Mengejutkan

106 6 2
                                    

Pagi ini, Eriska sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya juga rambut sebahunya yang ia kepang ikan.

"Iya tahu yang cantik." ucap Dika dengan nada meledek.

"Comment mulu lo, Bang!" jawab Eriska tidak suka.

Fika dan Cahyo yang melihat tingkah kedua anaknya itu hanya tertawa kecil.

"Kamu sedeket apa sih, Ris, sama anaknya Pak Aria?" tanya Fika dengan nada meledek.

"Ya selayaknya kakak kelas sama adik kelas aja dong, Ma." jawab Eriska sekedarnya.

"Masa sih cuma sebatas itu? Dia sampai rela jadi tukang ojek pribadi kamu loh, Ris." Cahyo menimpali.

"Namanya juga lagi pdkt, Pa." sahut Dika asal.

"Abang, sok tahu ih!" ujar Eriska sambil memukul punggung Dika kesal.

"Gapapa, Ris, kalo kamu lagi deket sama Alfian. Jangankan deket, kamu pacaran sama dia pun, Mama restuin kok. Seusia kamu ini udah wajar buat ngerasain rasanya punya pacar atau cinta pertama, asal tahu batasannya." ucap Fika menasihati.

Sebenarnya Eriska cukup senang mendengar restu dari ibunya. Namun, mau bagaimana lagi, Eriska tetaplah Eriska yang pandai menutupi gengsinya.

Tin tin tin...

"Tuh dijemput pangerannya!" kata Dika sambil menepuk bahu Eriska.

Eriska melongokkan kepalanya ke arah jendela sejenak lalu segera mengenakan ranselnya.

"Ma, Pa, Eris pamit dulu ya?" kata Eriska sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iya, Sayang. Senang-senang ya di study tour kamu," Fika membelai kepala Eriska.

Eriska mengangguk paham kemudian berpamitan juga pada kakaknya, Dika. Seusai berpamitan, Eriska pun segera melangkahkan kakinya keluar rumah dan tersenyum bahagia ketika melihat Alfian yang telah berdiri di terasnya.

"Selamat pagi, Adik Kelas." sapa Alfian kepada Eriska yang hanya tersenyum kaku.

"Nak Alfian, saya titip anak saya, Eriska. Dia ini terkadang suka teledor. Apalagi kalo udah seneng, suka lupa diri sama waktu. Saya takutnya dia kepisah dari rombongan study tour." Cahyo yang mengantarkan putri bungsunya sampai di teras pun berpesan kepada Alfian.

"Siap, Om. Lagipula, perwakilan dari SMA Pertiwi cuma kita berdua doang. Jadi, saya bakalan bener-bener ngejaga Eriska banget kok, Om." jawab Alfian antusias.

"Ck! Kak, biasa aja dong. Nanti Papa mikirnya kita lebih dari temen, gue malu." bisik Eriska di samping telinga Alfian.

"Ya sudah. Kalian berdua jangan sampai terlambat, hati-hati ya. Sekali lagi, Fian, om titipkan Eriska sama kamu."

Alfian hanya menganggukkan kepalanya paham lalu segera berpamitan kepada Cahyo. Setelah itu, Eriska pun segera melompat naik ke atas Ninja milik Alfian dan pergi ke sekolah.

***

Alfian membelokkan motornya ke Jalan Wahidin untuk memarkirkannya. Sesampai di tempat langganan motor Alfian diparkirkan, Eriska segera turun dan melepas helmnya.

"Eris, gue boleh jujur nggak?" tanya Alfian tiba-tiba.

"Jujur apa?"

"Lo manis banget kalo rambutnya dikepang gini. Ngingetin gue sama seseorang," puji Alfian sambil menatap Eriska serius lalu membelai rambut Eriska.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang