💗 41 💗

11.1K 1.1K 49
                                    

Mark menatap lekat Haechan yang sedari tadi senyum-senyum sendiri bersama ponsel pintarnya. Mark ingin melirik sedikit isi ponselnya tapi Haechan dengan gerakan cepat menariknya dan menutupi layar ponselnya itu.

"Seharusnya kau belajar bukannya main ponsel terus"

"Iya nanti belajar kok"

Mark merasa tidak suka melihat Haechan yang terus-terusan sibuk dengan ponselnya. Buku tebal yang ada di depannya dianggurin begitu saja.

"Aku bilang belajar Haechan"

Mark langsung merebut ponsel Haechan karena anak itu sedari tadi tidak menurutinya. Mark melihat ponsel Haechan dan membaca deretan chat yang masuk dari grup kelasnya. Isinya ya seperti anak muda kebanyakan tentang banyolan yang beragam.

"Kau sebaiknya belajar buat ujian masuk perguruan tinggi nanti"

"Nanti aku pasti akan belajar. Berikan ponselnya ahjussi"

Haechan ingin mengambil ponselnya dari genggaman tangan Mark. Tapi lelaki itu lebih cepat dari Haechan untuk bergerak mundur menjauhi Haechan. Mark menyimpan ponsel Haechan dalam laci dan menguncinya agar anak itu tidak bisa mengambilnya.

"Kau akan lupa waktu jika main ponsel terus. Sekarang cepat belajar"

"Tidak mau"

Haechan dengan sifat keras kepalanya yang sangat tidak disukai Mark. Gadis manis itu mewarisi sifat ibunya banget yang keras kepala, cerewet, dan tidak mau mengalah. Kasihan Taeil yang dikelilingi wanita-wanita cerewet itu.

"Aku akan menyita ponselmu kalau begitu"

Haechan menatap tidak percaya sama Mark yang dengan mudahnya berkata ingin menyita barang berharga yang sudah menjadi separuh jiwanya itu.

"Jangan ahjussi"

"Kalau begitu ya belajar"

Haechan dengan wajah cemberut tidak suka membuka buku tebal di depannya. Melihat deratan rumus yang tertera membuat kepala pusing dan mual. Apalagi harus mempelajarinya. Baru lima menit berlalu Haechan sudah kembali menutup buku tebalnya.

"Kepalaku sakit ahjussi. Jangan menyuruhku buat belajar lagi"

Haechan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Dia  berbalik untuk menghadap Mark dan memberikan wajah cemberut minta dikasihani. Mark yang melihatnya hanya bisa menepuk keningnya. Baru juga lima menit anak itu sudah berhenti.

"Kalau begini kau tidak akan lulus ujian"

"Biarkan saja, aku kan memang tidak mau kuliah"

Sudah bisa ditebak sih pemikiran dari dalam kepala Haechan itu. Sejak awal gadis itu memang menolak tidak mau kuliah. Tapi Mark tidak mau Haechan mengakhiri pendidikannya hanya jenjang sekolah menengah saja. Haechan itu masih muda dan kebanyakan anak remaja seusianya itu akan menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Mark tidak mau hubungan keduanya menjadi alasan bagi Haechan untuk tidak kuliah.

"Jangan bilang seperti itu. Kau nanti akan menyesal jika tidak kuliah. Di luaran sana banyak anak seusiamu yang sangat ingin meneruskan pendidikannya"

Ahjussi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang