💗 44 💗

10.3K 1K 27
                                    

Mark bangun lebih awal pagi hari ini. Tidak biasanya karena lelaki itu akan bangun jika Haechan yang membangunkannya. Mark melirik ke bawah untuk melihat Haechan yang masih tertidur dengan lelapnya. Gadis itu masih betah memejamkan matanya dengan Mark yang sebagai gulingnya.

Mark bangun dengan pelan takut membangunkan Haechan dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Mark mengambil ponselnya dan menyalakan ponsel itu yang sejak semalam dia matikan. Mark mengernyit melihat notifikasi panggilan dari Doyoung yang begitu banyak. Mark pun langsung berinisiatif untuk balik memanggil Doyoung.

"Halo Mark"

"Maaf noona aku baru menyalakan ponsel"

"Tidak masalah. Apa Haechan masih tidur?"

Haechan mengerang kecil dengan masih memejamkan mata. Gadis itu semakin mendekatkan diri pada tubuh Mark mencari kehangatan.

"Iya noona Haechan masih tidur. Ada apa noona menelpon sejak semalam?"

Mark mengelus surai Haechan dengan lembut hingga membuat dengkuran halus yang menandakan Haechan menikmatinya. Mark tersenyum kecil melihat Haechan yang begitu menggemaskan.

"Hari ini aku akan berangkat ke Jeju dan appanya Haechan sendirian di rumah. Bisa kah Haechan pulang ke rumah untuk menemani appanya selama aku pergi"

"Bisa Noona, aku akan memberitahukannya nanti"

Mark ingin menutup panggilannya tapi ternyata Doyoung masih belum selesai. Masih ada yang ingin Doyoung tanyakan pada Mark

"Apa Haechan menangis lagi?"

Mark memberitahu Doyoung mengenai gadis kecilnya yang menangis waktu itu. Doyoung sangat khawatir dan sangat ingin meninggalkan pekerjaannya jika saja Taeil tidak menahannya.

"Tidak noona, dia tidak menangis lagi sejak saat itu. Haechan sudah kembali menjadi anak yang ceria. Bahkan dia sering menjahiliku"

Mark mencubit hidung Haechan dengan gemas. Membuat Haechan yang masih tidur merasa terganggu. Haechan menyingkirkan tangan Mark tetapi masih betah buat tidur. Berada di pelukan Mark itu sangat nyaman dan susah jadinya untuk membuka mata.

"Jika Haechan menangis lagi langsung beritahu aku Mark. Anak itu tidak akan mau cerita tentang masalahnya padaku maupun appanya jika tidak dipaksa"

Haechan itu anak yang tidak suka menceritakan masalah apapun pada orang tuanya. Bukannya Haechan anak durhaka atau apa tapi Haechan pikir dia tidak ingin membebani kedua orang tuanya. Cukup sudah dengan tingkah nakal Haechan yang membuat kedua orang tuanya itu geleng kepala.

"Iya noona. Aku akan memberitahukanmu jika ada masalah sekecil apapun.

"Terima kasih Mark. Jagalah Haechan dengan baik. Dia adalah harta yang paling berharga. Jangan sampai kau menyakitinya"

Mark tentu saja tahu jika Haechan adalah segala-galanya. Anak itu melebihi segala jenis harta berharga lainnya.

Panggilan telepon pun berakhir. Mark meletakkan ponselnya kembali dan beralih menatap Haechan. Anak itu masih betah saja untuk tidur.

"Haechannie"

Mark dengan sengaja berbisik dengan suara dalamnya yang begitu seksi. Membuat Haechan merasa geli dan Mark juga meniup telinga Haechan biar gadis itu bangun.

"Eunghhh"

Haechan mengerang kesal dan mau tidak mau membuka matanya yang terasa berat. Wajahnya merengut tidak terima karena Mark baru saja membangunkan tidur indahnya.

Ahjussi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang