Chapter 46 (Donor Hati)

546 38 1
                                    

√• 🐾 •√•
🐾


Dua bulan kemudian...

Meski semua kejadian itu sudah berlalu tapi bagi Rayeen itu masih terasa seperti kemarin, ia tidak pernah menyangka kalau orang yang dulu ia anggap akan menjadi penghalang cinta sang kakak pada akhirnya malah membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.

Dengan rela ia mendonorkan hatinya untuk sang kakak sampai operasi pencangkokan selesai, kini sudah hampir satu bulan lebih paca operasi dan tidak ada tanda fatal yang terlihat, tapi William masih belum juga membuka matanya.

Mereka harus menunggu beberapa hari lagi untuk memastikan kalau hati baru itu berfungsi dengan baik atau tidak sebelum mengatakan operasinya berhasil dan William di nyatakan sembuh.

Di depan'nya William masih menutup matanya, tak tau sampai kapan ia akan seperti itu. Tangan'nya yang dingin tak juga menghangat, bahkan penghangat di ruangan pun tak berarti apa-apa untuknya. Tubuhnya masih kaku di tempat tidur, meski detak jantungnya stabil dan ia seperti sedang tertidur tapi nyatanya ini adalah masa-masa krisis baginya.

Mereka harus lebih sabar menunggu jika ingin semuanya berjalan dengan lancar dan semestinya. Hati baru itu sedang dalam masa penyesuaian dan semoga saja tidak ada masalah ke depan'nya jika hati itu sudah menerima menjadi bagian dari organ tubuh William.

"Ray, kau masih di sini??" sapa Arini dari belakang.

Rayeen mengangguk, sungguh berat rasanya untuk membuka mulutnya hanya untuk sekedar menjawab. Bukan'nya apa-apa, hanya saja ia terlalu lelah untuk bicara. Menunggu dan menanti sesuatu yang belum pasti itu sangat melelahkan dan bahkan menguras kesabaran.

William sudah mendapatkan donornya, lalu kenapa ia masih harus menunggu?? Terus menerus menunggu membuatnya muak dan mati rasa, kesedihan dan kesenangan apa itu?? Ia sudah tidak dapat merasakan'nya lagi.

Dulu mungkin air matanya masih ada, tapi sekarang?? Sepertinya air mata itu sudah hilang bersama kesakitan yang ia derita selama ini.

"Sebaiknya kau pulang, Alina menunggu mu di rumah."

"Tapi aku masih ingin di sini, menunggu kak William terbangun."

"Ray kau tak bisa seperti ini terus," Arini mengelus pundaknya lembut. "Aku tau kakak mu ini sangat berarti bagi mu, dan Alina, sedari kemarin dia menunggu mu dengan cemas di rumah." melihat Rayeen hanya terdiam, Arini melanjutkan. "Bukankah dia juga berarti bagi mu?? Pulanglah, temui dia sebentar untuk menenangkan hatinya." meski ia tau Alina bisa kerumah sakit jika ia mau, tapi Alina tidak melakukan'nya itu berarti sudah waktunya Rayeen pulang dan beristirahat.

Semenjak Rayeen pulih satu bulan yang lalu ia tak seharipun meninggalkan ruangan William, ia terus berada di samping William sang kakak membuat Arini tak kuasa melarangnya.

"Aku mengerti," ucap Rayeen datar. "Kak Arini, aku titip kak William. Kabari aku jika kak William membuka matanya," Rayeen pamit pulang.

"Itu pasti, pulang dan istirahatlah dengan nyaman. Ada aku di sini yang menjaga kakak mu," Arini mengantar Rayeen sampai depan pintu. "Hati-hati di jalan!!" Rayeen mengangguk.






√• 🍃🐾🍃 •√•






[ Kencana Village - Rumah Rayeen dan William ]

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang