Sebuah Perjuangan Tanpa Batas

424 17 3
                                    

"Aku disini diam-diam memperjuangkanmu."

***

Lucas dan Clara sedang berada dalam ruangan OSIS dengan diselimuti oleh keheningan. Clara yang mulai merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini, langsung berdiri dan memegang pundak Lucas.

"Luc, gue ngerti masalah lo dan gue mau bantu. Tapi, kalau lo nggak mau ceritain apa-apa, mana bisa gue bantu." Ucap Clara sambil mengangkat dagu Lucas agar dia mau menatapnya.

"Apa mungkin ini salah gue sampai dia diteror kayak gini?" Tanya Lucas kemudian menundukkan kembali kepalanya.

"Kenapa sih lo selalu nyalain diri sendiri? Gini-gini lo ternyata hati Hello Kitty yah." Clara tersenyum geli.

Lucas pun hanya tersenyum tipis, sebelum berdiri dari kursi.

"Lo mau ke mana?" Tanya Clara.

"Ke tempat awal tujuan gue." Jawab Lucas yang setelah itu berlalu meninggalkan Clara sendirian.

***

Masih dengan rasa kesal, Levina terus berjalan tanpa arah di area sekolah untuk melepaskan kekesalannya.

Saat Levina sedang berjalan, dia kemudian mendapati Anna yang sedang berdiri sambil bersandar di tembok.

"Apa mau lo?" Tanya Levina dengan wajah datar.

"Kembaliin id card gue!" Jawab Anna tidak kalah datarnya.

"Jadi lo yang mata-matain gue?" Tanya Levina santai.

"Kalau iya kenapa?" Anna menjawab dengan ketus.

"Nih id card lo. Gue nggak perlu." Ucap Levina sambil meleparkan id card milik Anna, ke arah Anna.

Anna pun langsung membungkuk untuk mengambil id card miliknya. Saat Levina akan meninggalkannya, dia menghentikan langkah Levina dengan mengatakan sesuatu.

"Jangan percaya dengan orang yang dekat sama lo Levina, bahkan sahabat lo sendiri." Perkataan Anna membuat Levina sempat menghentikan langkahnya sementara, namun setelahnya dia tetap berjalan meninggalkan Anna.

***

Levina memutuskan untuk menghabiskan waktunya di atas rooftop. Dirinya hanya duduk di sofa sambil memperhatikan jalanan yang macet. Semakin dia berpikir, hari-hari ini dia tidak fokus dalam studinya hanya karena serangkaian hal yang menimpanya. Saat dia mendiskusikan hal itu dengan sang ibu, ibunya mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar sebab hal yang menimpanya ini bukan hal sepele. Namun tetap, dia tidak mau mengecewakan orang tuanya yang sudah membiayai sekolahnya yang sangat mahal.

Levina berpikir bahwa ujian akhir semester akan segera datang, dia harus lebih fokus belajar dan harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Dia tidak mau menjadi yang terkebelakang di ujian semester, karena selama dia bersekolah dia dikenal sebagai siswa yang pintar dan selalu mendapat peringkat satu dari seluruh angakatan.

Saat bel pelajaran berakhir mulai berbunyi, Levina segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu rooftop yang terhubung dengan tangga. Saat tangannya mulai meraih gagang pintu tiba-tiba.

Klik

Levina hafal betul suara itu, itu adalah suara pintu yang sedang dikunci.

Stuck In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang