Sebelum baca, boleh dong Shab minta v o t e kalian.. Huehehe
Anyway, happy reading and luff ya!
🎹 🎹 🎹
Ini kedua kalinya Arin mengalami hari yang buruk di sekolah. Baru mata pelajaran pertama ia sudah tidak bisa konsentrasi.
Arin juga melihat Dika yang sama frustasinya dengan dirinya. Arin menduga pasti saat tadi Dika mengajak Tasya untuk mengobrol dengannya tidak berjalan dengan sukses. Sepertinya Arin harus lebih meyakinkan Tasya kembali untuk berbicara dengan Dika.
Ketika jam istirahat, Arin menghampiri Tasya yang sedang duduk dengan teman-teman cheers-nya. "Hei, gue boleh join?" tanya Arin sambil membawa kudapannya.
Semua teman-teman cheers-nya menatap Tasya, menunggu jawaban Tasya. Arin menduga sepertinya mereka tahu mengenai pertengkaran Arin dengannya. Lalu salah satu dari mereka ada yang berkata pada Arin, "Maaf lo nggak seharusnya di sini."
Dengan segera,Tasya berkata pada teman-teman cheers-nya, "Guys, nggak apa-apa. Arin sama gue udah baikan."
Kemudian mereka semua membelalakan matanya pada Tasya. "Kok bisa?" tanya salah seorang dari mereka.
"Kita cuma salah paham aja," jelas Tasya. "Arin, ayo duduk," pintanya.
Arin langsung tersenyum senang, "Thanks!"
Tak lama, terlihat Elvan yang baru saja tiba di kantin. "Eh-eh lihat, itu Kak Elvan," kata salah seorang dari mereka yang memiliki rambut ombre berwarna pink.
"OMG," kata teman cheers Tasya yang lain dengan nada lebay, "dia kenapa ganteng banget, sih?"
Semua anak-anak cheers di meja itu menatap Elvan dengan mata berbinar,. Namun tidak dengan Tasya yang kini memutar bola matanya. Arin tertawa kecil karena lucu berada di tengah gerombolan cheers yang penuh dengan gosip. Dan tak lupa dengan pakaian mereka yang sangat feminim. Ternyata ada juga yang lebih feminim dari Tasya.
"Katanya Kak Elvan dekat sama kamu, Arina?" tanya gadis berambut ombre pink itu pada Arin.
"Umm..."
Belum juga berbicara, gadis lainnya memotong, "Denger-denger kamu udah ditembak Kak Elvan."
"What?! Gosip itu nggak bener," ucap Arin membenarkan.
"Jadi kamu nggak suka sama Kak Elvan?"
"Nggak," jawab Arin.
"YAY!" seru gadis ombre dengan merdeka. "Soalnya gue mau deketin Kak Elvan, tapi takut dia punya lo, Rin."
Arin tertawa kecil, "Well, he's all yours."
Lalu tiba-tiba teman Tasya mengingatkan Tasya. "Eh-eh, Sya. Jarum jam angka tiga," ucap temannya yang memberi kode.
Kemudian Arin melihat ke kanan untuk mencari tahu kode yang dimaksud. "Dika?" tanya Arin bingung.
"Gue nggak tahu, guys. Gue belum bisa ngomong sama Dika," ucap Tasya dengan nada lesu.
"Ayolah! Lo kan yang bilang sendiri kalau lo masih sayang dia," ucap gadis ombre.
"Shuuushhh!" Kini raut wajah Tasya berubah menjadi panik karena takut Dika mungkin akan mendengarnya.
Arin terkejut sekaligus senang. Ini merupakan kesempatan Arin untuk membujuk Tasya agar mau mengobrol dengan Dika. Ditambah dengan bantuan geng cheers, pasti Tasya akan mau.
Kemudian Arin menggunakan nada manja saat berbicara dengan tujuan untuk menyesuaikan diri dengan gadis-gadis cheers di depannya. "Tahu nggak? Tadi pagi Dika ngajak ngobrol Tasya lho," ucap Arin yang mulai mengikuti cara mereka bergosip. Tasya langsung memelototi Arin.
"Hah serius?!" tanya gadis ombre.
"Tasya, kamu harus ngomong sama Dika," desak yang lain.
"Gu-gue nggak tahu," ucap Tasya dengan ragu.
"Come on captain cheers, you can face our captain basketball!" desak yang lain lagi.
Karena keadaan teman-teman cheers Tasya sekarang sedang mendesaknya, Tasya pun terpaksa berkata setuju. "Oke-oke, gue akan coba ngomong sama sama si kapten basket itu."
"Awww," puji teman-teman cheers dengan berbarengan.
"Yes! Tasya bakal balikan sama Andika Fernando," ucap yang lain.
Tasya memutar bola matanya lalu sekarang memicingkan matanya pada Arin seolah berkata: "Arin, lo nyebelin!" Saat Arin yang memahami bahasa wajah Tasya, ia langsung tertawa.
"Tapi gimana ngomongnya? Masa iya gue yang minta ke dia?" tanya Tasya yang sebenarnya hanya beralasan.
"Soal itu, tenang. Nanti gue yang coba ngomong sama Dika," ucap Arin sambil tersenyum miring.
Kini Tasya telah terjebak dalam permainan Arin yang memanfaatkan situasi bersama teman-teman cheers-nya. Ia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya pada Dika. Meski begitu, hati kecil Tasya memang ingin mengobrol dengan Dika.
Setelah Arin dengan geng cheers berbincang cukup lama, datang Rizky yang kini berada di kantin. Arin menatap Rizky dengan ketus. Ia kembali teringat dengan ucapan Rizky tadi pagi.
Sejak kecil, Rizky yang selalu melindungi dirinya disaat ada anak yang meledeknya atau pun berkata kasar. Namun kini Rizky berubah. Ia tidak lagi melindunginya, justru ia adalah orang yang mengatai dirinya dengan sebutan negatif. Mengingat kalimat itu saja membuat hati Arin semakin jengkel.
Rizky benar-benar tidak bisa dimaafkan. Kali ini Arin tidak perlu repot-repot lagi untuk menyelesaikan masalahnya dengan Rizky, karena ia sudah muak dan merasa masalahnya sudah selesai.
🎹 🎹 🎹
Eits! Tenang-tenang! Ceritanya belum selesai kok.
Tenang aja, chapter selanjutnya bakalan di upload malam ini. Dun worii!
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘Instagram: shabrinafhuzna
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina Ella
Teen FictionCOMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupakan anak dari seorang pianis dan penyanyi terkenal, Steffie Ella. Bakat musik bundanya menurun pada Arina dan membuatnya juga ingin menjadi p...