"Pagi tuan putriku"
Jeno sudah berhadir di rumah Jaemin untuk menjemput kekasih cantiknya itu. Sudah jadi rutinitas Jeno menjemput Jaemin setiap paginya. Bahkan sebelum mereka pacaran juga Jeno sering menjemput Jaemin.
"Pagi pangeranku mau sarapan dulu. Mommy bilang kau tidak boleh pergi sebelum sarapan di sini"
"Jadi aku tidak ada pilihan lain ya"
Jaemin menarik Jeno ke meja makan yang sudah ada ayah dan ibunya duduk di sana. Jaemin dan Jeno duduk berdampingan dengan menghadap ibunya Jaemin.
"Jeno jangan terlalu sering menjemput Jaemin. Anak itu kebiasaan nantinya bergantung padamu"
"Daddy"
Jaemin mendelik kesal sama ayahnya. Jaemin gak minta buat dijemput tiap hari kok tapi Jenonya aja yang mau.
"Gak apa-apa kok abeoji. Aku senang menjemput Jaemin tiap hari"
"Aku gak maksa Jeno menjemputku tiap hari. Jenonya sendiri yang mau"
"Mommy senang ada yang perhatian dan menjaga Jaemin setiap harinya. Jeno terima kasih banyak ya"
"Tidak masalah eomeoni. Sebagai pacarnya Jaemin sudah jadi kewajibanku buat menjaga dan memperhatikannya setiap saat"
Jaemin sudah sering mendengar gombalan Jeno tiap harinya tapi tetap saja wajahnya tidak bisa membiasakannya. Pasti pipinya merah mendengar ucapan Jeno barusan.
"Jaemin malu itu Jeno mendengar ucapanmu"
"Daddy diam"
Jaemin menundukkan kepalanya menyembunyikan wajah merahnya itu. Tapi baik orang tuanya maupun Jeno sudah melihat wajah merahnya itu.
Jeno menyentuh wajah Jaemin dengan kedua tangannya dan mengangkat kepalanya agar menghadap ke arahnya.
"Manisnya pacarku ini"
Tangan Jeno jadi beralih mencubit kedua pipi Jaemin. Membuat si empunya pipi makin merah aja wajahnya bahkan sampai ke telinganya. Jeno mah gitu gak peduli ada orang tuanya Jaemin juga tetap saja melakukan skinship yang membuat Jaemin malu.
"Aku selesai. Ayo Jeno kita berangkat"
"Makanannya belum habis sayang"
"Sudah kenyang mommy dan sebentar lagi jam sekolah dimulai. Kita nanti telat sekolah"
Jaemin tanpa mempedulikan Jeno yang masih ingin memakan sarapannya. Menarik laki-laki itu agar beranjak dari meja makan.
"Pelan-pelan sayang"
"Jangan seperti itu lagi Jeno"
"Kenapa biasanya juga gak masalah?"
"Pokoknya aku gak mau bila kau bersikap manis di depan orang tuaku"
"Baiklah tuan putriku"
Jeno mengusap lembut surai hitam Jaemin kemudian dia mencium kening Jaemin dan memeluk gadis cantiknya itu.
💗💗💗
"Aku ingin turun disini saja"
"Tidak. Sesuai perintah ibumu aku akan mengantarkanmu sampai ke sekolah"
Renjun baru kali ini merasa sangat kesal hanya karena seorang laki-laki yang datang di pagi hari dengan niatan baik untuk mengantarkannya pergi ke sekolah.
"Jangan cemberut begitu! Kau sengaja menggodaku buatku cium"
"Dalam mimpimu saja sialan"
Lucas tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya. Padahal jaraknya dari sekolahan masih lumayan jauh. Renjun melirik ke arah laki-laki yang lebih tua dan merasa takut melihat pandangan Lucas yang sedikit menyeramkan.
"Ada apa denganmu?"
Renjun benar-benar takut sekarang saat Lucas sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya.
"Mulutmu itu perlu diberi pelajaran sayang"
Tubuh Renjun bergetar mendengar suara berat Lucas yang tepat berada di samping telinganya.
"Apa maksudmu sialan? Dan apa-apaan kau memanggilku sayang. Aku ..."
Cup
Renjun membulatkan matanya merasakan sesuatu yang menempel di bibirnya. Sesuatu itu adalah bibir Lucas yang tengah menciumnya.
Lucas yang merasa tidak ada perlawanan dari Renjun mulai melumat bibir manis bidadarinya. Lumatannya begitu lembut hingga Renjun terbuai karenanya.
"Jadilah anak manis sayang"
Renjun tidak menanggapi apapun. Dia malah membuang mukanya yang memerah. Dalam hati Renjun merutuki dirinya sendiri yang sempat-sempatnya terbuai dengan ciuman lelaki yang lebih tua.
Mobil kembali melaju menuju sekolah. Tapi kali ini tidak ada pembicaraan apapun. Renjun tidak ingin dicium lagi oleh lelaki tua yang mesum itu.
"Belajar yang rajin bidadari manis"
Renjun tidak mengatakan apapun bahkan berterima kasih pun tidak. Renjun langsung cepat-cepat meninggalkan mobil Lucas.
"Renjun"
Paginya makin sial bertemu dengan teman-temannya. Semoga saja mereka tidak tau jika Renjun diantar Lucas. Bahaya kalau mereka tau apalagi Jaemin yang paling semangat ingin dia memiliki kekasih biar gak dekat-dekat sama Jeno lagi.
"Aku melihatmu keluar dari mobil itu. Mobilnya seperti milik Lucas oppa"
Memiliki teman seperti Haechan yang tau banyak hal itu terkadang bukanlah hal yang bagus. Seperti sekarang ini Renjun harus memiliki alasan yang bagus biar teman-temannya itu tidak banyak bertanya.
"Benarkah itu? Coba kita samperin itu mobil"
Jaemin baru saja ingin menghampiri mobilnya Lucas tapi mobil itu lebih dulu jalan meninggalkan kawasan sekolah. Renjun bernafas lega karena Lucas tidak lama-lama berada di sekolahnya.
"Kau menyembunyikan sesuatu nona Huang?"
"A-apaan sih Jeno? Aku gak sembunyiin apapun kok"
Renjun menghindari tatapan dari teman-temannya itu. Renjun berharap ada seseorang yang menolongnya sekarang ini.
"Kau berbohong Renjun sayang. Jujur saja deh sama kita"
Jaemin mendekati Renjun dan merangkulkan tangannya pada pundak Renjun. Senyumnya terlihat semakin menyebalkan.
"Aku bilang gak ada apa-apa. Kalian itu kenapa sih? Aneh banget"
Renjun melepaskan rangkulan Jaemin dan dengan cepat pergi meninggalkan teman-temannya lebih dulu ke kelas.
"Biarin aja dulu Jaem nanti di kelas juga dia cerita kok. Kalau gak mau ya tinggal menanyakannya langsung dengan Lucas oppa"
Beruntungkan ada Haechan yang kenal dengan ahjussi-ahjussi tampan. Dia jadi bisa tau banyak hal.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi ✔
Fanfiction[Genderswitch] "Ahjussi saranghaeyo" "Dasar bocah nakal" Ini ceritanya Haechan sama ahjussi kesayangannya Mark Lee