Levina POV
Semenjak kejadian kemarin, aku sudah tidak memikirkan tentang Lucas. Kadang Devi memujiku dengan mengatakan bahwa aku cepat sekali move on.
Aku bukannya cepat move on, tapi aku berusaha menjaga pikiranku bahwa aku tidak pantas bersama Lucas. Memang bukan hal yang baik jika kita berkecil hati, tapi hal itu harus dilakukan karena aku memang tidak pantas untuknya.
Masa liburan aku habiskan dengan tidur, makan, dan membaca novel kesukaanku atau sekedar membaca di wattpad. Sebenarnya hari ini Devi mengajakku untuk jalan-jalan ke mall, tapi mengingat ada teman-teman yang lain aku tidak jadi pergi. Karena aku tahu mereka akan membicarakan Lucas, atau apa yang terjadi antara aku dan Lucas, tentu saja aku tidak mau karena aku perlu waktu untuk menjauh dari semua hal tentang Lucas.
Saat sedang membaca novel, tiba-tiba bunyi lagu Limitless- NCT 127 terdengar dari ponselku yang menandakan panggilan masuk.
"Hallo"
"Levina tolongggggg?!" teriak seorang perempuan dari seberang sana.
"Sam, kamu kenapa?" tanyaku saat aku melihat nama kontak yang menelepon.
"Axel mabuk dan dia mau pukul aku, tolong Lev?!" Samantha semakin histeris di seberang sana.
"Sam, chill!" perintahku untuk menenangkannya walaupun aku juga ikut panik.
"Kamu nggak bisa suruh orang yang lagi kena panic attack untuk chill!"
"LEVINA?!" aku menjauhkan telingaku saat mendengar suara bariton laki-laki berteriak sangat keras.
"Axel?"
"Jangan sekali-kali kamu percaya kata-kata Samantha. Aku nggak mabuk kok, dan aku nggak punya niat satupun buat pukul dia. Samantha yang lagi mabuk, Lev" suara Axel terdengar memohon sekaligus panik.
"Kok kamu jadi panik gitu sih? Aku bahkan belum ngomong apa-apa! Lagian kenapa pake teriak-teriak segala sih?!"
"Sorry, tapi kamu nggak percaya sama Sam, kan?"
"Tentu aku percaya, kamu yang nggak aku percaya. Gimana ceritanya orang yang lagi kemo tiba-tiba mabuk?"
"Emmm.... Itu...... Gimana yah? Udah deh lupain. Kamu lagi dimana nih?"
"Axel! Aku kan lagi bicara sama Levina, kenapa kamu yang curi-curi kesempatan sih? Siniin hpnya!" suara Samantha terdengar marah.
"Sam, Axel. Aku tutup dulu teleponnya yah, kalian selesain aja masalah kalian" kemudian Levina mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Saat aku akan mandi, tiba-tiba bell rumah berbunyi. Tanpa niat satu pun untuk membuka pintu, aku malah melangkahkan kaki ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In My Life
Teen FictionDekat sama kakak kelas paling most wanted, siapa yang nggak mau? Tapi berbeda dengan Levina Hilton yang harus berhadapan dengan cowok yang ganteng, pintar, most wanted, tapi bad boy yang pernah menorehkan luka yang cukup dalam pada hatinya. Akankah...