•√• •π• •√•
Di rumah kediaman Dafandra. Vinna tengah mondar-mandir seperti setrikaan menunggu kedua kakak tirinya datang, meski ia tak begitu yakin mereka akan datang tapi tetap saja ia terus menunggu di sana."Sayang, bisa tidak kamu tenang dan duduk di sini bersama mama?? Mama pusing lihat kamu mondar-mandir kesana kemari seperti itu," Sulian sedikit mengomel.
Vinna ingin menjawab tapi ia mendengar suara mobil di luar, jadi tak ia lanjutkan.
"Sepertinya itu kak William dan kak Rayeen, aku akan membuka pintu," Vinna berlari membuka pintu.
"Lama sekali membukanya, membuat ku kesal saja," omel William. Padahal ia baru saja sampai dan tak menunggu lama, tapi setelah melihat Vinna yang membuka pintu mood'nya jadi semakin jelek.
"Maaf.." Vinna mempersilahkan William masuk sambil celingak-celinguk. "Oiya kak, dimana kak Rayeen?! Apa dia tidak datang bersama mu, apa dia nanti menyusul??" tanya Vinna heran.
"Kau ini cerewet sekali membuat ku pusing saja," ucap William risih. "Rayeen tidak bisa datang dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya," lanjut William ketus membuat yang bertanya langsung diam dan tak berani lagi bertanya.
"Selamat datang di rumah kami. Ayo sayang silahkan duduk," Sulian berbasa-basi sambil menyusun makanan di meja makan.
"Tidak usah berbasa-basi ataupun sok baik seperti itu pada ku. Aku tau apa yang kau pikirkan jadi berhentilah sok manis seperti itu," nada bicara William masih ketus. Dari dulu ia tak suka dengan sepasang anak dan ibu ini.
"Kau ini bisa bicara sedikit sopan tidak dengan ibu mu?? Kenapa bicara kasar seperti itu?? Ayah tidak pernah mengajarkan mu bersikap seperti itu," omel Aston sang ayah.
"Aakh sudahlah, aku tidak ingin bertengkar," William melipat tangannya di dada. "Langsung saja, ada apa ayah menyuruh ku dan Rayeen kemari?? Aku tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama di sini."
Berada di rumah ini lagi, suasana hatinya benar-benar tidak bagus. Ia ingin pergi dari rumah sialan ini sesegera mungkin.
"Jangan bicarakan itu sekarang, sebaiknya kita makan dulu, setelah itu baru kita bicarakan lagi." Sulian memotong pembicaraan mencoba mencairkan suasana yang semakin kaku.
"Iya ayah, kak Will. Sebaiknya kita makan saja dulu setelah itu baru kita lanjutkan lagi pembicaraannya setelah selesai makan," sambung Vinna sambil memegang tangan William dan mendudukannya di kursi.
Kecanggungan pun mendera beberapa saat, tak ada yang membuka suara. Hanya ada suara dentingan garpu dan sendok saling beradu memecah keheningan.
"Dimana adik mu Rayeen, kenapa tidak datang kemari??" Aston sang ayah yang bertanya, ia baru menyadari kalau Rayeen tidak datang.
"Dia sedang sibuk akhir-akhir ini jadi tidak bisa datang," jawab William singkat.
"Anak manja itu punya kesibukan?! Ckckk, memangnya sibuk apa dia??" gumam Sulian dalam hati.
"Dasar anak manja, apa kebiasaan buruknya masih tidak hilang juga?! Sampai-sampai dia lebih mementingkan hal seperti itu dari pada keluarganya," Aston marah. "Sepertinya mulai dari sekarang aku harus bertindak agar dia tidak se'enaknya lagi seperti ini. Dan kau, agar kau tidak membangkang sepertinya aku akan menikahkan mu dengan Vinna secepatnya," lanjutnya mutlak.
Tadinya William tidak ingin berdebat ataupun bertengkar dengan ayahnya tapi kali ini ayahnya sudah benar-benar keterlaluan, jadi ia pun ikut marah. Lagi pula semenjak ia menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, suasana hatinya sudah sangat buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
Ficción GeneralWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...