Pertama Kalinya

248 19 3
                                    

"Permisi, Kak."

Alfian segera menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Ngapain?" tanya Alfian tajam.

"Mau minta tanda tangan lo lah," jawab Eriska sebal.

Biarin aja nyolot.

"Iya, Kak, kita kesini mau minta tanda tangan kakak buat syarat penuntasan MOS kita nih, Kak. Tinggal kurang satu doang nih masalahnya," ujar Safina meluruskan.

"Ya udah siniin kertas lo," balas Alfian sambil menengadahkan tangannya.

Safina pun segera menyerahkan kertasnya dengan cepat. Bahagia karena Alfian tidak memberinya tantangan. Alfian pun segera menandatangani kertas tersebut lalu menyerahkannya kembali pada Safina.

"Makasih banget ya, Kak. Oh iya, Kak, ini dikumpulin kemana ya?" tanya Safina.

"Kumpulin ke wali kelas ya. Cari aja wali kelas lo di ruang guru."

"Nanti aja deh, Kak. Gue bareng Eriska. Ris, cepetan gih katanya mau minta tanda tangan," kata Safina pada Eriska. Eriska pun segera menyodorkan kertasnya kepada Alfian tanpa berkata-kata.

"Apaan maksudnya?" Alfian pura-pura tidak tahu.

"Tanda tangan lah. Masa stempel!" balas Eriska dengan kesal.

Jujur saja Eriska masih kesal dengan acara sumpah serapah kemarin siang di Warung Wahidin.

"Nggak sopan," jawab Alfian dengan suara kecil.

"Ngomong apa lo, Kak?" nada suara Eriska meninggi.

Alfian membuang pandangannya pada Safina dan tidak merespons Eriska. "Lo cari wali kelas lo sekarang. Temen lo masih punya urusan sama gue," usir Alfian secara halus.

Safina sedikit merinding dengan tatapan dan suara berat Alfian. Hingga ia pun menurut dan segera meninggalkan Alfian dan Eriska di UKS.

Kini tersisa Alfian dan Eriska di UKS. Berdua. Alfian menatap Eriska dengan tatapan membunuh sementara Eriska malah sibuk menyembunyikan wajahnya. Menghindari kontak mata dengan kakak kelasnya itu.

"Lihat mata gue," pinta Alfian.

Mau dihipnotis apa ya gue?

"Lihat mata gue, Eriska!" Alfian mengulangi.

Jangan dilawan, Eriska. Jangan dilawan. Inget dia ini anak kepsek. Jaga emosi lo, Ris.

Eriska pun mengangkat kepalanya dengan perlahan dan akhirnya terjadilah kontak mata antar keduanya. Untung saja jarak mereka masih dalam batas wajar.

"Mau minta tanda tangan gue kan?" tanyanya.

Eriska hanya membalasnya dengan anggukkan.

"Ada syaratnya," katanya lagi.

Safina, tolongin gue!

"Jangan ribet-ribet, Kak. Gue udah capek," tawar Eriska.

Alfian mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum miring. "Obatin gue."

"HAH? APA?" Eriska berteriak.

"Gue nggak nerima penolakan." kata Alfian santai.

"Mending gue dianggep nggak nuntasin MOS daripada gue harus ngobatin lo sekarang!" kata Eriska menolak.

"Ya udah terserah sih kalo mau kesan pertama lo disini buruk. MOS aja nggak tuntas."

"Biarin. Daripada gue mesti sok perhatian sama lo. Yang ada juga nanti lo tambah sakit kalo gue yang ngobatin," jawab Eriska dengan berani.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang