Jeno sama Renjun baru saja selesai rapat buat acara terakhir mereka nanti. Banyak yang perlu dipersiapkan karena itu adalah acara terakhir mereka. Sehingga membuat rapatnya lama sampai matahari sudah tenggelam dan langit biru digantikan gelapnya malam. Keduanya berjalan beriringan ke luar gerbang.
"Mau pulang sama aku?"
"Gak perlu, nanti Jaemin marah lagi kalau tau"
"Jaemin pasti ngerti kok. Ini sudah malam loh. Gak baik gadis cantik sepertimu pulang sendirian"
Jeno yakin Jaemin gak akan marah kok kalau dia sama Renjun pulang bareng. Lagian juga ada supir kok gak mereka berdua saja.
"Gak perlu Jeno. Aku sudah biasa kok pulang sendirian naik bus"
Tapi Renjun tetap tidak mau ikut Jeno. Entah kenapa gadis cantik itu akhir-akhir ini jadi keras kepala tidak seperti biasanya.
"Baik-baik aku tidak akan memaksamu. Tapi berhati-hatilah, jika ada sesuatu bahaya hubungi aku"
"Baiklah ketua"
Jeno mengusak rambut Renjun sebelum dia masuk ke dalam mobil yang sudah terpakir di depan sekolah. Renjun melambaikan tangannya kepada Jeno saat mobilnya melaju meninggalkan sekolah dan setelahnya Renjun duduk di halte menunggu bus.
"Aku tidak ingin perasaan sukaku ini semakin besar Jeno"
Jujur saja Renjun terbawa perasaan jika Jeno sudah bersikap baik kepadanya. Renjun itu menyukai Jeno tapi dia bukanlah teman yang jahat sampai merusak hubungan Jeno dan Jaemin. Renjun tau perasaannya itu cuma bertepuk sebelah tangan saja dan Renjun tidak masalah dengan itu. Setidaknya hubungan persahabatannya lebih utama dibanding perasaan suka yang bisa saja cuma sesaat.
Renjun sangat mengingat apa yang ibunya bilang jika perasaan suka itu tidak bisa ditebak. Mungkin saja sekarang kau menyukai seseorang tapi bisa saja berubah nantinya. Jika orang yang kamu suka sudah milik orang lain itu bukanlah masalah. Itu berarti dia bukanlah jodohmu yang sesungguhnya. Setiap orang pasti memiliki jodoh masing-masing.
Renjun melihat jalan yang di depannya lumayan banyak kendaraan roda 4 berlalu lalang tapi tidak ada satu pun bus yang dinantinya.
"Biasanya jam segini masih banyak bus"
Renjun ingin menelpon ibu atau ayahnya buat menjeputnya tapi ponselnya mati habis baterai. Telpon umum juga gak terlihat di sekitarnya.
"Perlu tumpangan cantik?"
Sebuah mobil berhenti di depan halte. Renjun melihat orang menyebalkan yang beberapa hari ini mulai mengusik kehidupannya.
"Tidak perlu"
Seseorang yang berada di dalam mobil itu terkekeh melihat Renjun yang membuang muka dengannya.
"Benarkah tidak mau. Ini sudah malam loh"
Renjun mengigit bibirnya yang menjadi kebiasaannya kalau lagi bingung dan gelisah. Renjun ingin segera pulang, orang tuanya pasti khawatir dan bus yang dia tunggu juga tidak muncul.
Renjun menatap lurus ke arah mobil dan melihat wajah tampan Lucas yang tersenyum cerah terhadapnya.
"Jangan tersenyum seperti orang bodoh! Kalau tidak aku tidak ikut denganmu"
Renjun dengan terpaksa menurunkan egonya sekarang. Tidak ada pilihan lain selain menerima tawaran Lucas.
"Aku tidak bisa menghilangkan senyumku jika melihatmu. Kau terlalu cantik sehingga senyumku terus berkembang"
Meskin gombalannya menggelikan tapi tetap membuat wajah Renjun memerah. Dengan cepat Renjun masuk ke dalam mobil Lucas. Wajahnya dia tutupi dengan kedua tangannya dan dia hadapkan pada kaca biar Lucas tidak dapat melihat wajah merahnya.
"Tidak perlu ditutup begitu juga aku tau wajahmu merah. Kau jadi semakin menggemaskan"
"Tutup mulutmu dan cepat jalankan mobilnya sialan"
Renjun tau jika orang tuanya selama ini selalu memarahinya jika sudah berkata kasar sama yang lebih tua. Renjun selalu patuh dengan orang tuanya tapi buat Lucas sepertinya berbeda.
"Kita makan dulu ya. Aku lapar habis pulang dari kantor"
"Tidak bisakah setelah mengantarku saja makannya"
"Tidak bisa karena aku ingin kau menemaniku makan"
Renjun menyesal mau ikut Lucas pulang. Lebih baik dia menunggu di halte aja.
💗💗💗
"
Berhenti mengganggu bocah"
Mark ingin rasanya memberikan sedikit pelajaran bagi gadis menyebalkannya itu agar tidak menganggu waktu sibuknya bekerja. Tapi Haechan mana mau mengerti meski sudah dibilang beberapa kali.
"Ahjussi jangan kebanyakan kerja. Nanti malah makin jelek lagi karena banyak keriput. Baik tidur saja ya, kalau bisa tidur bareng aku"
"Aku lebih baik menghabiskan malamku buat bekerja dari pada harus tidur denganmu"
Haechan mencibikkan bibirnya. Dia yang berada di pangkuan Mark itu menyingkirkan laptop milik Mark dan kertas-kertas menyebalkannya. Haechan berbalik dan mengalungkan tangannya di leher Mark.
"Ahjussi ayo tidur"
"Kalau kau mengantuk ya tidur sana jangan menganggu"
Mark ingin menurunkan Haechan yang berada dipangkuannya tapi anak itu malah semakin erat merangkul lehernya. Mark sampai susah bernafas jadinya.
"Gak mau. Aku maunya tidur bareng ahjussi. Aku mau tidur memeluk ahjussi"
Haechan mendongak dan menatap Mark dengan pandangan imutnya yang matanya dikedip-kedipkan.
"Baiklah bocah nakal. Kali ini saja aku menuruti keinginanmu itu"
Mark dengan Haechan yang masih memeluknya dari depan itu beranjak dari ruang kerjanya menuju kamar Haechan. Mark membawa Haechan seperti koala sampai ke kamar.
Mark membaringkan Haechan di tempat tidurnya kemudian dia juga ikut berbaring. Haechan langsung saja memeluk Mark dengan erat takut laki-laki itu pergi.
"Ahjussi tidak akan pergi kan?"
"Sudah sana cepat tidur kalau tidak aku kembali ke ruang kerjaku"
"Tidak mau"
Haechan mencari posisi yang nyaman buatnya tidur. Memeluk Mark dan mencium wangi tubuh Mark adalah keinginan Haechan setiap malamnya.
"Selamat malam ahjussi. Mimpikan aku ya"
"Selamat malam juga bocah nakal"
Malam itu mereka berdua tidur dengan nyenyaknya di kamar Haechan dengan saling memeluk satu sama lain. Haechan yakin mimpinya pasti indah dan itu pasti ada Mark di mimpinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi ✔
Fanfiction[Genderswitch] "Ahjussi saranghaeyo" "Dasar bocah nakal" Ini ceritanya Haechan sama ahjussi kesayangannya Mark Lee