Kini keadaan Alina sudah sangat membaik dan sudah bisa beraktifitas seperti biasa, tapi dia merasa tidak enak pada dosennya karna lagi-lagi ia harus bolos kuliah dan berniat akan menemuinya nanti sore.
"Ray, apa kau tidak ada kuliah hari ini?! kenapa kau terus-terusan berada disini??" tanya Alina heran.
"Alina sayang, kau sedang bertanya atau ingin mengusirku??" Rayeen memicingkan matanya memastikan.
"Tentu saja bukan begitu, aku hanya menghawatirkan kuliah mu saja dan juga apa tidak ada yang mencarimu dirumah??" Alina penasaran.
"Tidak ada," Rayeen menghela nafas sejenak. "Kedua orangtuaku sudah lama bercerai dan mereka sudah mempunyai keluarga baru mereka masing-masing dan kini aku hanya tinggal berdua dengan kakak laki-laki ku yang sekarang sedang ada pekerjaan diluar kota, jadi untuk sekarang takan ada yang mencariku atau menghawatirkan ku di rumah," jelas Rayeen jujur.
Meski Alina tak sepenuhnya mengenal Rayeen tapi ia tau lelaki ini tidak berbohong dan sedang melakukan apa yang seharusnya pasangan lakukan agar lebih dekat, yaitu mencoba terbuka satu sama lain dan menceritakan kehidupannya selama ini yang entah itu kelam ataupun terang, pahit ataupun manis tetap ia beberkan dan itu menandakan pria itu benar-benar ingin serius menjalani hubungan, Alina tahu itu.
Tanpa ragu Alina pun melakukan hal yang sama, yaitu menceritakan semua yang sudah ia lalui selama ini dan kenapa ia bisa membohongi semuanya dengan menggunakan dua identitas. Itu bukan tanpa alasan dan Rayeen pun mengerti itu, ia tau Alina melakukan itu hanya untuk kesenangannya bukan karna adanya unsur penyimpangan atau apapun itu.
Terlebih untuk janjinya pada sang kakak tanpa harus menyinggung perasaannya ataupun mengecewakannya meski harus berbohong, Alina tau semua itu sangat beresiko untuk di ketahui tapi tetap ia lakukan karna dengan menjadi Dj-lah hidupnya yang menyedihkan akan penuh warna dan Alina tidak bisa meninggalkan kesenangannya itu.
"Ternyata kau sama seperti ku yang hanya tinggal berdua saja bersama kakak," tiba-tiba Alina teringat pada Arini kakaknya yang sampai saat ini belum ada kabar lagi darinya.
"Benarkah?! Lalu dimana kakak mu itu, kenapa dia tidak pulang beberapa hari ini??" Rayeen penasaran.
"Sama seperti kakak mu, kakak ku juga sedang pergi keluar kota untuk bekerja dan mengharuskannya menginap beberapa hari disana," jelas Alina murung.
"Kenapa kau terlihat bersedih, apa kau merindukan kakak mu itu??" Rayeen bingung dengan perubahan ekspresi Alina.
"Tentu saja Ray, aku sangat merindukan kakak ku itu karna bagiku dia sudah seperti pengganti ibu ku yang sudah lama meninggal, karna dia memang lembut seperti ibu," Alina mulai mengeluarkan butiran bening dari kedua kelopak matanya dengan deras, Rayeen yang melihat itu tertegun lalu memeluk Alina dalam dekapannya.
"Menangislah sepuasmu Alina jangan kau pendam, aku akan selalu ada disini bersama mu," Rayeen menenangkan Alina yang masih menangis.
•√•
•√•Kembali ketaman dimana Arini dan William berada.
Kini mereka sedang asyik menelusuri padang bunga chrysant, bunga mawar dan bunga lainnya sambil bermain-main dan berlarian seperti anak kecil yang baru bisa berjalan karna terbawa suasana taman yang begitu indah.
Mereka terlihat begitu akrab karna beberapa hari ini mereka memang selalu bersama karna pekerjaan, meski selebihnya hanyalah akal-akalan yang William buat agar bisa pergi berdua bersama Arini.
"Arini apa kamu tidak lelah terus-terusan berlarian seperti itu??" tanya William sambil merebahkan dirinya di rerumputan ditengah hamparan bunga chrysant dengan lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
Ficción GeneralWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...