Havana Aprillah

102 5 0
                                    

"Jawab deh, gue punya tebak-tebakan!" seru Havana antusias.

Eriska mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Jus, jus apa yang turun dari langit?" tanya Havana.

"Jus... Jus jeruk?"

"Salah!"

"Jus melon?"

"Salah!"

"Jus alpukat kalo gitu!" Eriska yakin sekali.

"Salah juga!" balas Havana santai.

"Ih, terus apa dong?"

"Jus... Justru itu gue nanya sama lo." jawab Havana menyebalkan.

"Vana, lo bener-bener nggak kreatif ya! Gue tahu, lo pasti nyolong dari internet kan? Receh banget sih sumpah," cibir Eriska sambil memukul lengan Havana.

Havana terkekeh melihat respon sebal Eriska. "Seneng deh gue,"

Aulia melirik Havana sejenak. "Seneng kenapa?"

"Seneng bisa liat lo ngambek-ngambek gemes. Seneng bisa duduk di samping lo kayak sekarang. Seneng bisa kenal sama cewek kayak lo juga," jawab Havana sambil mengulum senyumnya.

Raut wajah Eriska kembali berubah ketika melihat senyum Havana.

Mirip seseorang.

"Kok malah diem?" tanya Havana menyadarkan.

"Nggak apa-apa. Yuk balik ke kelas," ajak Eriska sambil berdiri.

Havana sibuk mengamati tingkah Eriska yang berubah tiba-tiba. Ia pun segera menghabiskan jusnya dan segera menyusul Eriska yang telah menjauh beberapa langkah di depannya.

***

"Safina, Shakila," sapa Eriska ketika baru saja tiba di kelas Shakila.

"Eh, Eris, sini duduk." ajak Shakila sambil menunjuk bangku kosong di sebelahnya.

Eriska pun segera duduk di samping Shakila dan mulai ikut berbincang.

"Lagi pada ngobrolin apa?" tanya Eriska.

"Ini, pengumuman SBMPTN baru keluar. Kak Dimas keterima loh di IPB!" seru Shakila dengan bangganya.

"Oh iya? Wah, selamat ya. Harus bangga lo, Sha, sebagai pacarnya." puji Eriska.

"Iya, nanti gue sampein salam selamat dari lo. Btw, lo bener banget, gue bangga banget jadi ceweknya. Udah pinter, humoris, setia. Duh gila sih, paket komplit!" Shakila terdengar memuji Dimas.

Eriska hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan. "Kalo Kak Daffa, dapet PTN dimana, Fin?"

"Dapet di Universitas Airlangga, Ris." jawab Safina gembira.

"Fakultas?"

"Fakultas psikologi," jawab Safina cepat.

"Wah, hebat. Seneng ya kalian berdua, punya cowok yang hebat-hebat. Gue ikut seneng deh dengernya," puji Eriska.

"Kak Alfian juga hebat kali, Ris. Dapet ITB, pake jalur prestasi. Mana dia tuh jarang banget nunjukin bakat basketnya di sekolah. Tiba-tiba berprestasi gara-gara basket," ucap Safina antusias.

Mendengar nama Alfian, raut wajah Eriska langsung berubah drastis. Kenapa harus nama itu lagi?

"Lo kenapa, Ris?" tanya Shakila yang menyadari perubahan ekspresi wajah Eriska.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang