Sah!

204 8 3
                                    

Lima Bulan Kemudian...

Suasana Masjid Al-Baakhirah di kota Cimahi siang itu telah cukup ramai. Halaman parkirnya pun telah dipenuhi oleh mobil-mobil dari yang standard hingga yang mewah. Wanita-wanita berbaju gamis nan cantik pun telah terlihat berlalu-lalang di area masjid berbentuk kapal tersebut. Selain itu, mereka pun juga membawa pasangan mereka masing-masing. Siap menyaksikan berlangsungnya akad pernikahan Alfian dan Eriska.

Sementara itu di dalam masjid, Havana dan Safina sibuk mengecek kembali semua yang diperlukan.

"Van, ini semuanya udah nggak ada yang kurang kan?" tanya Safina yang kala itu mengenakan gamis putih bertabur payet yang membuatnya tampak terlihat anggun.

"Tenang aja, Fin. Semuanya udah siap, yang kurang cuma pengantinnya aja nih." canda Havana.

"Oke. Pokoknya kalo sampai ada yang kurang, gue nyalahin lo, Van." ancam Safina sambil menunjuk Havana.

"Iya, iya. Mas Daffa kemana?" tanya Havana penasaran.

"Mas Daffa lagi di ruang make up sama Alfian. Susulin sana, daripada lo mondar-mandir nggak ada kerjaan disini, Van."

***

Alfian selesai dibedaki dan kini penampilannya benar-benar luar biasa. Ia sungguh tampan. Tampan sekali. Ricky, Caesar, Daffa, dan Dennis pun sampai bertepuk tangan, terkagum-kagum.

"Gelo, Ayan! Super gantengnya!" kagum Dennis sambil berdecak kagum.

"Iya, Yan, sumpah lo ganteng banget parah!" puji Caesar tak mau kalah.

Alfian melihat tampilan dirinya di cermin. Rambutnya yang sudah tersisir rapi, wajahnya yang nampak lebih putih, alisnya yang semakin dipertegas, juga jas buka Prawengdana berwarna putih yang semakin mendukung penampilannya. Belum lagi, roncean melati yang telah dikalungkan di lehernya juga Boro Sarangka (kantong tempat keris) yang telah dipasang di pinggangnya.

"Iya juga ya. Gue ganteng banget," Alfian memuji dirinya sendiri.

"Dibilangin nggak percayaan sih. Sumpah, lo ganteng banget deh, Yan. Gue aja kalah," ujar Ricky bergurau.

Alfian langsung menggeplak kepala Ricky dengan Bendo (sejenis blangkon Sunda) miliknya. Ricky merintih kemudian berdesis. "Kasar lo, Yan!"

"Bodo, Ky." jawab Alfian santai. "Eh, kira-kira Eriska secantik apa ya sekarang?" tanya Alfian tiba-tiba.

"Abis ini juga lo ketemu sama Eriska. Gue jamin, dia pasti cantiiikk banget." kata Daffa.

"Heh, itu calon istri gue. Lo kan udah punya Safina," tegur Alfian sambil melirik Daffa dengan sengit.

"Iya, iya. Nggak usah posesif kayak Fajrin juga dong lo," ledek Daffa.

"Males banget gue disama-samain sama Fajrin. Eh, ngomong-ngomong, gimana tuh kabarnya Fajrin?" Alfian malah penasaran.

"ABAAAAANNGG!"

Seisi ruangan itu pun termasuk tukan rias Alfian langsung menutup telinganya. Menyelamatkan gendang telinga masing-masing.

"Katya, lo bener-bener ya!" sahut Alfian kesal.

"Hehe, punten atuh. Cepet dong, itu penghulunya udah nunggu!" ujar Katya memburu Alfian.

"Iya. Sabar, gue keluar sekarang juga. Udah sana lo, balik balik." Alfian langsung mengusir Katya kemudian menutup pintu.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang