21. Arina's Last Name

1.1K 54 0
                                    

Nggak nyangka udah bab dua puluhan. Senangnya kalian betah sama Arina Ella :3

Sebenarnya hari ini bukan jadwal Shab upload story sih. But karena lagi semangat, so here you go!

V o t e  nya yaa jangan lupa ((:

🎹 🎹 🎹

Akhir pekan sudah berlalu dan kini hari Senin tiba. Arin sengaja datang pagi-pagi sekali ke sekolah karena ada hal yang membuat Arin ingin sekali melabrak Dika.

Pasti jam segini Dika udah ada di hall main basket, batin Arin. Saat tiba di hall basket, dugaan Arin benar. Terlihat Dika yang sedang bermain basket sendirian.

"DIKA, LO NYEBELIN!!" teriak Arin.

Dika menghentikan dribbling-nya lalu menghampiri Arin. Tanpa pikir panjang Arin memukul-mukul lengan atas Dika. Namun, si kapten basket tidak merasa sakit saat lengan kokohnya dipukuli oleh Arin.

"Apaan, sih? Masih pagi lo main pukul aja," gerutu Dika.

"Ada dua hal yang bikin gue kesel sama lo," tukas Arin. "Pertama, lo ngomong apa sama Elvan?!" tanya Arin dengan bibir manyun.

"Hah? Ngomong apaan sih maksudnya?" tanya Dika.

"Gue nemu surat ini di dalam tas sekolah gue." Arin menunjukkan selembar kertas kemudian Dika membaca isi dari kertas itu.

______________________________________

Hello Arina Ella!

Aku suka dengan rambut kepangmu kemarin. Kamu terlihat cantik!

Jika kukatakan kau cantik, bukan parasmu yang ku maksud. Namun kuyakin hatimu pun begitu.

-Secret Admirer-
______________________________________

"See!" seru Arin setelah Dika usai membaca. "Secret admirer itu datang lagi! Padahal gue sengaja nggak balas karena yakin dia bakalan capek," keluh Arin.

Dika terdiam. Lalu Arin kembali mengoceh, "Kayaknya ini Elvan, deh! Lo bilang apa sama Elvan?"

"Dengerin gue." Kemudian Arin menatap Dika dengan serius. "Emang Elvan naskir lo, tapi kan belum tentu secret admirer-nya Elvan," jelas Dika.

"Masalahnya, secret admirer ini muji rambut kepangan gue, sama kayak yang Elvan bilang kemarin, kan?" ucap Arin yang masih kekeuh dengan dugaannya.

"Nah, kan. Mulai kegeeran," ujar Dika lalu mendecih.

"Tuh kan, lo nggak percaya gue," jawab Arin dengan sinis.

Lalu Arin melanjutkan. "Hal kedua yang bikin gue kesel sama lo adalah, KENAPA LO NGGAK CERITA SAMA GUE KALO ELO SUKA TASYA? Kan gue..."

Dika langsung mendekap mulut Arin. "Keras banget sih suara lo! Entar kalo Tasya ada di sini dan denger gimana?" bisik Dika. "Kita lagi di hall dan suara lo jadi mantul, Arin!" gerutu Dika.

Arin melepas dekapan tangan Dika dari mulutnya. "Lagian nggak cerita sama gue."

"Pasti Rizky yang bocorin," dengus Dika dengan kesal. "Dasar itu orang!"

"Kok gue nggak dikasih tahu, sih? Kok cuma Rizky doang yang tahu?"

Dika mendecih. "Emang cewek-cewek doang yang punya rahasia, kita cowok-cowok juga punya."

Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang