Terimakasih buat yang sudah mampir, happy reading.. 😊😉
•√• •π• •√•
•√•
"Sial..!! Kita terlambat kak, orang itu sudah membawa mereka," Rayeen memukul tembok rumah Alina. Tatkala melihat barang-barang di rumah Alina yang hancur berantakan tak tersisa, bahkan yang punya rumah tidak ada di manapun.Entah apa yang sudah terjadi sebelumnya hingga membuat seluruh perabotan rumah itu hancur berantakan bak kapal pecah.
William bersandar di dinding ia merasa hancur seperti rumah ini. "Iya Ray, kita terlambat satu langkah dari mereka."
Dengan rasa bersalah dan campur aduk, Rayeen melangkah dengan gontai memasuki kamar Alina dan duduk di atas tempat tidur sambil bergumam.
"Alina maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik--Tapi aku berjanji, aku tidak akan pernah menyerah untuk menemukan mu di manapun itu." Rayeen mengambil foto Alina yang sudah hancur di lantai dan memeluknya dengan erat tanpa memperdulikan pecahan kaca yang tersisa hingga melukai telapak tangannya, darah segar pun keluar dan menetes jatuh kelantai.
"Ray kau tidak apa-apa??" tanya William khawatir.
"Aku baik-baik saja kak, kakak sendiri bagaimana??" Rayeen malah balik bertanya.
William menghela nafas berat dan menghembuskannya perlahan. "Sama seperti mu."
Kemudian ia duduk di dekat Rayeen, ia pun sama terlukanya bahkan lebih parah dari adiknya itu karna ia tau semua ini terjadi karna ia menolak perjodohan itu sampai kecelakaan Vinna pun terjadi, membuat Sulian sang ibu tiri murka hingga pada akhirnya membahayakan nyawa Alina dan Arini yang tidak bersalah.
"Maaf.." ucap William di sela-sela lamunannya.
"Maaf??" Rayeen memicingkan sebelah matanya. "Untuk apa kak??" Rayeen tidak mengerti.
William kembali menghela nafas berat, tangannya berada di atas kepala dan sesekali meremas rambut klimisnya yang dulu selalu tertata rapi karna kini rambut itu sudah tak karu-karuan lagi.
"Untuk semuanya," lanjutnya. "Kau boleh marah dan menyalahkan kakak, Ray. Tapi kakak harap kau tidak akan pernah menyerah untuk terus berjuang bersama kakak untuk menemukan mereka."
Rayeen mengerti situasinya. "Kakak itu bicara apa?? Tentu saja aku akan ikut berjuang bersama kakak, Alina gadis ku dan aku mencintainya. Hanya saja--jika semua ini tidak terjadi mungkin kami sudah bahagia dalam ikatan pernikahan dan aku tidak akan pernah kehilangan dia," sesal Rayeen. Ada segumpal air mata yang tertahan di pelupuk matanya yang siap menetes.
William terkesiap mendengar ketulusan dan keyakinan Rayeen akan cintanya, ia pun merasa lega dan merasa kalau Rayeen kali ini benar-benar sudah berubah dan melupakan semua masa lalunya yang kelam. Kini ia lebih bertanggung jawab akan apa yang sudah ia yakini, tak lagi bermain-main.
Bahkan Rayeen lebih berani dan selalu selangkah lebih maju di depannya untuk persoalan cinta, William mengakui itu karna dari dulu ia memang tidak terlalu fasih dalam hal percintaan. Makanya di usianya yang saat ini ia masih saja melajang dan hanya satu kali berpacaran, yaitu saat ini bersama Arini dan bisa di bilang kalau Arini adalah cinta pertamanya yang baru ia dapatkan. Karna cinta pertamanya yang dulu ia anggap hanyalah cinta monyet dan selebihnya ia tak lagi memikirkan soal percintaan semenjak kejadian mengerikan waktu itu.
•√• •π• •√•
Di tempat penyekapan terlihat Alina dan Arini tengah pingsan terduduk di sebuah kursi kecil dengan kedua tangan dan kaki mereka yang terikat tali serta mulut yang tersumpal kain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
General FictionWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...