•√• 🐾 •√•
🐾Siang hampir menjelang saat Alina selesai melakukan serangkaian tes kehamilan, semua terlihat lega saat hasil tes keluar dan menyatakan kalau semuanya baik. Alina hanya sedikit stres dan perlu istirahat yang cukup, selebihnya tidak ada yang mengkhawatirkan.
Kehamilan'nya sudah memasuki usia dua bulan, meski mual muntahnya tidak terlalu parah namun ia sering sakit kepala jadi dokter menyarankan untuk istirahat total selama beberapa hari.
"Syukurlah semuanya baik, kalian pulang saja kami akan menemui dokter Trishtan lebih dulu." William memang ada janji dengan dokter Trishtan siang ini, ia ingin berkonsultasi lagi.
Tadinya Arini di larang ikut dan di suruh pulang bersama Alina dan Rayeen, tapi ia menolak karna ia merasa ada yang mencurigakan dari sikap William, ia tau ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikiran'nya makanya ia ingin menemui dokter Trishtan.
Entah apa itu, Arini begitu penasaran makanya ia bersikeras menemaninya menemui dokter Trishtan.
Dokter Trishtan ada operasi hari ini dari pagi sampai siang jadi mereka menunggu di ruangan'nya sebelum janji temu, ruangan minimalis yang isinya cukup unik dan langka.
Meski Trishtan seorang dokter tapi ia begitu mencintai seni, jadi kalian tidak akan pernah melihat barang-barang lain yang tidak ada hubungan'nya dengan seni, jikapun ada mungkin hanya beberapa.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama," ucap dokter Trishtan sambil menanggalkan jubah dokternya.
"Tidak apa-apa kami senang melakukan'nya, itung-itung kami sedang melihat galeri karya seni." Arini tersenyum takjub.
Trishtan terlihat senang karna baru kali ini ada seorang teman yang memuji hobbynya. "Kau memang berbeda dengan William si kaku, ia tak pernah menghargai barang antik ku."
William acuh tak acuh. "Bukan'nya tak menghargai, aku hanya terlalu biasa dengan barang-barang seperti itu karna jujur saja, kakek dan ibu ku adalah kolektor barang antik." William tak ingin menjelaskan apapun hanya saja kali ini ia terlalu di pojokkan dan tak ingin terlihat kejam di mata Arini.
"Benarkah??" Arini terlihat kagum.
"Hmm," William tersenyum hangat.
"Dasar pamer," Trishtan sedikit merengut, Ia mendaratkan bokongnya di kursi depan William dan Arini.
"Aku tak bermaksud kau sendiri yang memancingnya," William acuh.
"Ya, ya, ya, dari dulu kau memang selalu menang. Aku yang sepintar ini pun masih saja kalah," Trishtan tersenyum miris.
Arini yang merasa kalau obrolan ini tidak akan ada habisnya langsung melerai. "Sudah, sudah, hentikan, kita mulai pada intinya. William sayang, kau mau menanyakan apa pada dokter Trishtan??"
William langsung terdiam ia bingung harus memulai dari mana. "Sebenarnya ini semua ada hubungan'nya dengan hati yang ada di tubuh ku, entah mengapa sejak aku memakainya hati dan jantung ku terasa berdenyut aneh bersamaan jika berdekatan dengan Arini. Apakah semua ini adalah efek sampingnya??"
Trishtan terbengong dengan perkataan William, ia tidak tau kalau hati yang ada di dalam tubuh William ada efek sampingnya seperti itu karna yang ia tau semuanya baik-baik saja, tidak ada yang salah dengan hati itu dan tidak ada efek samping apapun. Jikapun itu benar pasti terjadi sebelum William sadarkan diri atau tak lama setelah operasi, bukan sekarang.
"Sebaiknya kita lakukan pemeriksaan kesehatan ulang, karna setahu ku hati itu sudah menyesuaikan diri di tubuh mu dan sangat cocok. Tidak mungkin ada kesalahan," yakin dokter Trishtan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
Ficción GeneralWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...