Chapter 31 (Rencana Di Percepat)

686 45 1
                                    

•√• •π• •√•
•√•

Setelah kepergian Vinna, Rayeen langsung menelpon seseorang dan meminta enam orang pengawal untuk bergantian berjaga di depan kamar sang kakak dan tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam ruangan'nya kecuali sudah ada izin khusus darinya. Sedangkan dokter dan suster terbebas dari penjagaan tapi masih dalam pengawasan dan izin dari dokter Trishtan.

Tak lama ke enam pengawal itu datang dan di bagi menjadi dua grup, tiga dari mereka langsung melaksanakan tugas, dua berjaga di depan kamar dan satu berjaga di dalam.

Meski keadaan William sudah stabil tapi ia masih belum sadarkan diri semenjak anfal kemarin, semua itu wajar meski mengkhawatirkan. Setelah semuanya jelas ia kembali menemui dokter Trishtan untuk memastikan kalau hari ini dokter Trishtan akan berada di rumah sakit seharian atau tidak, karna jujur tak ada dokter lain selain dokter Trishtan yang ia percayai saat ini.

"Baiklah dokter, aku titip kakak ku beberapa hari. Dan terimakasih sudah membantu," Rayeen menjabat tangan dokter Trishtan.

"Sama-sama Ray, kau tidak perlu sungkan. Bukankah kau sudah menganggap ku seperti kakak mu sendiri??" dokter Trishtan tersenyum hangat.

"Tentu saja, maka dari itu aku sangat bersyukur punya kakak seperti kalian."

"Baiklah, sudahi basa-basinya. Sebaiknya kau cepat pergi dan segera selesaikan urusan mu. Kakak mu biar aku dan para pengawal itu yang menjaganya, kau tidak perlu khawatir aku akan mengeceknya satu atau dua jam sekali. Lagi pula di sana ada banyak kamera pengintai yang tersembunyi, jadi kita bisa mengawasinya kapan pun dan di mana pun."

Rayeen mengangguk, apa yang di katakan dokter Trishtan memang benar jadi untuk apa ia mencemaskan sesuatu yang sudah di atur dengan rapi. Lagi pula sistem keamanan rumah sakit itu lumayan bagus dan ketat, selama ini belum ada orang yang berniat jahat berhasil lolos dari pengintaian stap keamanan rumah sakit.

Jadi, Rayeen bisa meninggalkan ruangan dokter Trishtan dengan kelegaan.

"Tunggu sebentar lagi kak, kau akan merasakan kebahagiaan mu lagi. Bertahanlah, Meski aku tau kau akan marah nantinya tidak apa, aku akan menerimanya." gumam Rayeen pelan.

Hentakan langkah kaki seorang Rayeen seakan menggema di sepanjang koridor rumah sakit, Dengan semangat yang menggebu penuh harapan dan keyakinan ia terus melangkah tanpa ragu, demi kakaknya ia akan rela melakukan apapun.

Meskipun ia belum bisa memberikan hati untuknya tapi setidaknya ia bisa memberikan kebahagiaan terakhir di hidup kakaknya. Mengingat semua itu hatinya terasa sakit dan dadanya sesak, begitu banyak kemarahan dan kekecewaan yang ia alami akhir-akhir ini.

Jika saja ada Alina yang menguatkan di sisinya mungkin ia tidak akan merasa sehancur ini. Ada begitu banyak cerita dan keluhan yang ingin ia bagikan ke padanya, tapi semua itu malah ia telan sendirian.

Meski sakit dan pahitnya tak tertahankan tapi ia harus kuat karna sebagai lelaki tak seharusnya ia bersikap layaknya seorang pengecut yang cengeng. Ia sehat dan masih punya banyak harapan untuk bahagia, tidak seperti kakaknya yang entah sampai kapan akan bertahan tanpa donor hati.






•√• •π• •√•





Se sampainya di rumah, Vinna langsung mencari Sulian ibunya. Ia sudah tidak sabar untuk menanyakan semua kejadian yang ia lewatkan ketika koma, meski ia tau kalau ibunya pasti tidak akan mengatakan semuanya dengan jujur tapi setidaknya ia bisa sedikit mengetahuinya dan tak lagi menjadi orang bodoh yang tidak tau apa-apa.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang