Chapter 32 (Malam Pembebasan)

886 36 1
                                    

•√• 🐾 •√•
🐾



[ Royale Village ; Rumah Kediaman Barry ; kamar Alina ]


Malam ini terasa dingin mencekam, firasat buruk tengah menghantui hati Alina. Ia sudah tidak tahan lagi tinggal di dalam sangkar emas yang membelenggunya, ia ingin bebas dan terbang kemanapun yang ia mau.

Tapi orang itu seakan tidak pernah membiarkan ada sedikitpun celah untuknya melarikan diri, kekakang dan keposesifan itu membuatnya sesak dan tak bisa bernafas dengan lega. Barry sungguh membuatnya merasa berada di neraka, jika saja ia bisa mengakhiri hidupnya mungkin sudah ia lakukan sedari dulu.

Mengingat ia masih mempunyai Arini dan Rayeen jadi tidak ia lakukan, kini ia hanya bisa bersabar dan menunggu. Berharap suatu saat ia akan terbebas dari kungkungan ini, karna ia tau kalau Rayeen tidak akan semudah itu melupakan ataupun meninggalkan'nya dalam kesengsaraan.

"Apa yang sedang kau lakukan?? Kenapa belum tidur??" Barry mencium tengkuk Alina, kemudian memeluknya dari belakang.

Alina sudah tidak lagi menolak, ia sudah terbiasa dengan perlakuan Barry yang seperti ini. Meski terasa menjijikan tapi ia tahan agar Barry tak lagi menyiksanya, ia ingat beberapa bulan yang lalu saat Barry mengetahui kalau ia sempat bertemu dengan Mario, ia langsung murka.

Tanpa meminta penjelasan ia langsung mengurungnya di dalam kamar selama dua minggu, Alina sempat putus asa karna ia tidak bisa bertemu dengan Arini dan mengetahui rencana selanjutnya yang Rayeen buat dengan yang lain'nya.

Untung saja ada satu pengawal kepercayaan Mario yang berhasil menyusup menjadi pengawalnya setelah satu pengawal yang Barry berikan mengalami sakit parah, jadi ia masih bisa berhubungan dengan yang lain lewat pengawal itu.

"Malam ini terasa aneh," Alina menjeda perkataan'nya. "Sangat dingin dan kelam, bahkan bintang dan bulan pun tak mau menampakkan diri," keluhnya.

Alina mengeraskan hatinya agar tak terpancing emosinya, ia menutup segala akses sensitif yang di milikkinya agar tak pernah di bobol oleh siapapun selain cinta sejatinya. Rayeen Dafandra adalah orang yang selalu ia cintai dan rindukan, tak ada orang lain selain dirinya yang ia harapkan dan pedulikan apapun keadaan'nya.

"Biarkan saja bintang dan bulan itu bersembunyi di balik awan yang hitam dan kelam, mungkin mereka iri dengan kemesraan kita." Barry terus saja mencumbu Alina mesra meski Alina terlihat risih, ia tak peduli. "Malam dingin seperti ini, aku menyukainya." lanjutnya masih dengan cumbuan'nya.

"Barry hentikan, jangan langgar batasan mu." Alina menolak saat Barry mulai terpancing hasratnya.

"Memang kenapa kalau aku melanggar batasan ku?? Bukankah sekarang kau sudah menjadi milikku, Alina?!" Barry menatap Alina garang.

"Bu-bukan'nya begitu, aku hanya tidak ingin kau melakukan kesalahan sebelum kita resmi menikah," Alina terus saja beralasan. Sebisa mungkin ia menghindari kontak fisik berlebihan dengan Barry.

"Kalau aku ingin melanggarnya apa yang akan kau lakukan??" tantang Barry, ia memutar tubuh Alina menghadapnya dan masih melingkarkan tangan'nya di pinggang Alina.

"Ka-kau, apa maksud mu??" Alina berlaga pilon.

"Alina ayolah, sampai kapan kau akan terus menolakku seperti ini?? Aku sudah menahan'nya sangat lama, setidaknya biarkan aku merasakan'nya malam ini."

Barry terus mencoba mendapatkan apa yang ia inginkan dengan berusaha mencumbu dan menyesap bibir Alina, tapi Alina masih dengan pendirian'nya. Sekuat apapun Barry menginginkan'nya maka sekuat itu pula Alina menolaknya, meski leher dan punggungnya penuh dengan air liur Barry yang menggoda tapi tak sedikitpun ia merasa terangsang.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang