•√• •π• •√•
•√•
Alina kini tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti semua permintaan dari Barry yang ingin menikah dengannya, dan Alina harus mau karna itu adalah harga yang harus ia bayar pada orang yang sudah menyelamatkannya dan kakaknya waktu itu.
Awalnya Alina menolak tapi Barry menggunakan Arini untuk mengancamnya dan mau tidak mau Alina harus menikah dengannya meski ia sudah mengatakan kalau ia sudah tidak suci lagi tapi Barry tidak masalah dan tidak mau ambil pusing, malah ia seperti sudah terobsesi dengan'nya.
Apapun yang Alina katakan tentang keburukannya, Barry selalu tidak mempermasalahkannya ia malah seperti sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Membuat Alina ragu kalau Barry tidak menganggap perkataannya itu dengan serius.
Alina yang mati-matian ingin terlepas dari cengkeraman Barry tetap tak bisa pergi kemanapun selain di sekitaran Mansion Barry yang besar dan luas, ia seperti sedang di kurung di dalam sangkar emas.
Alina tidak nyaman setiap hari harus di awasi oleh orang-orangnya Barry, meski Barry memperlakukannya dengan sangat baik tapi ia merasa tidak nyaman di dekatnya, Alina merasa kalau Barry itu menakutkan.
Apa lagi orang-orang yang suka mengikutinya mereka terlihat menyeramkan tak ada ekspresi di wajah mereka karna saking kakunya, sepertinya mereka memang di ajarkan seperti itu.
Sudah satu bulan lebih Alina di kurung di Mansion ini, sedangkan Arini masih di rumah sakit memulihkan diri. Ia kehilangan calon bayinya dan bahkan kejadian itu hampir menghancurkan seluruh jaringan yang ada di dalam rahimnya, membuat tubuh Arini drop berkali-kali.
Alina benar-benar menyayangkan hal itu, ia tak menyangka kalau kejadian itu akan membuat kakaknya lemah dan rapuh seperti ini. Padahal selama ini yang ia tau, kakaknya adalah orang yang paling tegar di dunia ini dan orang yang paling kuat yang ia kenal.
Entah apa yang membuatnya merasa sangat kehilangan seperti itu, ia tau semua ini berat dan tidak mudah tapi apa mau di kata semuanya sudah terjadi dan itu kehendak Tuhan.
Sekuat apapun kau berusaha dan sekuat apapun kau menghindar, jika Tuhan tidak berkehendak dan sudah berkata tidak ya tidak--tak ada manusia di dunia ini yang bisa membantahnya ataupun mengubahnya.
"Apa yang kau pikirkan??" tanya Barry dari belakang, kedua tangannya melingkar di pinggang ramping Alina dengan dagu di pundaknya.
Alina tersentak, ia merasa risih dengan perlakuan Barry padanya. Perlahan ia melepaskan tangan Barry dari pinggangnya.
Seketika wajah Barry berubah menjadi gelap sudah ke sekian kalinya Alina menolak perlakuan intimnya, ia ingin protes ketika Alina mulai menyadarinya dan berakhir dengan beribu alasan.
Alina mengubah posisi berdirinya yang tadinya memunggungi Barry kini mereka saling berhadapan tapi Alina masih tak bisa menatap jauh ke dalam matanya, ia takut akan terjerumus dalam kelamnya obsesi seorang Barry Aghaston.
"Aku hanya sedang memikirkan kondisi kak Arini, apakah ia sudah stabil dan bisa pulang atau tidak."
Barry yang sudah kehilangan minatnya tidak menanggapi perkataan Alina, ia malah membahas rencana pernikahan yang akan di langsungkan.
"Biarkan kakak mu itu memulihkan diri jangan terlalu memikirkannya, sebaiknya kau pikirkan bagaimana persiapan pernikahan kita nanti," ucap Barry serius ia tak mau rencana pernikahan mereka gagal karna alasan Arini belum sembuh.
"Tapi, Barry. Keadaan kakak ku masih belum stabil dan aku harus menjaganya, aku takut ia drop lagi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan," jelas Alina. Sebisa mungkin ia mengulur waktu meski harus berdebat dengan Barry setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
General FictionWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...