Kelulusan dan Yang Terakhir

100 6 0
                                    

"Widih, congrats ya, Bor! Lulus juga kan lo," ujar Ricky terkagum-kagum.

"Lo juga congrats, Ky. Sukses ya nanti SBMPTN nya." balas Alfian sambil mengadukan telapak tangannya dengan telapak tangan Ricky alias tos.
"Yan, inget ya nanti kalo udah di ITB, lo tetep harus sering-sering main ke Jakarta. Sesekali kita kongkow bareng lagi," kata Caesar mengingatkan.

"Iya tuh, kudu wajib banget. Kita mesti sering-sering kumpul berlima terus!" sahut Dennis.

"Oke siap. Itu mah tenang aja. Tapi sesekali, kita ngumpul di Bandung juga dong. Nanti gue ajak jalan-jalan deh sampe Cimahi, gimana?" tawar Alfian.

"Siap, Yan. Eh ya udah yuk, makan dulu. Laper nih," kata Daffa menutup topik.

"Iya nih. Kita nikmatin gala dinner terakhirnya dulu," ujar Dennis.

"Kalian duluan aja deh. Gue mau ke toilet sebentar." pamit Alfian.

"Mau gue tag in meja juga nggak, Yan?" tawar Daffa.

"Sabeb, semeja bareng aja. Bentar ya gue ke toilet dulu,"

Alfian pun segera meninggalkan keempat sahabatnya dan segera keluar dari area ballroom. Namun, dirinya tidak menuju toilet, melainkan menuju ke ruang panitia.

Sesampainya di depan ruang panitia, Alfian melongokkan kepalanya ke dalam ruangan dan mencoba menyorot sosok yang ia cari. Dan ia menemukan sosok tersebut.

Saat itu ruang panitia sedang tidak begitu ramai dan ini adalah kesempatan terbaik Alfian untuk menghampirinya.

"Ekhm..."

Gadis berambut panjang itu langsung terkesiap ketika menyadari kehadiran Alfian yang telah duduk di sampingnya.

"Aku udah lulus." tukas Alfian tiba-tiba.

Alfian berbicara kepada Eriska.

"Udah tahu. Selamat ya," balas Eriska singkat.

"Kamu percaya nggak kalo aku bilang nilai ujian Matematika aku 100?" tanya Alfian lagi.

Eriska menatap Alfian heran. Nilai 100?

"Iya, aku dapet 100." pamer Alfian.

"Oh. Bagus dong, itu artinya lo mulai berhasil ngebanggain orang tua lo. Apalagi bokap," seloroh Eriska.

"Ngebanggain kamu juga nggak? Kan dulu kamu yang ngebuat aku suka sama Matematika, awalnya pas mau try out." Alfian berusaha mengingatkan.

"Gue udah lupa. Lagian kalo pun dulu gue pernah gitu ke lo, itu kan pas try out. Bukan di saat lo mau UN,"

Alfian mendengus namun tetap tersenyum lebar. "Aku seneng kamu masih mau sama ngomong aku. Apalagi sampe ngucapin selamat kayak barusan,"

"Putus kan nggak harus musuhan." balas Eriska tajam.

"Iya juga ya. Oh iya, kamu cantik banget, Ris." puji Alfian langsung.

Eriska terkejut. Alfian memujinya.

"Makasih."

"Besok ada acara?"

"Nggak." jawab Eriska cepat.

"Boleh aku main ke rumahmu?" tanya Alfian lembut.

"Ngapain?"

"Untuk yang terakhir kalinya, Ris."

Eriska berpikir sejenak. Ia juga sebenarnya merindukan waktu-waktu itu bersama Alfian. Kebetulan besok kedua orang tua Eriska akan dinas di luar kota dan menginap selama 3 hari. Alhasil, Eriska hanya akan tinggal berdua bersama Bi Darmi di rumah.

"Kapan lo ke Bandung?" tanya Eriska.

"Itu kan bukan urusanmu. Yang penting, aku cuma pengin kita sama-sama besok. Bisa?"

Eriska mengulum bibirnya sejenak seperti berpikir. "Mau ngapain?"

"Banyak hal." jawab Alfian pasti.

"Tapi, lo harus pulang sore, nggak boleh malem. Dan kalo sampai lo macem-macem sama gue, gue bikin lo nyesel seumur hidup!" ancam Eriska.

Alfian mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, boleh kan main ke rumahmu?"

"Iya."

***

Sabtu pagi adalah surga dunia bagi Eriska. Bagaimana tidak, hanya di hari sabtu pagi lah dirinya bisa puas bangun siang. Sementara hari minggu pagi adalah waktu wajib Eriska dan ayahnya untuk mengikuti car free day.
Namun, pagi ini berbeda bagi Eriska. Ia harus bangun pukul tujuh pagi dan segera menyiapkan dirinya. Alfian bilang, ia akan pukul delapan pagi.

"Pagi-pagi udah rapi aja, Non. Ini kan masih sabtu," komentar Bi Darmi sambil mengamati Eriska yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya.

"Iya, Bi. Mau ada temen dateng kesini. Makanya aku siap-siap dulu," jawab Eriska.

Bi Darmi hanya ber-oh panjang. "Non, bibi tinggal ke belakang dulu ya? Mau beresin yang di belakang dulu,"

"Oh iya, iya, Bi." Eriska mempersilakan.

Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Eriska pun segera berjalan menuju ruang tamu dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Sesekali matanya sibuk melirik notifikasi yang muncul dari ponselnya. Siapa tahu ada notifikasi dari Alfian.

Tiba-tiba ada suara deru motor Ninja yang terdengar memasuki halaman rumah Eriska. Eriska pun segera bangkit berdiri dan mengintip dari jendela.

Benar, Alfian yang datang.

Eriska jadi kikuk. Apa yang harus dikatakannya untuk menyambut Alfian?

Tok tok tok

"IYAAAA!" sahut Eriska spontan.

Bahkan sekarang Alfian telah berdiri di depan pintu rumahnya dan mengetuknya.

Eriska harus siap menghadapi Alfian. Toh lagipula, dirinya dan Alfian sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi.

"Hai," sapa Eriska mendahului.

Alfian yang sedang menaikkan jambulnya segera tersenyum lebar ketika mendengar sapaan Eriska. "Hai, Eris. Selamat pagi,"

"Pagi juga, Al. Lo datengnya on time banget," Eriska mengawali topik.

"Cowok yang baik itu nggak akan pernah bikin cewek nunggu. Kan aku yang mau main ke rumah kamu, kan aku yang ngajakin kamu, itu artinya aku juga dong yang harus tanggung jawab sama omongan aku sendiri. Bukannya kita emang janjian jam delapan pagi kan kemarin?"

"Iya, gue tahu. Tapi, maksudnya lo bener-bener dateng pas di jam delapan pagi." sanggah Eriska.

"Ck, ya udah. Daripada aku telat, nanti kamu keburu kangen sama aku. Nih, tadi aku sempetin beliin sarapan buat kamu." ujar Alfian sambil menyodorkan sekantong plastik hitam yang dibawanya.

"Ih, nggak perlu repot-repot kali. Udah ah, kita masuk dulu ke ruang tamu. Nggak enak kelamaan berdiri di depan pintu gini," Eriska mengalihkan pembicaraan.

Alfian mengikuti langkah Eriska saat memasuki bagian depan rumahnya.

"Lesehan aja ya, ngedeprok di bawah. Sofa gue abis divacuum. Sayang kalo didudukin orang," kata Eriska ketus.

"Santai kali, Mbak. Duduk di trotoar atau di pembatas jalan aja, saya udah biasa." jawab Alfian sambil duduk di lantai.

Dan detik-detik selanjutnya, Eriska masih hemat bicara karena sejujurnya ia masih gugup karena harus menghabiskan harinya bersama Alfian hari ini. Entah apa yang akan terjadi sampai sore.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang