Chapter 11 (Cemburu Buta)

2.2K 70 1
                                    

Dikantin Kampus.

"Girls, apa kalian tau kalau sebentar lagi sahabat kita, Vinna akan bertunangan??" tanya Maidina pada kedua temannya.

"Tentu saja kami tau, bukankah ibunya Vinna sendiri yang memberi tahu kita waktu itu??" tutur Luna sedikit bosan.

"Iya.. Waktu kita terakhir kali main ke rumahnya, bahkan nyonya Sulian mengatakannya berkali-kali sampai aku lelah dan bosan mendengarnya," Cellin menimpali.

"Kau ini.. Eech tapi benar juga sih apa yang dikatakan Cellin tadi, aku saja sampai mengantuk mendengarnya," jujur Luna sedikit berbisik membuat ketiganya tertawa renyah.

"Ahahahaaa.." tawa mereka menggema di ruangan kantin.

"Heiii, kalian sedang membicarakan apa?? Sepertinya asyik sekali??" tiba-tiba Vinna datang menghampiri ketiganya.

"Eech Vinna, kau sudah datang?? Bagaimana, bisa tidak??" tanya Maidina tanpa basa-basi.

"Entahlah Mai, aku masih bingung dan bahkan tidak yakin apakah aku sanggup atau tidak menyelesaikannya," sejenak Vinna terlihat murung dan menghela nafas lelah. "Dosen pembimbingku benar-benar keras kepala, dia memintaku menyelesaikan semua tugas yang dia berikan, padahal separuhnya saja belum aku pelajari di kelas. Jadi bagaimana aku bisa menyelesaikannya tepat waktu?!" gerutu Vinna kesal.

"Kenapa begitu khawatir, bukannya kau itu punya kakak yang tampan dan pintar?! Kenapa tidak meminta bantuan padanya saja??" Cellin bersuara sambil membulak-balikan buku panduan berbahasa asing yang sedari tadi dia baca dan sesekali ia hafalkan.

Mendengar perkataan Cellin yang luar biasa bagus membuat ketiganya langsung tercengang karna tidak menyangka, Cellin yang sedikit pendiam dan suka membaca bisa memberikan saran yang bagus seperti itu, bahkan Maidina yang biasanya selalu memberi saran bagus malah tak punya pemikiran seperti itu.

"Cellin kau benar juga, kenapa tidak terpikirkan oleh ku ya?! Dengan begitu aku akan ada alasan untuk lebih dekat lagi dengannya," Vinna menyeringai senang namun penuh kelicikan.

"Adik ku ini terkadang pintar juga ya," Luna memuji sambil sedikit mengacak rambut Cellin yang sedikit bergelombang membuat Cellin mendengus tak suka karna rambutnya berantakan, namun ia masih mencoba tersenyum.

"Tentu saja, akukan emang pintar. Heheheee.." ke empatnya pun tertawa riang bersama sambil kembali bergosip ria seperti biasanya.

•√•
•√•


"Hari ini kenapa aku malas sekali untuk pergi ke kampus, perasaanku tidak enak. Seperti akan ada sesuatu yang mengerikan sedang menunggu ku disana," gumam Alina tak karuan dalam hatinya terus berkecamuk, antara pergi ke kampus atau tidak.

Disatu sisi ia tidak ingin mengecewakan Arini kakaknya yang selama ini selalu mempercayainya dan berharap lebih padanya, dengan mengingat itu akhirnya Alina memutuskan untuk pergi ke kampus dengan perasaan yang aneh dan tidak menentu itu tanpa adanya semangat seperti sebelumnya.

Sesampainya dikampus, Alina tak sengaja berpapasan dengan Mario yang sedang duduk didepan kelas sastra kelasnya Alina. Tapi Alina tak menyadarinya, begitupun dengan Mario yang kini tengah asyik membaca buku besar dengan serius hingga wajahnya sedikit tak terlihat.

Alina masuk kedalam kelas membuat gaduh seisi kelas yang tadinya sepi kini berubah menjadi riuh kembali karna mereka mengira orang yang memasuki kelas itu bukan Alina tapi sang dosen, Alina tak menghiraukan itu dan lebih memilih duduk di kursi favoritenya dengan acuh.

"Alina.. Bukankah kau itu, Alina??" tanya Mario yang kini sudah duduk disampingnya.

"Kau?! Iya aku Alina, senang bertemu dengan mu kembali," Alina tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Mario.

Good Girl or Naughty Girl (END) 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang