Rencana LDK

124 4 0
                                    

"Eris!"


Eriska menghentikan langkahnya karena ia tahu siapa yang memanggilnya.

"Ya ampun, lo dibawa kemana aja sama Alfian?" tanya Fajrin khawatir sambil mendekap Eriska.

Eriska hanya terdiam dalam dekapan Fajrin. Ia masih terlalu kesal dengan kejadian tadi.

"Ris, gue nggak pernah nyuruh Alfian buat nyorakin gue kayak tadi. Lo jangan marah ya sama gue," ucap Fajrin sambil membelai-belai rambut Eriska.

"Iya, Kak." jawab Eriska lirih.

Fajrin pun melepaskan dekapannya lalu tersenyum tipis. "Jangan sedih, jangan takut."

"Nggak kok," elak Eriska sambil tersenyum paksa.

"Yuk, gue temenin nonton lomba lagi?" tawar Fajrin sambil merangkul bahu Eriska.

Eriska mengangguk cepat lalu merangkul pinggang Fajrin dan menyusuri koridor bersama.

Keduanya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menatapnya sinis.

***

Alfian masih berusaha keras untuk memanjat pohon pinang yang kotor dan licin tersebut. Sekujur tubuhnya telah kotor karena noda dari oli dan lumpur yang sengaja dioleskan di batang pohon tersebut.

"Fian, Fian, Fian!" pekik Dennis semangat.

"Woi, Yan, lo jangan malu-maluin kita ya! Gue yakin lo pasti bakal menang kok," pekik Daffa tak mau kalah.

Alfian mencoba memanjat lagi demi meraih hadiah-hadiah di atas pohon itu. Dan tak disangka, ia berhasil. Ia pun semakin memperkuat cengkeraman tangan dan kakinya agar cepat sampai di puncak.

"Ris, lihat tuh woi, kak Alfian! Gila, mana badannya bagus banget lagi!" puji Safina sambil menunjuk-nunjuk Alfian.

Eriska tidak merespons. Masih sangat emosi dengan perlakuan laki-laki itu kepadanya.

"Fix, ini mah gue gebet kak Alfian deh!" tukas Safina lagi.

"Semua pada punya doi ya? Muti sama kak Dimas, Safina sama kak Alfian, Eris sama kak Fajrin, lah gue sama siapa? Sama guling?" tanya Alifia pasrah.

Eriska yang tadinya sedang tidak mood jadi sedikit terhibur dengan perkataan Alifia. Ada-ada saja.

"WOI, KAK ALFIAN MENANG!" pekik Safina bahagia. Ia sampai bangkit berdiri saking senangnya.

Eriska langsung melemparkan pandangannya ke puncak pohon pinang tersebut dan mendapati Alfian yang sedang memetiki satu-persatu hadiah yang tergantung di puncak.

"Kok bisa sih?" protes Eriska.

"Bisalah. Doi gue gitu, jago banget sih!" Safina masih kesenangan.

Hadiah-hadiah yang digantung itu berupa tas ransel, ember kecil, kaos berlogo sekolah, hingga gulali. Alfian melepaskan satu-persatu hadiah itu dan melemparkannya dengan santai ke bawah. Namun, ada satu hadiah yang tidak ia lemparkan dan ia bawa turun sendiri dengan tangannya.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang