Idaman Eriska

191 7 0
                                    

"Masih aja lo, Yan, demen ngasep mulu." komentar Ricky sambil mengamati Alfian yang sibuk mengisap vapenya.

Alfian menghiraukan Ricky dan dengan santainya mengebulkan asap tersebut dari mulutnya.

"Polusi udara banget lo, Yan. Jakarta udah sumpek banget," sahut Caesar sambil memantikkan korek apinya ke sebuah puntung rokok yang dipegangnya.

Alfian membalas tatapan Caesar dengan tajam. "Ngaca dulu, Bor."

Caesar hanya cengengesan melihat respon Alfian. "Tapi kan gue bukan anak kepsek, Yan. Wajar dong kalo bandel begini. Lah kalo lo, lo macem-macem dikit aja langsung diciduk bokap lo. Urusannya langsung sama kepsek," Caesar meledek.

Dennis, Daffa, dan Ricky pun sukses tertawa lepas.

"Fian, Fian, sedih amat jadi lo. Makanya punya bokap jangan yang pinter-pinter amat, biar nggak jadi kepsek. " Daffa menimpali.

Alfian lagi-lagi menghiraukan perkataan teman-temannya dan terus mengebulkan asap berbau melon itu dari mulutnya. Bahkan kali ini asap yang ia keluarkan lebih banyak daripada sebelumnya.

"Yan, peduli sama temen dikit dong, bengek gue bentar lagi!" omel Dennis.

"Lemah lo. Berdiri di belakang knalpot Metromini aja lo kuat, masa asap vape wangi melon begini lo bengek?" balas Alfian sambil meninggalkan keempat temannya.

***

"Papa mau ngomong sama kamu, Alfian." ucap Aria ketika mendapati anaknya yang baru tiba di rumah saat malam hari.

"Papa cuma mau nanyain kemana Fian pergi kan? Kenapa pulang malem kan? Itu aja kan, Pa?" nada bicara Alfian langsung naik satu oktaf.

Mungkin karena kelelahan.

"Jangan sok tahu kamu!" tegur Aria langsung emosi.

"Lagian semua yang Papa tanyain ke Fian itu udah terlalu basi, Pa. Papa selalu nanyain apa yang Fian dilakuin di luar sana. Fian tuh bosen di rumah terus, Pa. Fian nggak dapet kasih sayang disini!" jawab Alfian sambil berlalu menaiki tangga.

Aria yang sedang duduk di meja makan pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap anak sulungnya.

***

Alfian Nugraha : Lo harus masuk PGraph.

Sukses. Pesan itu sukses membuat Eriska jadi gila selama satu jam terakhir ini. Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud terselubung laki-laki jahanam tersebut.

Eriska bahkan telah melemparkan ponselnya itu jauh-jauh dari dirinya. Alergi jika membaca pesan itu sekali lagi.

Cling!

Eriska segera mengambil ponselnya itu dan berharap pesan masuk ini berasal dari Safina. Yang tak lain, tak bukan, teman curhatnya hingga saat ini.

Eriska menyeret layar notifikasinya dengan cepat dan seketika itu pula ia merasakan matanya memanas.


"Aaaaaarghh!" Eriska berteriak.

alfian : angkat tlp gue skrg

Eriska ingin sekali melenyapkan manusia itu dari muka bumi.

Drrrt drrrt drrrt

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang