Pilihan Eriska

168 7 0
                                    

"Cie calon anak ekskul taekwondo," goda Mutia sambil melirik Eriska yang sedang mengunyah chicken katsu -nya.

"Cie juga calon anak ekskul rohis." balas Eriska kepada Mutia.

"Eh iya, Ris, kenapa lo akhirnya milih taekwondo? Kan banyak ekskul-ekskul lain yang lebih cocok buat cewek kayak lo," tanya Alifia.

"Gue pengin aja bisa bela diri. Lagian penampilan kakak-kakak taekwondo tadi keren-keren kok." jawab Eriska antusias.

"Ikut fotografi juga pasti bisa bela diri kok."

Eriska, Safina, Alifia, dan Mutia kompak menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati sesosok Alfian yang telah berdiri di belakang mereka.

Eriska segera memelototkan matanya seseram mungkin, berharap laki-laki itu akan menyingkir.

"Ngapain lo melotot-melotot?" tanya Alfian kepada Eriska.

"Mata gue pegel ngeliatin demo ekskul fotografi dari tadi. Ngebosenin Makanya sekarang lagi senam mata." jawab Eriska tanpa beban.

Apa ia lupa Alfian ini siapa?

Alfian hanya tersenyum miring lalu membuang pandangannya ke pojok kantin. "Berani lagi sama gue?"

Safina segera menepuk bahu Eriska hendak menyadarkan. Namun, belum sampai tangannya di bahu Eriska, Eriska telah menyadarinya dan segera meminta maaf kepada Alfian.

"Maaf lo gue seleksi dulu. Nanti kalo gue udah maafin, gue kabarin lo lagi." ujar Alfian santai.

"BHAK! Maaf doang pake diseleksi?" Eriska merespons sambil berusaha menahan tawanya.

"Banyak yang punya salah sama gue dan gue nggak bisa nginget semuanya. Kalo ternyata kesalahannya fatal sama gue, ya nggak gue maafin lah."

Fix, ini cowok gaje juga.

Safina, Alifia, dan Mutia sukses tertawa lepas setelah mendengar ucapan Alfian.

Fix, temen-temen gue receh.

"Kok kalian sih yang ketawa? Gue kan lagi ngehibur Eriska yang tadi pagi udah gue bikin bete." tanya Alfian dengan nada tak suka.

Safina, Alifia, dan Mutia pun berusaha menghentikan tawanya lalu mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.

"Tahu nih. Emang apanya yang lucu sih? Receh ah lo pada," sahut Eriska sambil menyedot es jeruknya.

"Lagian lo ada-ada aja sih, Kak. Humoris juga ya lo?" tanya Alifia.

Eriska muak mendengarkan teman-temannya yang sepertinya tertarik dengan penuturan Alfian tadi. Tidak bermutu.

"Gue ke kelas ya, panas banget disini." pamit Eriska sambil berlalu begitu saja dari mejanya.

Alfian hanya bisa mengerucutkan bibirnya ketika melihat respon Eriska. Selalu saja susah didekati. Tunggu, tunggu. Didekati?

"Lo kan yang paling deket sama Eriska?" Alfian mengintrogasi Safina yang baru saja meneguk es jeruknya.

Safina hanya membalasnya dengan anggukkan.

"Kalo gitu lo bisa dong ceritain ke gue, gimana Eriska sebenernya." Alfian terang-terangan meminta.

"Sebenernya gimana, Kak?"

Alifia dan Mutia hanya bisa saling menatap. Sedikit gugup juga karena Alfian yang terkenal akan kepamorannya itu duduk satu meja dengan mereka.

"Semua tentang dia. Gue penasaran banget sama tuh cewek." Alfian jujur.

"Mau lo gebet, Kak? Kayaknya Eriska udah punya pacar deh," Safina terpaksa harus berbohong. Kenapa? Karena ia tahu, Eriska akan marah besar bila hal-hal pribadinya sampai ke telinga Alfian. Terpaksa Safina menutupi kebenaran yang satu ini.

Alfian hanya mengangguk paham. "Minta ID LINE Eris," tanya Alfian memastikan.

Safina menggeleng. "ID LINE juga nggak punya. Nggak main sosmed,"

Safina berbohong lagi. Ia hanya ingin menjalankan perintah Eriska agar laki-laki ini tidak mengetahui informasi sekecil apapun tentang dirinya. Safina hanya ingin sahabatnya aman.

"Lo berdua pasti punya kan ID LINE nya Eriska?"

Eh woi, kok malah langsung nanyain ID LINE nya Eriska sih?! Batin Safina.

"Heh, buat apaan?" tanya Safina memotong.

Alifia dan Mutia saling bertatapan. Mencoba saling mencerna maksud selaan Safina.

"Nggak usah pura-pura nggak tahu."

"Mereka aja baru kenal sama Eriska kemarin, Kak. Yakali udah punya kontaknya," Safina terus menutupi.

Alifia dan Mutia baru paham.

"Oh. Oke kalo nggak mau ngasih, gue bisa cari tahu sendiri."

***

"Bang, temenin Katya bikin PR dong!" ajak gadis berusia dua belas tahun itu memaksa.

Alfian mengangkat kepalanya dengan malas. "Lo sendiri aja deh, Kat. Abang lagi pusing tahu nggak,"

"Yah, Abang. Orang Katya mau minta diajarin bahasa inggris. Kan abang jago tuh," gadis bernama Katya itu masih memohon.

Ya, Katya, adik kandung Alfian.

"Bentar ah. Gue lagi asyik, nanti deh abang susul ke kamar lo." jawab Alfian tanpa bergerak.

Katya berdecak sebal. Abangnya ini selalu saja membuatnya menunggu bila diminta menemani belajar.

"Bang, ayolah sekarang aja. PR Katya banyak banget loh!" Katya semakin merengek sambil mengguncang-guncang tubuh Alfian.

"Iya, iya, lima menit lagi, Abang janji." Alfian menatap Katya tulus.

Cling!

Alfian meraih ponselnya dengan cepat ketika mendengar notifikasi tersebut.

Eris : Gue tetep mau msk taekwon.

Alfian tertawa kecil membaca isi pesan tersebut. Bahkan ia pun sampai senyum-senyum sendiri.

"Bang, gece dong! Keburu ngantuk nih gue kalo lo ngajarinnya kemaleman!" Katya menyentak Alfian lagi.

Alfian pun berdecak sebal lalu segera bangkit dari kasurnya. Ia meletakkan ponselnya ke atas nakas lalu mengacak rambut Katya dengan asal. "PR aja lo panik banget, apalagi kalo UN bahasa inggris, Kat?"

***

"Oh ya? Kamu ikut taekwondo?" tanya Cahyo, ayah Eriska.

Eriska mengangguk cepat. "Pengin bisa bela diri, Pa."

"Kenapa kamu nggak masuk fotografi aja? Kata Pak Aria, ekskul fotografi di sekolah kamu bagus loh. Sering mengeksplor pemandangan-pemandangan alam juga, kamu kan suka traveling juga." ujar Fika, ibu Eriska.

Eriska meneguk air minumnya lalu mengusap bibirnya dengan tisu. "Nggak mau ah, Ma. Aku nggak suka moto-moto. Lagian aku juga nggak punya kamera kan?"

"Yaaa, kalo kamu mau masuk ekskul fotografi, pasti akan mama belikan kamera baru buat kamu." tukas Fika lagi.

Eriska menghela napasnya dengan pasrah. "Ma, bukan masalah tinggal beli kameranya doang. Tapi, aku juga emang nggak tertarik sama fotografi. Udah ah, Ma, Pa, aku berangkat sekolah dulu." pamit Eriska sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang