Pagi Eriska Bersama Alfian

107 6 1
                                    

"Eriska!" panggil Alfian sambil terus memfokuskan dirinya mengendarai motornya.

"Apaan?" tanya Eriska di tengah bisingnya ibukota pagi ini.

"Kok diem aja sih?" tanya Alfian dengan suara keras. Maklum, jalanan terlalu bising untuk ukuran pagi hari seperti di ibukota pagi ini.

"Ya emangnya gue harus ngomong apa?" balas Eriska.

"Lo nggak seneng ya gue jemput di rumah?" tanya Alfian lagi.

"Bukan nggak seneng. Gue kaget aja, bener-bener nggak nyangka malah. Lagian ngapain sih lo, Kak, pake ngajakin gue berangkat bareng segala?" tanya Eriska heran.

"Ya emangnya nggak boleh? Kan situ juga nggak punya pacar, nggak bakal ada yang marah dong?"

"Iya, gue tahu gue jomblo. Tapi, tujuan lo tiba-tiba ngelakuin ini apa sih, Kak?" tanya Eriska masih dengan kepenasarannya.

"Anggep aja, ini tanda awal pertemanan kita. Kan kita udah baikan," balas Alfian lagi.

Mendengar jawaban Alfian, Eriska mulai melengkungkan bibirnya ke atas dan sialnya Alfian bisa menangkap hal tersebut dari kaca spion.

"Kaku banget ya cara gue, Ris?" tanya Alfian lagi.

"Nggaklah. Justru lucu tahu."

"Pantes aja lo senyum-senyum."

"Kapan gue senyumnya? Perasaan dari tadi gue flat-flat aja tuh." elak Eriska.

Alfian tertawa kecil lalu membuang pandangannya ke jalanan yang ada di depannya. Sedikit mempercepat laju motornya agar dirinya dan Eriska tidak terlambat.

***

Sial lagi, sial lagi.

Mereka berdua ditakdirkan terlambat.

Eriska memandangi gerbang tinggi yang ada di hadapannya dengan pasrah. Sementara, Alfian sibuk memutar otaknya untuk mencari jalan pintas.

"Ini pertama kalinya gue dateng telat ke sekolah!" keluh Eriska tiba-tiba.

Alfian melirik Eriska sejenak, tak paham apa maksud gadis itu.

"Kak, emangnya nggak ada jalan pintas?" tanya Eriska sambil berkacak pinggang.

"Ada. Tapi emangnya lo bisa? Kalo gue sih gampang aja manjatnya, lah kalo lo kan pake rok." jawab Alfian.

Eriska memutar bola matanya. "Bukan bilang dari tadi aja sih, Kak. Gue kan pake celana OR!" Eriska pun segera menarik turun risleting roknya dan hanya mengenakan celana olahraga selututnya.

"Serius lo mau manjat buat masuk ke dalem?" Alfian terdengar seperti tidak yakin.

"Iyalah. Pake celana ini, gampanglah." balas Eriska santai.

"Tapi temboknya tinggi banget loh,"

"Ya udahlah. Lihat nanti aja. Kalo nggak bisa dipanjat, mau gimana lagi?"

Alfian mengangguk paham lalu segera menyingkir sejenak untuk memarkirkan motornya.

"Yuk?" ajak Alfian lagi setelah memarkirkan motornya.

Eriska menurut dan mengikuti langkah Alfian dengan sedikit ragu. Dalam hati, ia terus berdoa agar tembok yang akan dipanjatnya tidak seektrem dengan apa yang ia bayangkan tadi.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang