Kelas Baru

251 15 0
                                    

Ini hari pertama Eriska resmi berseragam putih abu-abu. Ada semburat bahagia di wajahnya. Berharap masa SMA-nya akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan masa SMP-nya. Setelah melakukan absen finger print yang berada di koridor kelas 12 IPS, Eriska segera mempercepat langkahnya saat melewati kelas Alfian. Masih muak dengan kejadian di UKS kemarin.

"Eriska!"

Alfian.

Terdengar suara langkah sepatu yang mendekati Eriska dari belakang. "Bilangin ke ketua kelas lo, besok ada demo ekskul. Semuanya wajib masuk sekolah," ucap Alfian memerintah.

"Iya. Nanti gue sampein," jawab Eriska singkat.

Ia langsung melanjutkan langkahnya kembali tanpa berpamitan pada Alfian.

Bodo amat deh.

"Cie pagi-pagi udah dipepet sama Alfian," ujar Dennis meledek.

Ini apaan sih?

Eriska hanya tersenyum getir. Enggan berurusan dengan kakak kelas bertubuh besar dan tinggi tersebut.

"Ih sombong banget deh. Huh..." gerutu Dennis sambil mengerucutkan bibirnya.

Di depan kelas 12 IPS 1, Eriska kembali mendapatkan sebuah godaan dari teman Alfian. Rasanya ia ingin sekali menulikan telinganya sekarang juga.

"Gebetannya Alfian lewat nih, Bro!" seru Daffa kepada dua orang temannya lagi, Ricky dan Caesar.

"Oh ini, Daf, yang diajak ketemuan di Warung Mang Solihin?" tanya Caesar.

Daffa menggangguk. "Katanya sih adik kelasnya dari SMP,"

Bacot ih!

Eriska berusaha menghiraukan suara-suara gaib tersebut dan segera mempercepat langkahnya. Harapannya kini hanya satu. Berharap dirinya cepat tiba di dalam kelas.

***

"Eris, lo duduk sini!" seru Safina sambil menunjuk meja di sampingnya.

Eriska pun mematuhi seruan Safina dan segera meletakkan tasnya di meja yang berada di samping kanan meja Safina.

"Kenapa lo, Ris? Masih pagi mukanya udah ditekuk aja,"

Eriska belum merespons. Ia justru langsung meraih ponselnya lalu memainkannya.

Safina sedikit geram dengan tingkah laku yang menghiraukannya. Ia pun beranjak dari kursinya dan berpindah duduk ke samping Aulia.

"Kak Alfian lagi?" duga Safina.

"Lengkap. Setemen-temennya juga ngeselin, Fin!" jawab Eriska sebal.

Safina menghela napasnya panjang lalu mengusap lengan Eriska. "Lo boleh nggak suka sama seseorang tapi jangan sampe benci, Ris. Mungkin aja sekarang lo bisa benci banget sama kak Alfian, tapi nanti suatu saat? Nggak ada yang tahu, Ris."

"Tapi, semenjak dia muncul di hidup gue, semuanya jadi berubah, Fin. Gila sih, Fin, dia berhasil ngebuat gue sesuram ini." keluh Eriska sambil menjambaki rambutnya.

"Udah, Ris, yang udah berlalu di SMP lo lupain aja. Yang penting lo jaga sikap aja sama dia mulai sekarang dan gimana pun juga lo harus pegang janji lo sama dia. Turutin aja, Ris, biar lo nyaman sekolah disini." tutur Safina menasihati.

Eriska memejamkan matanya sejenak. Mencoba memaafkan sosok cowok jahanam itu.

"Oke oke. Makasih banyak, Fin, buat sarannya. Gue akan berusaha lebih ngontrol emosi gue lagi sama dia," jawab Eriska setenang mungkin.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang