Hotel dimana Arini dan William berada.
Arini sedang berada dirumah kaca dihalaman hotel, ia tengah melamun sendirian ketika William menghampirinya dengan memeluknya dari belakang.
"Apa kau suka dengan isi dari rumah kaca ini, sayang?? Aku sudah mengubah sebagiannya untuk mu, lihat bunga chrysant yang disana bukankah mereka cantik??" tunjuk William ke salah satu barisan bunga chrysant dalam pot.
"Tu-tuan sedang apa anda disini?? Tolong lepaskan pelukan anda, nanti kalau ada yang melihat bagaimana??" Arini terlihat risih, ia mencoba melepaskan diri dari pelukan William.
"Biarkan saja mereka melihatnya dan biarkan mereka tau kalau aku sudah ada yang punya dan begitu juga dengan mu, jadi tidak akan ada yang berani mengganggu kita nantinya," tutur William serius.
"Tapi tuan ini tidak benar," Arini terlihat sedih.
"Apanya yang tidak benar, Arini?? Apakah salah kalau kita saling mencintai?? Apa itu dosa atau merugikan orang lain?? Tidak juga kan??" tanya William beruntun sambil melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh Arini hingga menghadapnya.
"Tentu tidak ada yang salah soal cinta, hanya saja status kita yang berbeda. Saya hanya seorang yang miskin tanpa orang tua dan sedangkan tuan. Tuan memiliki segalanya dan itu yang membuat kita berbeda, tuan juga tau itukan??" Arini membalikan badannya kembali membelakangi William sambil menangis.
"Sepicik itukah pemikiran mu, Arini?? Apa karna aku memiliki segalanya jadi aku tidak berhak memiliki mu dan kau memiliki ku, begitu??" William tidak habis fikir mengapa Arini bisa mengatakan itu padanya.
"Saya harap tuan bisa mengerti," sesal Arini. Meski dia begitu mencintai William tapi dia tau posisinya dan memilih untuk mundur menjauhinya meski terlambat.
William tak mau menyerah dan terus meyakinkan Arini. William terlalu mencintai Arini, ia tidak mau gadis yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya itu pergi meninggalkannya begitu saja.
"Lalu bagaimana dengan kejadian waktu itu dipadang bunga chrysant apa kau sudah melupakannya begitu saja??" William mengingatkan.
"Tentu saya tidak akan melupakan semua itu, karna pada saat itulah dengan mudahnya kesucian saya anda renggut," batin Arini. Air matanya terus mengalir deras membasahi pipinya yang mulus, menyiratkan rona merah di permukaannya.
"Arini tatap aku. Sekali lagi aku bertanya pada mu, apa kau mencintaiku dan ingin bersama ku atau tidak??" William membalikan kembali badan Arini hingga menghadapnya, menatapnya dengan sendu. Berharap Arini mengubah keputusannya dan kembali memperjuangkan cinta mereka yang bahkan belum mereka mulai.
Arini tak berkata apa-apa malah terus terisak, hatinya sakit dan benar-benar sakit, ia tak mau meninggalkan William tapi keadaan mulai memaksanya pergi.
"Aku sudah lelah menunggu keputusan mu, jadi jangan salahkan aku kalau aku akan melakukan apa yang aku mau dan aku bisa padamu, sampai kau tak dapat lagi menolaknya," ancam William yang kemudian menarik Arini kedalam pelukannya lalu menciumnya dengan paksa. Arini hanya bisa meronta mencoba melepaskan diri, namun William malah semakin kuat merengkuhnya, menautkan bibirnya pada bibir Arini.
"Euuummph.." Arini berhasil melepaskan diri dengan mendorong tubuh William hingga mundur kebelakang beberapa langkah darinya.
"Sudahlah tuan hentikan. Jangan lanjutkan lagi, jangan membuatnya menjadi lebih sulit," pinta Arini dengan penuh air mata penyesalan.
"Kenapa Arini, kenapa??" William semakin tak mengerti dengan perubahan sikap Arini padanya.
Arini terdiam ia mengingat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
Художественная прозаWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...