Pengakuan

1.1K 31 3
                                    

Author POV

Levina meletakkan buku novelnya di atas nakas karena merasa bosan untuk membaca lagi, ini hari kedua dia di rumah sakit. Lalu dimana Lucas? Dia sedang pergi untuk absen di sekolah, juga untuk mandi dan berganti. Orangtua Levina belum juga mendapat kabar tentang kejadian ini. Alasannya karena Levina tidak mau orangtuanya khawatir dan meninggalkan pekerjaan mereka.

Pintu kamar Levina terbuka, dan Lucas masuk dengan membawa satu keranjang penuh berisi semua buah, dan salah satunya adalah buah favorit Levina, apel.

Laki-laki itu sudah mengganti bajunya yang sebelumnya ada bercak darah Levina. Dari rambutnya yang masih terlihat basah dan mukanya yang segar, bisa dipungkiri laki-laki itu sudah mandi. Tapi yang membuat Levina tecengang adalah aroma parfum Lucas yang sangat harum dan khas.

"Maaf gue lama," Lucas berjalan kearah Levina sambil tersenyum manis.

"Nggak pa-pa kok, buah itu buat gue kan?" mata Levina berbinar-binar memandang seluruh buah di keranjang itu.

"Nggak bukan buat lo, buat perawat sama dokter"

"Yaudah, sana bawa keluar keranjang itu. Nggak usah ditunjukin ke gue, kalau emang bukan buat gue" Levina berbicara dengan garang.

"Lo tahu kan gue bercanda, kenapa juga lo sensitif banget. Lo lagi PMS, ya?"

Levina kemudian mengambil buku novelnya yang cukup tebal, dan memukul kepala Lucas, "Hati-hati kalau ngomong, Lucky!"

"Iya, maaf. Ini apelnya." tawar Lucas sambil memberikan apel segar kepada Levina, yang disambut dengan semangat oleh Levina.

"Vi, cewek tuh kalau makan yang kalem. Nggak kayak lo, yang makannya kayak sapi."

"Kalau lo nggak suka cara gue makan, jangan diliatin kalau gitu." kata Levina sambil memakan apelnya dengan ganas.

"Tapi gue suka liatin lo, karena menurut gue lo tetap cantik apa adanya." jawab Lucas dengan menatap Levina intens.

Kata-kata Lucas tadi membuat semburat merah di pipi Levina, dia pun hanya berdehem untuk menyembunyikan rasa malu dan gugupnya. Kemudian dia pun teringat perkataan Lucas beberapa hari yang untuknya.

"Karena lo itu budek Levina, udah budek jelek lagi, jerawatan, gendutan, pendek. Lo seharusnya yang nggak pantas buat gue, tapi lo maunya ke gue."

Levina hanya bisa tertawa miris saat mengingat perkataan Lucas. Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa dia begitu percaya diri bahwa perkataan Lucas itu ditunjukkan padanya. Padahal sudah jelas bahwa Lucas berkata bahwa Levina itu tidak pantas untuknya.

Levina menggengam apel yang sudah jelek dan sudah tidak berdaging karena sudah dimakannya. Dia kemudian menatap Lucas dengan mata yang berkaca-kaca, Lucas yang melihat hal itu langsung panik dan menghampiri Levina.

"Kenapa? Mata lo sakit? Mau dipanggilin dokter?"

Saat Lucas akan menyentuh mata Levina, Levina langsung mencekal tangan Lucas.

"Jawab pertanyaan gue yah Luc." kata Levina sambil melihat Lucas mengambil tempat duduk, dan duduk disebelah Levina.

"Kalau gue adalah apel yang ini, yang udah nggak berdaging, yang jelek, yang udak kuningan, yang tinggal sisa dan siap dibuang. Apa pendapat lo? Apa lo masih mau?"

"Jangan samain diri lo sama apel jelek itu Levina!" Lucas geram dengan pertanyaan Levina.

"Jawab aja Lucas. Lo nggak perlu ngelakuin apa-apa selain jawab pertanyaan gue!"

"Ok, menurut gue lo tetap cantik walaupun lo kayak apel jelek itu. Puas? Sekarang jangan bicarain itu lagi!"

"Gimana kalau Si Dia, adalah apel yang masih bagus kayak gini?" tanya Levina sambil mengambil sebuah apel dari keranjang.

Stuck In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang