Chapter 45 (Pengorbanan)

457 28 1
                                    

√• 🐾√•
🐾


Di sebelah selatan hutan belantara, Rayeen dan Alina masih terus mencari jalan keluar. Mereka di beritahu Davi sebelumnya kalau titik temu semuanya berada di dekat lereng gunung dan itu masih lumayan jauh dari tempat mereka berada, karna lereng gunung berada di sebelah timur hutan.

Kompas yang Davi berikan masih berfungsi dengan baik tapi entah mengapa mereka merasa langkah mereka tidak menunjukkan kemajuan. Lelah mendera dan langkah pun semakin berat, keduanya menyandarkan tubuh mereka di batang pohon yang tumbang untuk beristirahat sejenak.

"Apa kau haus??" tanya Rayeen pada Alina.

"Aku haus, tapi di mana kita akan mendapatkan air??" Alina menatap Rayeen menunggu jawaban.

"Tadi aku melihat ada pohon tebu di dekat sini, aku akan mengambilnya."

"Biar aku saja," tawar Alina.

"Tidak, kau tunggu saja di sini." Rayeen ingin pergi saat Alina mencegahnya.

"Ray, kau sedang terluka."

Rayeen terlihat sedikit kesal. "Lalu kenapa bila aku terluka?? Aku masih bisa mengambilnya."

Dari dulu Rayeen tidak pernah suka di remehkan, terlebih dia seorang lelaki dan Alina perempuan yang sewajarnya ia lindungi bukan malah sebaliknya.

"Kau akan kesulitan, biarkan aku membantu mu." Alina tau niatnya baik tapi tidak di mata Rayeen yang keras kepala. "Aku mohon, setidaknya akan lebih baik bersama dari pada sendiri."

Apa yang di katakan Alina ada benarnya jadi ia tak lagi melarangnya, mereka pergi bersama-sama dengan rasa lelah yang tak tertahankan. Alina menggandeng tangan kiri Rayeen dengan erat seakan ia takut kehilangan'nya.

"Jangan takut, aku ada di sini. Kita akan baik-baik saja selama kita terus bersama," Rayeen menepuk tangan Alina yang melingkar di tangan'nya dua kali kemudian mengelusnya lembut.

Alina tersenyum dan mengangguk, tanda setuju dengan perkataan kekasihnya.

Tak lama pohon tebu yang mereka cari terlihat dan mereka buru-buru menggalinya dengan pisau lipat yang ada di tas kecil serbaguna yang Irfan simpan di pangkuan Rayeen saat mereka menghadapi anak-anak buah Barry. Irfan tau semuanya tidak akan berjalan dengan mulus makanya ia sengaja menyimpan tas kecil itu untuk mereka gunakan di saat seperti ini.

Tas kecil yang sangat berguna, karna di dalamnya tidak hanya ada senjata tajam tapi ada juga obat-obatan untuk luka dalam dan luar yang sempat mereka gunakan untuk luka di pundak kanan Rayeen yang sekarang sudah lumayan membaik.

Untung saja peluru itu tidak bersarang di pundaknya kalau iya mungkin akan lebih berbahaya jika tidak buru-buru di keluarkan.

"Perban mu kotor, harus segera di ganti."

Rayeen tak berkata apa-apa, ia hanya menggigiti batang tebu di tangan'nya. Alina mengambil perban baru di dalam tas untuk mengganti perban kotor di pundak Rayeen, setelah membersihkan luka dan membubuhkan obat di perban'nya ia langsung membalutnya kembali.

Rayeen sedikit meringis saat Alina mengencangkan ikatan'nya, tapi tak lama karna wajahnya berubah menjadi dingin tak terjamah. Entah sejak kapan ia mempunyai wajah seperti itu, sangat kompleks dan Alina tidak tau apa yang Rayeen pikirkan saat ini.

Batang tebu di tangan'nya ia remas dengan kencang sampai buku-buku di tangan'nya memutih dan wajahnya sedikit memucat.

Apa dia merasa kesakitan atau melihat sesuatu yang mengerikan?? Pikir Alina bingung.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang