Perubahan

157 10 0
                                    

"Dennis, gue pecel sama dada ayamnya satu ya!" seru Ricky kepada Dennis.

"Gue juga sama ya kayak Ricky. Tapi gue ayamnya dua potong ya, Den!" sahut Caesar sambil mengacungkan sepotong dada ayam yang sudah dicapitnya dengan penjepit gorengan.

Dennis hanya menganggukkan kepalanya tanpa beban. Hari ini ia memang berulang tahun dan berniat mentraktir teman-temannya di kantin.

"Denniiiss, happy birthday! Semoga panjaaaang umur, sehat selalu, makin kurus, makin ganteeeeng banget biar mirip Brooklyn Beckham, dan makin cuucook!" seru Bella sambil melingkar-lingkarkan jarinya di depan wajah Dennis.

"That's right, Dennis. Pokoknya gue, Virsha Khan, siswi tercantik di 12 IPA 1, mengucapkan selamat ulang tahun kepada Dennis Ferdian Surya yang hari ini resmi menginjak usia 18 tahun. Harapannya semoga Dennis makin lebiiihh baik kedepannya dan cepet-cepet nggak jomblo lah ya, Den." ujar gadis berwajah keturunan India tersebut sambil mencolek hidung bulat Dennis.

"AAAAHHH BAPER DEH GUE, DIUCAPIN ULANG TAHUN SAMA DUA PRIMADONA PERTIWI!" ungkap Dennis dengan suara keras nan manja.

"Unch! Baper loh acuw dibilang primadona," kata Virsha sambil memegangi kedua pipinya.

"Heh, Virsha, seprimadona-primadonanya lo, tetep aja kali lo kalah cantik sama gue, Bella Lorenza!" tegur Bella sambil mengibas-ngibaskan rambut cokelatnya.

"Sssst... Udah ya, cewek-cewek. Jangan pada quarrel disini. Karena kalian udah pada ngucapin happy birthday to me, kalian berdua berhak mendapatkan voucher makan gratis di kantin yang dipersembahkan oleh Dennis Ferdian Surya." Dennis menyudahi perdebatan Bella dan Virsha.

Virsha membulatkan matanya senang. "Serius, Den, lo mau traktir kita berdua?"

Dennis mengangguk. Tanpa berlama-lama lagi, Virsha pun langsung mengambil langkah seribu menuju sebuah kios kantin yang menjual cilor dan cireng. Sementara, Bella masih berdiri di hadapan Dennis sambil memperhatikan tingkah sahabatnya itu.

"Lo nggak mau gue traktir juga nih?" ledek Dennis kepada Bella.

"Bentar dulu, Den. Gue mau nanyain Alfian l sama lo," jawab Bella.

Dennis pun mengerucutkan bibirnya pasrah. "Hei Bella Lorenza, dengerin gue ya, lo itu salah besar kalo mau nanyain Alfian hari ini. Because, hari ini pun gue lagi nyariin dia. Mendingan lo sekarang capcuus ke ruangannya Pak Aria, terus lo tanyain deh tuh si Alfian kemana." balas Dennis sambil mengarahkan telunjuknya ke luar kantin.

"Udah gila kali lo ya, Den. Lihat tampangnya Pak Aria aja gue merinding, apalagi gue masuk ke ruangannya."

"Yeee, sembarangan aja lo kalo ngomong. Lo kata mukanya Pak Aria itu kuburan apa sampai merinding segala. Nanti gue aduin ke Alfian lo," ancam Dennis sambil menuding-nudingkan jarinya.

"Apaan sih, Den, gue lagi serius nih. Gue penasaran Alfian kemana, you know lah Alfian itu penting banget buat gue." ujar Bella dengan sedikit memaksa.

"Bella yang belia, sumpah nih ya, gue aja nggak tau Alfian dimana. Di kantong gue, nggak ada. Di bawah sepatu gue, nggak ada juga. Di dom--"

"Frustasi, Den, gue ngomong sama lo." ujar Bella sambil meninggalkan Dennis begitu saja.

***

"Kak, nanti kalo ada pendaftaran pengurus OSIS, kabarin aku ya. Soalnya aku berminat banget masuk OSIS." pinta Eriska kepada Fajrin.

"Siap. Oh iya, Ris, gue boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Fajrin sambil mendekap map biru yang dibawanya itu ke dadanya.

Eriska mengangkat sebelah alisnya. "Nanya apa, Kak?"

"Lo sama Alfian udah lama kenal?"

Duh, ini kakak ganteng ngapain nanyain si kunyuk itu sih?

"Dia kakel aku dari SMP, Kak." jawab Eriska sedikit kaku.

"Ooohh. Terus, kalo gue boleh tahu, lo ada masalah apa sama dia? Keliatannya kalian sama-sama nggak suka," Fajrin semakin frontal.

Eriska sedang merangkai kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan kebenciannya pada Alfian.

Udahlah gue jujur aja. Kali aja dibelain sama kak Fajrin.

"A... Aku itu ada masalah... Umm... Dulu aku itu pernah gagalin rencana madolnya dan mulai dari saat itu, dia nganggep aku musuh bebuyutannya, Kak." jawab Eriska dengan cepat.

"Alfian tuh?" tanya Fajrin memastikan.

Eriska membalasnya dengan anggukkan.

"Mau madol?"

Dibalas Eriska lagi dengan anggukkan.

"Dari SMP tuh?"

"Iya, Kak." jawab Eriska sedikit tak sabar.

Fajrin tertawa lepas. Eriska jadi bingung sendiri. Apanya yang lucu?

"Gue sih nggak nyangka loh Alfian ternya--"

"BRO, AYO GECE SUSULIN FIAN!"

"FIAN, GUE MOHON JANGAN SINTING!"

Fajrin mendongakkan kepalanya, berusaha mencari sumber suara. Ricky, Dennis, Daffa, dan Caesar.

"Ris, ke koridor seberang yuk. Gue penasaran itu ada apaan, soalnya itu kan geng-gengnya Alfian, mana lagi heboh gitu lagi." ajak Fajrin kepada Eriska.

Alfian lagi? Bodo amat.

"Aku balik ke kelas aja deh, Kak. Tadi udah janjian mau ngajarin geografi ke temen." Eriska berusaha menghindar.
"Jangan, Ris. Lo harus belajar ngadepin masalah di sekolah ini. Lo kan calon OSIS. Oke?" Fajrin berusaha memaksa Eriska untuk ikut dengannya.

"Tapi, Kak, aku udah janji sama temen aku." bantah Eriska lagi.


"Nanti gue yang bantu ajarin geografi ke temen lo. Lo ikut gue ya. Tenang aja, lo aman sama gue. Lo nggak bakal kepancing emosi lagi."


Nggak bakal kepancing emosi? Kemaren aja gue khilaf gebukin si kunyuk!

Eriska pun mengikuti langkah Fajrin dengan malas. Ia hanya bisa berharap, kehebohan ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Alfian.

***

"Fian, udah, Fian. Lo nggak tired apa ngamuk-ngamuk begini?" tanya Dennis kepada Alfian.

"Tahu, Yan. Lo kenapa sih jadi begini? Lo nggak inget kalo lo punya sahabat yang selalu ada buat lo? Ada gue, Dennis, Ricky, Caesar, kita kurang apa sih, Yan?" Daffa berusaha menenangkan Alfian.

Namun, Alfian sudah terlanjur emosi. Dari pukul tujuh ia berada di gudang sekolah dan setelah tiga jam berlalu, Alfian baru bisa meluapkan emosinya. Ia tak peduli seberapa banyak pasang mata yang menatapnya kini. Seberapa banyak kamera yang menyala untuk menstorykan dirinya. Dan seberapa hancurnya dirinya kini.

"Ada masalah apa sih, Yan?" tanya Caesar sedikit lembut.

Alfian menghiraukan pertanyaan sahabatnya itu dan justru meninju tembok sekuat tenaga. Tak peduli gudang itu lama-kelamaan bisa roboh akibat ulahnya hari ini.

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang