Akhir pekan telah datang. Banyak orang yang menghabiskan waktunya diakhir pekan cuma untuk beristirahat saja tanpa melakukan kegiatan yang lain. Seperti halnya dengan Mark yang masih asik bergelung dengan selimut meski matahari sudah mulai terbit.
Sementara Haechan sudah bangun bahkan anak itu sudah mandi dan terlihat cantik seperti kesehariannya.
"Menyebalkan"
Haechan berdecak kesal karena tidak ada tanda-tanda Mark akan keluar dari kamarnya. Jangankan keluar kamar bangun saja belum pasti.
Karena kesal Haechan masuk ke dalam kamarnya Mark. Melihat laki-laki yang lebih tua masih tertidur pulas di tempat tidurnya.
"Ahjussi bangun, hari ini kan kita mau jalan-jalan"
Haechan mengguncang tubuh Mark dengan kasar. Tapi nyatanya Mark tidak bangun juga. Mark itu tidur atau pingsan sih susah banget banguninnya.
Haechan mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Mark. Hanya menempel saja kok gak lebih karena nanti Mark lah yang akan berbuat lebih.
Tidak lama kemudian Haechan merasakan bibir Mark yang mulai melumat bibirnya. Gerakannya lembut hingga Haechan merasa terbuai. Kemudian bibir Haechan digigit hingga Haechan membuka mulutnya. Haechan merasakan lidah Mark menelusup ke dalam mulutnya.
"Mhhhh"
Mark terus saja bermain di dalam sana hingga Haechan merasa nafasnya sudah mulai hilang. Haechan memukul dada Mark sampai Mark melepaskan ciumannya.
Haechan dengan nafas yang tidak beraturan menatap Mark yang sudah bangun. Jadi begitulah cara efektif buat membangunkan Mark. Aneh memang seperti putri tidur saja.
"Ayo bangun ahjussi"
Meski sudah bangun Mark tetap saja bermalas-malasan di temlat tidurnya. Membuat Haechan menarik tubuh Mark yang lebih besar tapi nyatanya tidak bisa dan tubuh Haechan lah yang ditarik Mark sampai berada di pelukannya.
"Ahjussi ayo bangun dan mandi. Kita kan mau jalan-jalan"
"Aku malas nanti saja"
"Gak mau ahjussi sudah janji sama aku"
Haechan ingin lepas dari pelukan Mark tapi tidak bisa karena laki-laki itu memeluknya dengan erat. Tangannya yang melingkar dipinggang Haechan itu memenjarakan Haechan.
"Cepat mandi ahjussi"
Haechan merengut tidak suka karena Mark tidak bergerak sedikit pun dari tempat tidurnya. Haechan saja masih berada di pelukan Mark.
"Aku malas mandi. Gimana kalau kau saja yang memandikan aku?"
Mark dengan suara deepnya berbisik di telinga Haechan membuat gadia manis itu merasa geli dan tubuhnya sedikit menegang.
"Ahjussi mesum mandi sendiri sana"
Haechan dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Mark hingga pelukannya terlepas. Haechan langsung lari meninggalkan kamar Mark dengan wajah yang merah padam.
"Tapi aku juga pengen menyentuh tubuh atletis Mark ahjussi"
Haechan sudah terkontamidasi sifat tsunderenya Mark.
💗💗💗
"Sudah jangan cemberut gitu lain kali kita akan menonton di bioskop"
Mark melirik ke arah Haechan yang wajahnya terus saja ditekuk. Mereka berdua gak jadi jalan mau nonton ke bioskop karena hujan. Kalau hujan biasa sih Mark mau saja pergi, tapi ini hujan disertai dan badai yang menakutkan. Jadi lebih baik berada di apartemen saja.
"Kita masih bisa menonton di sini"
Sekarang ini kan sudah jaman yang maju. Mau menonton apa saja sudah bisa dilakukan hanya melalui ponsel-ponsel pintar masing-masing.
"Aku tidak memasalahkan yang itu. Aku cuma ingin jalan-jalan menghabiskan waktu berdua dengan ahjussi. Aku iri tau sama Jaemin yang terus diajak kencan sama Jeno tiap akhir pekan. Aku kan juga mau kencan sama ahjussi"
Haechan sebenarnya gak terlalu suka juga nonton di bioskop. Dia itu cuma ingin kencan saja sama Mark. Biar bisa pamer nanti sama Jaemin juga Renjun dan membuktikan kalau Mark itu juga sayang sama dia. Tapi nyatanya cuaca yang awalnya cerah tiba-tiba saja berubah. Membuat rencana yang sudah Haechan susun jadi gagal.
"Ya sudah kita kencan di sini saja"
Haechan yang sebelumnya menudukkan wajahnya kini mengangkat wajahnya dan menatap Mark dengan pandangan bingung. Apa yang menyenangkan coba dari apartemen ini yang bisa jadi teman kencan?
"Ahjussi bercandakan. Kita setiap hari di sini dan apa yang bisa jadi tempat kencan?"
Mark terkadang merasa Haechan itu terlalu bodoh. Pikiran anak itu terlalu sempit hingga hal kecil saja sudah sampai mau menangis.
Mark pergi ke ruang kerjanya dan kembali dengan laptop, proyektor, sama layar proyektor. Membuat Haechan mengernyit bingung.
"Ahjussi untuk apa semua itu?"
"Buat menonton"
Mark dan segala otak cerdasnya yang membuat Haechan ragu dengan jalan pikirannya itu. Ini sudah jaman modern buat apa lagi pakai proyektor segala. Televisi sekarang sudah canggih. Bisa pakai flashdisk atau juga bluetooth.
"Aku tau jika ahjussi itu sudah tua. Kita beda 15 tahun. Tapi setidaknya modern lah sedikit ahjussi"
Mark tidak mendengarkan Haechan dan merangkai proyektor sama laptopnya.
"Kau mau menonton apa?"
Haechan mikir dulu. Dia sebenarnya tidak tau mau menonton apa. Temannya bilang ada film baru pun dia tau film apa. Haechan mengajak Mark ke bioskop itu cuma mau jalan-jalan doang.
"Train to Busan"
Yang Haechan tau cuma film itu doang. Serius dah.
"Baiklah"
Haechan membulatkan matanya. Haechan takut sama zombie. Pokoknya yang menjijikan ada darahnya itu Haechan tidak suka.
"Tunggu ahjussi"
Mark baru saja mau memutar filmnya tapi terhenti karena teriakan Haechan barusan.
"Kenapa lagi?"
"Kita menonton yang lain saja ya"
Mark sabar sama tingkah Haechan yang tidak memiliki kependirian kuat.
"Gimana kalau kita menonton video waktu aku kecil. Ahjussi kan punya banyak videonya"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi ✔
Fanfic[Genderswitch] "Ahjussi saranghaeyo" "Dasar bocah nakal" Ini ceritanya Haechan sama ahjussi kesayangannya Mark Lee