Hari sudah berganti, kini waktu menunjukkan pukul satu dini hari dan itu tandanya waktu kerja Anna sudah habis dan dia harus segera pulang, begitu pula dengan Rayeen dan teman-temannya yang sudah pulang satu persatu karna mabuk hingga menyisakan Rayeen seorang.
Kini Anna sudah menjelma kembali sebagai Alina ketika ia sudah berada di luar club dan saat ini ia terlihat tengah berjalan sendiri tanpa rasa takut sedikitpun karna sudah terbiasa menelusuri jalanan sempit bergang untuk sampai di jalan besar.
"Hooaamz!! Aku mengantuk sekali dan tumben lelahnya hari ini juga terasa sekali sampai-sampai tenagaku hampir habis terkuras," Alina masih melangkahkan kaki dengan lelah menuju halte bis yang tidak jauh dari tempatnya bekerja namun harus melewati beberapa gang sempit karna club tempatnya bekerja sekaligus berkarya berada jauh di dalam dan tertutup dari keramaian kota.
Tanpa ia sadari ada yang mengikutinya dari belakang, seorang pria misterius dengan topi hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Pria itu terus saja menatapnya dengan seringai yang sangat menakutkan dan sesekali mengedarkan pandangannya kesegala arah sedangkan Alina tidak menyadari itu karna terlalu fokus dengan pikiran dan tubuhnya yang lelah.
"Kreeepz..." tiba-tiba seseorang membungkam mulutnya dengan satu tangan dan membawanya kembali ke gang sempit padahal Alina sudah berada di jalan besar dan hampir sampai di halte bis.
"Hhmmmzz... Hhmmmzz..." Alina meronta mencoba melepaskan diri namun gagal karna cengkraman lelaki itu begitu kuat dan menahannya di dinding sebuah gang.
Meski gelap namun Alina tau, orang yang kini tengah membekapnya adalah seorang lelaki karna dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi dan tegap juga dari wangi tubuhnya yang begitu maskulin meski sudah tercampur dengan bau asap rokok dan alkohol tapi ia masih bisa menciumnya dengan jelas.
"Ssstttzzz... Diamlah!! Jangan berisik dan patuhi perkataan ku kalau kau ingin selamat," ancam lelaki itu padanya.
"Apa maksudnya coba berkata seperti itu?! Apa dia sedang mengancam ku?? Aakh tapi sebaiknya aku diam saja dulu, nanti kalau dia macam-macam baru aku hajar," gumam Alina dalam hati.
"Lihat pria yang mencurigakan di sana, aku perhatikan dia terus mengikuti mu dari belakang dengan mencurigakan, apa kau mengenalnya??" tanya lelaki yang membekapnya sambil menunjuk kearah pria setengah baya yang mengikutinya.
Kini pria itu sedang celingukan seperti sedang mencari sesuatu sambil menelpon dan tak lama ia langsung pergi dan menghilang tanpa jejak.
"Hhmmmzz... Hhmmmzz..." Alina tidak bisa berbicara dan nafasnya juga hampir habis karna lelaki itu masih membekap mulutnya. Hampir saja ia menendang alat pital lelaki itu kalau saja lelaki itu tidak buru-buru menyadarinya dan melepas bekapannya.
"Aakh maaf aku lupa," lelaki itu tersenyum kikuk sambil melepas bekapan tangannya. Ya dia memang seorang lelaki, lelaki yang saat ini dirasa tidak asing lagi bagi Alina.
"Huuuftz... Uhukuhuk!! Kenapa kau membekap ku kalau kau ingin menolong ku?! Apa jangan-jangan kau memang sengaja ingin membunuh ku dengan semua omong kosong mu itu??" tanya Alina jengkel sambil membungkuk untuk mengambil jepit rambutnya yang terjatuh membuat rambut panjangnya tersibak kedepan hingga terlihatlah tanda lahir yang ada di tengkuknya yang selama ini ia sembunyikan dengan hati-hati. Meski hari itu gelap namun Rayeen masih bisa melihat tanda lahir itu dengan jelas karna tanda itu tampak bersinar di kegelapan. Dan ya, lelaki itu adalah Rayeen Dafandra si badboy yang penuh pesona.
Rayeen yang menyadari dan mengenal tanda itu langsung terpesona. Seperti ada tarikan maghnet di dalam tubuhnya yang tak bisa di kendalikan dan tanpa babibu lagi Rayeen langsung menarik paksa tangan Alina dan mencium bibirnya dengan lembut, Alina yang kaget langsung mendorong Rayeen menjauh dan Rayeen tidak bergeming malah semakin ingin melumat bibir merah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁
Ficción GeneralWarning 18+ (Harap bijak dalam memilih bacaan). Prolog: Pagi ini, pagi hari senin tepatnya. Hari-hari ku tak ada yang spesial karna aku memulai aktivitas kuliah ku dengan seperti biasa, yaitu dengan wajah muram tak bersemangat. Bukan karna dosen ata...