"Kalau nggak mau terbakar, jangan main sama api."
***
Setelah selesai bersiap untuk pergi ke sekolah, Levina turun ke bawah untuk sarapan. Tapi pagi ini, sebuah pemandangan yang jarang Levina lihat, terjadi. Ayahnya tidak sarapan.
"Ma, papa mau kemana tuh?" Tanya Levina pada ibunya, sambil menatap ayahnya yang sedang mengatur dasinya, dengan bingung.
"Kenapa nggak ditanya sendiri?" Ibunya masih sibuk dengan telur mata sapi yang dibuatnya, Levina mencibir.
Levina mendekati ayahnya dengan hati-hati, saat melihat ayahnya kesulitan dengan dasi miliknya, Levina langsung memegang dasi milik ayahnya dan merapikannya. Hal yang Levina lakukan membuat ayahnya terkejut, tapi kemudian tersenyum tipis.
"Ayah bisa sendiri kok," ayahnya menatap Levina yang sedang sibuk dengan dasi miliknya, melalui cermin di depannya.
"Dari Levina turun sampai sekarang, udah 15 menit papa sibuk sama dasi papa." Levina tertawa geli sambil merapikan dasi milik ayahnya.
"Ini biasanya tugas mama, nih." Ayahnya menyindir ibunya yang sedang memasak untuk sarapan, tapi tidak ada respon dari ibunya.
"Papa mau kemana nih?" Levina bertanya sambil mengeratkan dasi yang sudah jadi tersebut supaya melekat indah di leher ayahnya.
"Kerja." Ayahnya menjelaskan dengan singkat.
Kemudian Levina mundur tiga langkah untuk melihat penampilan ayahnya, seragam pilot kebanggaan ayahnya melekat pas pada tubuh atletis ayahnya, dan topi pilot yang sering Levina mainkan sekarang bertugas untuk memahkotai kepala ayahnya.
"Cakep juga," Levina mengangguk-anggukan kepalanya sambil menaruh kedua tangannya di depan dada, dan tersenyum tipis.
"Ayah emang udah cakep dari dulu." Pujian ayahnya untuk dirinya sendiri membuat Levina tertawa dengan keras.
Tapi nyatanya pujian ayahnya yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri itu benar. Walaupun sudah menginjak umur berkepala empat, ayahnya masih terlihat muda dengan tubuh atletis, akibat sering nge-gym dirumah. Dan wajah ayahnya sama sekali tidak berkeriput dan masih terlihat segar dan cerah.
"Terserah lah, ayahku sayang." Levina berkata dengan nada mengejek sebelum duduk manis di meja makan.
Johnny kemudian pamit pada istrinya dan pada putri satu-satunya, sebelum pergi mereka semua berkumpul di meja makan dan berdoa bersama untuk keselamatan dan aktivitas ayahnya dalam bekerja. Setelah itu, Johnny mengecup pipi istri dan anaknya dengan kasih sayang.
Levina dan ibunya kemudian mengantar ayahnya sampai ke mobil yang bertugas untuk mengantar ayahnya pergi ke bandara. Saat mobil itu mulai berjalan meninggalkan pekarangan tempat tinggal Levina, Levina tidak henti-hentinya melafalkan doa di dalam hati untuk ayahnya.
Setelah itu Levina dan ibunya kembali untuk sarapan. Setelah selesai sarapan, Levina pamit kepada ibunya untuk pergi ke sekolah. Dan seperti biasanya Levina mencari taksi di halte depan perumahan dan menuju ke sekolah.
***
Setelah membayar ongkos naik taksi tersebut, Levina berjalan santai menuju kelasnya. Waktu masih menunjukkan pukul 07.35, jadi masih banyak waktu untuk Levina bersantai sebelum bel masuk kelas berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In My Life
Teen FictionDekat sama kakak kelas paling most wanted, siapa yang nggak mau? Tapi berbeda dengan Levina Hilton yang harus berhadapan dengan cowok yang ganteng, pintar, most wanted, tapi bad boy yang pernah menorehkan luka yang cukup dalam pada hatinya. Akankah...