Hari yang dinanti bagi para pelajar akhirnya datang juga. Hari ini adalah awal bagi mereka untuk berhenti memakai seragam sekolah dan terbebas dari semua aturan sekolah. Bisa dibilang ini adalah kemerdekaan bagi para pelajar yang telah lama menuntut ilmu.
Namun bukan berarti mereka telah terbebas sepenuhnya dari rintangan kehidupan. Masih panjang lagi yang harus ditempuh untuk kebahagian sepenuhnya. Tapi untuk hari ini rayakanlah dulu kebahagiaan para pelajar sebelum menjalani kehidupan yang lebih sulit lagi.
"Gadis kecil eomma sudah besar ternyata,"
Doyoung menatap berbinar anaknya yang nampak sangat manis dengan balutan seragam sekolahnya. Ini terakhir kalinya Haechan mengenakan seragam sekolah dan Doyoung dengan senang hati mengambil potret anak manisnya itu.
"Eomma selalu menganggap ku seperti anak kecil. Aku sudah dewasa, tahun ini aku sudah memasuki usia legal."
Haechan mengerucutkan bibirnya kesal mengingat ibunya selalu menganggapnya sebagai anak kecil. Sebentar lagi dia akan lulus dari sekolah menengah atas dan pada tahun ini juga umurnya sudah memasuki usia legal.
"Orang dewasa tidak akan merajuk sepertimu." Doyung mencibir tingkah anaknya yang tetap tidak berubah sedikit pun meski sudah memasuki usia legal.
"Berhenti bertengkar, lebih baik kita berangkat sekarang."
Taeil lelah melihat tingkah istri dan anaknya yang tidak berbeda jauh. Sama-sama suka bikin keributan dan adu mulut satu sama lain. Mana keduanya tidak mau mengalah, tidak ada yang namanya perbedaan umur untuk mereka berdua dalam berdebat.
"Bukankah kita menunggu Mark ahjussi?"
"Dia akan menyusul nanti, katanya masih ada beberapa urusan."
Taeil mencubit pipi berisi Haechan yang sengaja digembungkan. Membuat Haechan meringis sakit karena cubitan ayahnya terlalu kuat, mungkin akan membuat pipinya merah.
"Mark mungkin berubah pikiran. Dia tidak akan datang ke lulusan anak manja yang selama belasan tahun merepotkannya."
Haechan melotot tidak terima dengan perkataan ibunya. Jika saja Doyoung duduk di belakang bersama Haechan, sudah habis Haechan gigit lengan ibunya.
"Jangan melotot anak nakal! Kau pikir ibumu ini takut?"
"Eomma menyebalkan. Mark ahjussi pasti akan datang. Dia kan sayang padaku, tidak seperti eomma."
Taeil tidak mempedulikan perdebatan yang dimulai lagi oleh ibu dan anak itu. Dia hanya fokus pada jalanan dan membiarkan saja keduanya beradu mulut sampai lelah sendiri.
***
Mark tidak tahu kalau di hari kelulusan tunangannya dia harus melakukan meeting bersama rekan kerjanya yang dari luar negeri. Sekretarisnya bilang meeting dilakukan besok, tapi dirubah dengan seenaknya menjadi hari ini tanpa sepengetahuan Mark. Ingin membatalkannya, tapi semua rekan kerjanya sudah berkumpul."Jihoon!"
Mark memberikan gestur untuk sekretarisnya itu mendekatinya. "Pergilah ke sekolah dan belikan buket bunga yang cantik buat Haechan."
"Tapi tuan—"
"Tidak perlu khawatir, aku dan Lucas yang akan menangani semuanya. Belikan juga buket bunga buat Renjun, biar Lucas lebih tenang."
"Baik tuan Mark."
Jihoon mengangguk mengerti dan memohon izin untuk semua orang yang hadir dalam meeting. Jika bosnya sudah memberi perintah, maka Jihoon tidak bisa menolaknya. Lagi pula Jihoon juga merasa bersalah karena tidak bisa menyesuaikan dengan baik jadwal bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi ✔
Fanfiction[Genderswitch] "Ahjussi saranghaeyo" "Dasar bocah nakal" Ini ceritanya Haechan sama ahjussi kesayangannya Mark Lee