💗 27 💗

13.8K 1.4K 209
                                    

Pagi yang indah mengawali hari. Haechan terbangun dari tidur nyenyaknya akibat kicauan burung yang semakin memperindah paginya. Haechan yang masih setengah sadar beranjak dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi buat cuci muka dan gosok gigi.

Setelah itu Haechan keluar kamarnya dan melihag keadaan sekitar yang sepi. Haechan melangkahkan kakinya ke kamar Mark yang berada di samping kamarnya. Haechan mau bangunin Mark karena biasanya lelaki tersebut tidurnya nyenyak banget sampai susah banguninnya.

Mark ternyata tidak ada di kamarnya. Tempat tidurnya juga terlihat rapi yang mana Haechan yakin pasti para maid yang telah merapikannya. Haechan dengan langkah pelan menuruni tangga hingga akhirnya dia berhenti di dapur melihat ibunya Mark yang lagi membuat minuman.

"Pagi Haechannie"

Ibunya Mark tersenyum manis melihat Haechan yang terlihat begitu menggemaskan dengan pakaian baju kebesaran menutup paha dan celana pendeknya. Terus rambutnya dia kuncir asal-asalan.

"Mau minum sesuatu?"

"Mau coklat panas"

Haechan mengedarkan pandangannya mencari Mark tetapi yang dia lihat cuma para pelayan doang yang ada.

"Marknya lagi di halaman depan olahraga sama daddynya"

Ibunya Mark membawakan coklat panas keinginan Haechan dan mengatakan keberadaan Mark seolah mengerti apa yang dicari Haechan.

Haechan langsung saja pergi ke halaman depan dengan membawa coklat panasnya. Dibelakangnya ada ibunya Mark yang mengekor dengan membawakan minuman buat suami dan anaknya. Sudah jadi rutinas buat ibunya Mark membuatkan minuman setiap pagi sendiri tanpa dibantu pelayannya. Bila memang sudah pekerjaan yang berat baru akan meminta para pelayannya ikut membantu.

"Ahjussi, Haechan mau ikut" seru Haechan dengan semangat melihat Mark dan ayahnya bermain badminton.

Haechan sudah lama gak main badminton dan melihat Mark main Haechan jadi tergoda.

"Gak perlu. Nanti kalah kau menangis lagi"

Haechan mendengus kesal mendengarnya. Dia menghentak-hentakan kakinya dan menatap tajam Mark.

"Biarkan saja Haechan ikut main. Mungkin saja Haechan mau ngurusin badannya"

"Jangan daddy. Biar saja Haechan tetap gembul biar enak buat dipeluk"

Haechan merasa kesal dan malu disaat yang bersamaan. Kesal dikatain gembul tapi senang juga karena Mark suka memeluknya.

"Aku gak gembul ya ahjussi"

"Tapi cuma kelebihan doang kan"

Dasar Mark sialan. Mulutnya itu memang tidak pernah bisa berhenti buat mengejek Haechan. Bahkan di depan orang tuanya sendiri tetap sama.

Haechan dengan perasaan kesal yang membara mendekati Mark. Kepalanya mendongak dan menatap Mark dengan angkuhnya. Matanya menyorotkan perasaan kesal yang luar biasa. Tetapi Mark tidak takut dengan hal itu. Haechan tidak akan pernah marah besar kepadanya dan saat Haechan marah itu akan terlihat menggemaskan. Makanya Mark suka mengerjainya.

"Aku marah sama ahjussi. Pokoknya ahjussi gak boleh lagi memelukku. Gak boleh sentuh-sentuh"

Haechan menepis tangan Mark yang ingin menyentuhnya. Matanya masih menyiratkan kekesalan yang besar.

"Kalau begitu aku tidak jadi mengajakmu keliling kota hari ini"

Mark punya banyak cara agar dia tidak kalah dari Haechan dan benar saja kalau Mark menang telak kali ini. Haechan terdiam dengan mata yang membulat lucu.

Ahjussi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang