💗 2 💗

24K 2.6K 414
                                    

Mark memijit keningnya merasa sakit kepala dengan tumpukan kertas di meja kerjanya yang tidak ada habisnya. Malah semakin bertambah saja.

"Kau perlu istirahat kawan"

"Aku memang ingin istirahat tapi kertas-kertas ini akan terus bertambah nanti"

Menjadi direktur perusahaan bukanlah hal yang mudah. Mark yang pekerja keras saja sering mengeluh apalagi kalau jabatan direktur tersebut berada di Lucas.

Lucas beruntung sih dia cuma jadi manajer pemasaran saja. Setidaknya pekerjaannya itu masih bisa dibilang cukup mudah dibanding dengan Mark.

"Tenanglah nanti aku akan meminta Jaehyun hyung untuk mengambil alih. Kau lebih baik pulang sekarang. Istirahatkan dirimu"

Mark dari beberapa hari yang lalu terus saja bekerja sampai lembur. Terlalu sibuk sampai tidak mempedulikan kondisi dirinya sendiri.

"Baiklah terima kasih Lucas"

Mark senang sahabat baiknya itu mengerti dirinya. Mark jadi bisa mengandalkannya.

"Tidak masalah dan berikan salamku buat Haechan"

Mengingat nama gadis manis yang tinggal di apartemennya membuat Mark jadi ingin mengurungkan diri buat pulang. Apa sebaiknya dia ke rumah kakaknya saja beristirahat di sana?

Tapi gadis nakal itu pasti akan marah nanti. Mulut cerewetnya itu tidak akan bisa diam. Biarlah Mark pulang ke apartemennya saja.

Dengan perasaan lelah Mark melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan kerjanya. Orang-orang bawahannya membungkuk hormat pada sang atasan.

"Mina"

Wanita cantik bernama Mina itu menoleh dan membungkuk pada Mark saat laki-laki itu mendekatinya.

"Aku sudah mengecek beberapa berkas yang kau berikan tapi kau cek lagi nanti"

"Baik sajangnim"

Setelahnya Mark benar-benar pergi setelah selesai memberikan pekerjaan pada sekretarisnya itu.

Sampainya di apartemen Mark tidak melihat Haechan di ruang tengah. Biasanya anak itu menghabiskan waktunya dengan menonton televisi sambil mengemil.

"Ahjussi kau sudah pulang"

Haechan datang dari arah dapur dengan masih memakai ampron di tubuhnya. Itu berarti gadis manis itu sedang memasak sesuatu.

Haechan mendekati Mark dan mengambil tas kerja milik Mark. Melonggarkan dasi milik Mark dan juga melepaskan jasnya. Melihatnya Haechan sudah seperti istri Mark saja.

"Aku baru saja selesai memasak. Aku akan menyiapkan air panas untukmu dulu baru menyiapkan makan malam. Kau pasti lelahkan"

Haechan ingin menyiapkan air panas buat Mark mandi tapi laki-laki yang lebih tua darinya itu menahan tangannya. Menarik tubuh mungilnya sehingga Haechan berada dipelukan Mark sekarang.

"Ahjussi"

"Diam bocah"

Haechan merengut tidak suka mendengar Mark terus saja memanggilnya bocah.

"Aku bukan bocah ahjussi, aku ini sudah ..."

Cup

Mark dengan seenaknya saja menyumpal mulut Haechan dengan mulutnya. Membuat Haechan membulatkan matanya merasakan benda kenyal di bibirnya bergerak menciumnya dengan lembut.

Tapi tidak lama kemudian Haechan mengalungkan tangannya ke leher Mark. Tangannya meremas surai Mark merasakan ciumannya yang semakin dalam namun memabukkan itu.

Mark terus saja mencium Haechan sampai Haechan merasa kehabisan nafas. Haechan memukul dada Mark agar laki-laki itu mengerti.

Mark melepaskan ciumannya. Kemudian wajahnya dia dekatlan dengan leher jenjang Haechan. Mencumbui leher mulus itu.

"Akhhhh"

Haechan tidak bisa menahan desahannya merasakan lehernya dicumbu dengan mesra oleh bibir dan lidah Mark. Tangan Haechan mencengkram kuat kemeja Mark hingga kemejanya kusut.

"Ahjussi kau harus mandi mmhhh"

Puas dengan leher Haechan, Mark kembali mencium bibir Haechan. Kali ini lebih intens dari sebelumnya.

Selama beberapa menit Mark terus saja menciumnya membuat Haechan kewalahan mengimbangi ciuman panas dari Mark.

"Cepat siapkan air buatku mandi bocah"

💗💗💗

"Ahjussi"

Mark tidak menanggapi panggilan Haechan. Membuat gadis manis itu cemberut.

"Teman sekelasku bilang ada film baru di bioskop"

Mark cuma menatap Haechan sekilas, setelah itu balik sibuk memakan makanannya. Cuek banget tadi saja beringas mencium Haechan.

"Ahjussi ayo kita nonton bareng"

"Tidak"

"Kenapa? Ayolah ahjussi. Aku iri sama teman-temanku yang nonton bareng sama kekasihnya. Jaemin dan Jeno sering banget menghabiskan waktu akhir pekan dengan menonton. Setelah itu mereka akan kencan ke tempat hiburan yang lain. Aku belum pernah kencan dengan ahjussi. Ahjussi selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak ada waktu buatku"

Dengan panjang lebarnyan Haechan berbicara. Mark sedari tadi sih cuma mendengarkannya saja. Dia lebih peduli untuk menghabiskan makan malamnya.

"Jeno dan Jaemin itu pasangan kekasih. Memangnya aku dan kau ada hubungan apa bocah?"

"Aku kan calon istrinya ahjussi"

Mark ingin tersedak makanannya sendiri jika tidak cepat-cepat minum. Sementara bocah nakal yang sembarangan saja menyebutnya calon istri itu cuma senyum manis doang.

"Terserah kau saja bocah nakal"

Mark telah selesai dengan makanannya. Haechan yang melihat Mark mau pergi dengan cepat membereskannya. Masalah mencuci bisa nanti saja.

"Jadi ahjussi mau kan nonton di bioskop akhir pekan ini?"

"Tidak"

"Mau ya ahjussi. Kali ini saja ya, aku mohon"

Haechan duduk dipangukan Mark yang duduk menyandar di sofa. Wajahnya dia buat semenyedihkan mungkin buat Mark luluh.

Mark mencoba konsentrasi buat menonton televisinya tapi Haechan yang bergerak-gerak dipangkuannya membuat Mark tidak bisa konsentrasi menonton.

"Jangan gerak-gerak Chan"

"Gak mau pokoknya ahjussi harus mau nonton sama Haechan minggu ini"

Dasar gadis keras kepala, sama saja dengan ibunya.

"Baiklah cepat pergi"

Haechan tersenyum senang. Kemudian dia tersenyum jahil dan menggerakkan bokongnya dengan sengaja sampai sesuatu di bawahnya mengeras.

"HAECHAN"

Haechan langsung lari ke kamarnya. Dia tertawa puas setelah berhasil mengerjai Mark. Sementara Mark cuma bisa menatap nanar bagian bawahnya yang mengeras.

Awas saja nanti Mark akan menghukum gadis nakal itu.

Ahjussi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang