Tanpa Fajrin, Dengan Alfian

111 7 3
                                    

Bel istirahat kedua telah berbunyi. Eriska segera mengeluarkan mukenanya dari dalam tas kemudian segera turun menuju musholla sekolah. Ia akan menjalankan ibadah shalat dzuhur. Ketika sampai di koridor lantai bawah, Eriska merasa ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Hai?"

Eriska mengenali suara itu.

"Hai, Kak." balas Eriska singkat.

"Mau kemana?" tanya Alfian.

"Ke musholla, shalat dzuhur." jawab Eriska.

"Boleh ikut?"

Eriska mengangkat sebelah alisnya. "Ikut kemana?"

"Ikut shalat dzuhur," jawab Alfian sambil tersenyum simpul.

"Ya bolehlah. Emangnya ada yang ngelarang lo buat shalat?"

"Biasanya sih nggak ada. Siapa tahu hari ini ada," balas Alfian asal.

"Ngaco. Kurang kerjaan itu mah yang ngelarang-larang lo shalat di musholla." respon Eriska sambil mendorong tubuh Alfian.

***

Alfian duduk di kursinya sambil mengangkat jambulnya ke belakang. Ia mengambil botol minum sportnya lalu segera meneguk air mineral di dalamnya.

"Abis dari mana lo, Yan?" tanya Daffa penasaran.

"Shalat dzuhur di musholla. Kenapa?" jawab Alfian sambil meletakkan kembali botol minumnya ke dalam tas.

"Demi apa lo shalat dzuhur?" Daffa bertanya dengan nada tak percaya.

"Iya. Nggak usah pake demi-demian, gue nggak bohong."

"Wah! Lo tobat, Yan? Siapa yang berhasil bikin lo tobat?" Daffa semakin mencecar Alfian.

"Apaan sih, Daf, gue belum tobat. Cuma mau belajar memperbaiki diri aja. Capek juga tahu, hidup di luar aturan terus." balas Alfian dengan nada tak suka.

Daffa meletakkan ponselnya lalu memperhatikan setiap sudut wajah Alfian dengan saksama. "Ada yang nggak beres dari lo, Yan."

Alfian melirik Daffa yang sedang serius memperhatikannya. "Sok detektif banget lo, Daf!"

"Pasti ada sesuatu yang berhasil memotivasi lo untuk ngerubah diri lo jadi lebih baik. Kasih tau ke gue, apa dan siapa, Yan?" Daffa mengintrogasi Alfian.

Alfian membuang tatapannya dari tatapan Daffa lalu mengambil ponsel Daffa dan meletakkan ponsel tersebut di atas telapak tangan Daffa. "Daripada lo sok-sokan jadi detektif, mending lo ML aja, Daf. Gue mau tidur, mumpung jamkos." ujar Alfian sambil membenamkan wajahnya ke meja.

***

Eriska mengeluarkan kartu Trans Jakarta nya dari dalam tasnya. Ia pun bergegas melangkahkan kakinya ke mesin finger print dan ingin cepat-cepat sampai di rumah.

Namun, baru juga Eriska sampai di tangga, Kerin menemuinya.

"Oh iya, Ris, kata Bu Riana, lo disuruh ke ruang OSIS pas pulang sekolah." kata Kerin.

"Ke ruang OSIS? Buat apa?" tanya Eriska bingung.

"Nggak tahu. Katanya wajib sih, ditunggu banget."

God's PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang