Pertandingan masih terus berlanjut. Lalu pluit kedua dari wasit terdengar. Skor berikutnya diberikan oleh lawan yang telah memasukkan bola pada ring. Terlihat wajah Dika yang kecewa karena skor lawan yang lebih tinggi dibandingkan dengan SMA Bangsa.
Lalu terdengarsorakan Tasya dari pinggir lapangan. "DIKA! DIKA! DIKA!"
Teriakkan Tasya membuat penonton yang lain ikut menyemangati Dika, begitu juga dengan Arin dan Rizky. Saat permainan berlanjut, semangat Dika kembali membara berkat dukungan perempuan yang ia sukai.
Dika bergerak dengan cepat dan lihai. Ia merebut bola basket dari lawan dengan mudah dan cepat. Dengan gerakan gesit, Dika bisa mencetak skor tinggi. Lalu saat permainan dimulai kembali, Dika melempar pada teman basketnya yang ia percayai dan akhirnya temannya bisa mencetak skor yang lebih tinggi.
Menit demi menit. Skor demi skor. Akhirnya SMA Bangsa bisa mengalahkan skor lawan. Pluit panjang ditiup oleh wasit, pertanda SMA Bangsa telah memenangkan pertandingan ini.
Arin dan Rizky sama-sama bangkit dan berteriak saat Dika menerima piala. Semua orang bertepuk tangan. Dengan girang Tasya bersama beberapa tim cheerleader lainnya merayakan kemenangan ini dengan salto ke belakang. Namun sayangnya, tim cheerleader SMA Bangsa kalah. Melihat Tasya yang sedikit kecewa, Dika memberikan piala pada coach-nya dan berlari kecil mendekati Tasya.
"Tasya, it's okay. Masih ada waktu lainnya buat tim cheerleader menang," ucap Dika sambil merangkul bahu Tasya.
"Lawan kali ini memang bagus gerakannya, jadi wajar saja menang," ucap Tasya yang sedikit lesu.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Dika.
"Yeah, I'm fine," jawab Tasya dengan senyum terpaksa.
Lalu tiba-tiba teman basket Dika menggotong dirinya. "C'mon Bro! We have to celebrate this!" Saat Dika berada di atas, ia berseru sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Dan di sinilah rencana Dika dimulai.
Dika memberi aba-aba pada tim basket yang menggotongnya untuk menjatuhkan badannya. Saat Dika jatuh, ia berpura-pura meringis kesakitan. "AARGHH!"
Tasya yang baru saja melakukan gerakan cheerleader panik saat melihat Dika sudah tidak ada di atas bahu teman-teman basketnya. Semua orang berkumpul di tengah lapangan untuk melihat keadaan Dika. Tasya yang berada di pinggir lapangan berlari ke tengah lapangan dengan cemas.
"Ky, kayaknya Dika mulai beraksi," ujar Arin sambil menyengir.
"Ayo ke tengah lapangan," ajak Rizky. Kemudian mereka berdua berlari ke tengah lapangan.
Tasya mencoba menerobos kerumunan orang-orang hingga akhirnya ia melihat Dika yang meringkuk kesakitan. Tasya langsung berjongkok untuk melihat keadaan Dika dari dekat. "Dik, lo nggak apa-apa?"
Dika menjawab dengan erangan sambil memeluk lututnya sendiri.
Tasya panik dan bangkit dari jongkok. "Arin, Rizky," panggil Tasya saat melihat mereka, "tolong ambil obat-obatan di UKS!" titahnya.
Tasya bingung dengan ekspresi Arin dan Rizky yang biasa saja dengan kecelakaan ini. Kini bola mata Arin bergerak seolah berkata pada Tasya: "Lihat ke bawah."
Tasya yang memahami gerak mata Arin akhirnya melihat ke bawah. Kini kaki Tasya menjadi kaku untuk digerakkan saat melihat Dika sedang berlutut di hadapannya. Tasya langsung menutup mulut dengan tangannya karena terkesima.
Semua orang yang masih berada di sekelilingnya langsung mengeluarkan ponsel dan membuat Instagram Story pada akun masing-masing, termasuk Arin dan Rizky.
"Tasya Rizka," panggil Dika yang kini menatap Tasya. "Aku tahu kita sahabatan. Tapi entah mengapa perasaan aku sudah mulai berubah sejak lama. Muncul perasaan sayang yang bukan hanya sekedar pada sahabat, namun lebih dari seorang sahabat."
Jantung Tasya kini berdebar dengan kerasnya.
Kemudian Dika melanjutkan. "Hari ini aku memang tidak membawa bunga atau pun cokelat seperti cowok-cowok pada umumnya. Tapi, apakah kamu mau menjadi pacar aku, Tasya Rizka?"
Tasya melepaskan tangannya dari mulutnya dan berkata, "Andika Fernando, a-aku-" semua orang tertuju pada Tasya karena menunggu jawaban. "Aku mau jadi pacar kamu," jawabnya sambil tersenyum.
"WHOAAHH!" seru Arin dan Rizky.
"CIEEE!" Cowok-cowok pun mulai mengeluarkan siulannya.
Dika bangkit dari posisi berlututnya dan memeluk Tasya dengan erat. Saat Tasya memeluk erat balik, lengan kokoh Dika mengangkat tubuh Tasya lalu memutar Tasya berulangkali.
"Oh my god, they both are cute," ucap Arin pada Rizky dengan wajah gemas.
"Ini pertama kalinya gue lihat Dika seromantis ini," ucap Rizky, "meskipun bunganya hilang, ya." Rizky dan Arin sama-sama terkekeh.
Saat pelukan Tasya dan Dika lepas, Arin menghampiri Tasya. "Tasya, congratulation baby!"
"Thank you," kemudian Tasya berbisik pada Arin, "and you both will be the next."
Arin menjauhkan telinganya dari Tasya dan menatap Tasya dengan bingung. "Both? Siapa?"
"Nggak usah pura-pura nggak ngerti deh, Rin." Tasya langsung melirik Rizky sebagai jawaban.
"Kamu tahu kan itu nggak bakalan terjadi," ucap Arin yang kemudian melihat ke arah Rizky yang sedang memberi selamat pada Dika.
"Kok gitu?" tanya Tasya dengan alis bertautan.
"Because we're just best friend," jelas Arin.
"Aku sama Dika juga sahabatan, kan?" timpal Tasya.
"Well-" ucapan Arin terpotong saat Rizky datang menghampiri Tasya.
"Akhirnya sahabat gue bisa jadian satu sama lain, ya," ucap Rizky pada Tasya.
"Hahaha, makasih, Ky," ucap Tasya sambil tersenyum riang.
Kemudian datang teman-teman cheers Tasya yang memberi selamat, begitu juga dengan teman-teman basket Dika.
Dari kejauhan, Arin melihat Keisha yang masih berada di pinggir tempat duduk penonton sambil melipat kedua tangannya. Ia menatap orang-orang yang memuji Dika dan Tasya dengan wajah sinis. What is wrong with her? batin Arin bertanya-tanya.
Kemudian pandangan Arin teralihkan saat Tasya memanggilnya.
"Kenapa Tasy?"
"Jangan menyendiri gitu dong, ayo sini foto bareng," ajak Tasya.
"Nggak-nggak, gue fotoin kalian berdua aja, deh," ucap Arin menolak halus.
"Jangan gitu dong, Rin. Even kita pacaran, kita bakal tetep sahabatan berempat, kok," ujar Dika. "Ya kan, Ky?" tanya Dika pada Rizky.
"Ya iya, lah! Awas aja kalau kalian terlalu sibuk berdua sampai-sampai ngelupain gue sama Arin," ancam Rizky dengan wajah bercanda.
Tasya dan Dika terkekeh bersama. "Nggak lah. Ayo Rin," ajak Tasya sekali lagi.
Kemudian Dika meminta salah seorang teman basketnya untuk mengabadikan momennya ini. Posisi Arin dan Rizky menghimpit Tasya dan Dika yang berada di tengah. Usai di foto, Arin melirik ke arah tempat dimana tadi Keisha berdiri. Namun, kini Keisha sudah tidak berada di situ.
🎹 🎹 🎹
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian yaaa
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina Ella
Teen FictionCOMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupakan anak dari seorang pianis dan penyanyi terkenal, Steffie Ella. Bakat musik bundanya menurun pada Arina dan membuatnya juga ingin menjadi p...