_Flashback On_

Dua bulan pun berlalu.

Semenjak Elvia keluar dari rumah sakit, Rayeen dan Elvia terus saja mencari bukti-bukti dan sempat mendatangi rumah Barry. Tapi sayangnya Barry tidak ada di rumah karna beberapa bulan yang lalu ia mendadak harus pergi ke luar negeri untuk mengurusi bisnis ayahnya.

Seketika semuanya terasa gelap bagi Elvia, harapan yang selama ini mereka gantung setinggi mungkin kini telah jatuh dan hancur berkeping-keping karna tak ada satupun tambahan bukti yang terkumpul selama dua bulan ini, seakan takdir selalu tak berpihak pada Elvia.

Elvia menangis, ia terus saja mengutuki dirinya sendiri dengan orang-orang keji itu. Ia sudah tak tahan lagi dengan cobaan berat ini. Rayeen memeluknya, seakan beban berat itu akan sedikit ringan jika ia memeluknya dengan erat.

"Tak apa Elvia, semuanya akan baik-baik saja. Jika bukti-bukti itu tak kunjung di temukan aku akan menikahi mu," ucap Rayeen tulus.

Elvia mendongak menatap pria di pelukannya lekat-lekat, pria itu tak balik menatapnya malah mata itu terlihat kosong dan hampa. Seketika ia sadar meski pria itu mengatakannya dengan tulus tapi ia merasa itu tidak benar.

"Tidak, Ray. Aku tidak ingin kau bertanggung jawab dengan apa yang tidak kau perbuat, jika itu terjadi maka aku akan merasa bersalah seumur hidup ku," Elvia menolak.

"Tak apa, aku akan tetap bertanggung jawab karna aku memang mencintai mu, Elvia."

Jujur, Elvia tersentuh dengan ketulusan Rayeen yang ingin bertanggung jawab padanya, meski sedikit berat tapi Elvia mencoba tegar dan mengikuti apa yang hatinya dan hati Rayeen inginkan.

"Besok aku akan mengajak mu kerumah untuk meminta restu dan membicarakan pernikahan kita," Rayeen mengelus puncak kepala Elvia sayang, sedangkan Elvia hanya bisa mengangguk mengiyakan.

•√•


Ke esokan harinya.
Rayeen benar-benar membawa Elvia kerumahnya, tapi sayang semuanya tak berjalan dengan apa yang mereka inginkan. Ayah dan ibu tirinya menolak Elvia mentah-mentah dan bahkan Vinna sang adik tiri menghinanya dan menceritakan semua kejadian mengerikan itu kepada ayahnya dengan gamblang dan sedikit mengada-ada.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang