51. "What Did You Call me?"

995 38 0
                                    

"Lo bilang gue apa?!" seru Arin yang kini menatap Rizky tajam.

Rizky tersenyum sinis dan mendekati Arin juga Dika. "Gue bilang, lo cewek genit. Cewek murahan," jawab Rizky dengan enteng.

Arin tidak terima. Tanpa banyak bicara ia langsung menampar pipi Rizky dengan keras. "Sekali lagi lo manggil gue kayak gitu, gue bakal..." ucapannya terhenti karena ada perasaan mendesak di dadanya sehingga membuatnya menangis.

"Bakal apa? Bakal nampar gue lagi?" tanya Rizky dengan alis sebelah yang dinaikkan. "Tamparan lo nggak ada apa-apanya."

Pada posisi Dika sekarang ia tak bisa diam. Ia merasa perlu berbuat sesuatu karena Arin telah berbuat banyak untuk menyelesaikan masalah. Kini giliran Dika yang harus menyelesaikan ini. Kemudian Dika meninju bagian perut Rizky dan membuatnya meringis kesakitan. "Jaga omongan lo sama cewek!" bentak Dika.

Meski sedang kesakitan, Rizky masih memasang wajah senyum sinisnya. "Memang dia pantas mendapatkannya. Lo ngapain bela dia? Lo masih sayang sama cewek genit ini?" ucap Rizky sambil menunjuk Arin.

Lalu tiba-tiba tamparan kedua datang dari Tasya untuk Rizky. Arin terkejut saat Tasya yang tiba-tiba datang dan membelanya.

"Cukup, Ky!" bentak Tasya dengan lantang. "Gue muak sama keangkuhan dan kerasa kepala lo!"

Rizky menatap Tasya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak percaya dengan apa yang dilakukan padanya. "Lo dihasut apa, sih, sama Arin sampai lo jadi dipihaknya?" tanya Rizky. Rizky merasa kemarin Tasya berada di pihaknya, dan tiba-tiba saja sekarang Tasya sudah berada di pihak Arin.

"Coba aja lo bisa ngebuka sedikit aja hati lo buat dengerin penjelasan Arin. Kita tuh nggak akan berantem kayak gini," ucap Tasya yang kini emosi.

"Penjelasan apaan?" tanya Rizky yang meremeh. "Lo nggak liat tadi Arin pegang-pegang bahu Dika?"

Tasya menatap Arin dan Dika dengan wajah sedikit kecewa. Namun ia tidak boleh terbawa emosi. Tasya percaya dengan Arin. Ia yakin Arin tidak menyukai Dika. Tapi entahlah, apa Dika masih menyukai Arin?

Kemudian Tasya kembali menatap Rizky lalu berkata, "Gue percaya Arin. Pasti ada alasan kenapa dia kayak gitu."

"Lo bilang gue keras kepala, dan ternyata lo juga sama keras kepalanya," timpal Rizky.

Tanpa pikir panjang, Tasya menarik tangan Arin dan kemudian meninggalkan Rizky dan Dika.

"Lo kenapa sih, Ky? Ini bukan lo," ucap Dika yang menatap Rizky dengan alis bertautan.

"Get away from me," tukas Rizky dan langsung pergi meninggalkan Dika.

🎹

Kini Tasya sedang berjalan di lorong sekolah. "Arin," panggilnya ketika Arin masih menangis, "kita ke toilet aja ya."

Arin mengangguk lemah, lalu mereka pergi ke toilet. Di depan wastafel Arin membasahi seluruh wajah dengan air, berharap dirinya bisa sedikit tenang dengan air dingin. Ketika sudah merasa tenang sedikit, Arin menghadap Tasya yang sedang berdiri di sampingnya. "Tasya," panggilnya.

Tasya menoleh. "Kenapa, Rin?"

"Soal tadi gue megang bahu Dika, gue cuma berusaha menguatkan dia. Gue nggak ada maksud lain," ucap Arin dengan lemah.

Tasya tersenyum tipis. "Ya, gue percaya." Arin tahu raut wajah Tasya itu. Ia yakin ada sedikit keraguan dari Tasya.

Kemudian Arin kembali meyakinkan Tasya. "Gue nguatin dia karena dia lagi coba berusaha buat ngomong dan jelasin semua ke lo, Sya."

"Gue nggak tahu. Gue belum siap dengerin penjelasan apa pun dari dia," ucap Tasya dengan lesu.

"Kalau lo belum siap, nggak apa-apa," ucap Arin sambil tersenyum, "semua ditangan lo. Lo berhak nolak."

Lalu keduanya sama-sama menghadap cermin dan melihat satu sama lain lewat cermin. Tiba-tiba Arin terngiang suara Rizky yang tadi telah memanggil dirinya dengan sebutan cewek genit dan murahan. Ia pun kembali pada emosinya.

Melihat Arin yang marah, Tasya langsung menasehatinya. "Omongan Rizky jangan dimasukin ke hati, Rin."

"Lo denger kan tadi dia ngatain gue apa? Gue dibilang cewek genit, murahan! Gue sakit hati, Tasy," ucap Arin dengan nada yang tinggi.

Tasya kini tidak tahu harus berkata apa-apa. Dengan segera ia pun memeluk Arin dengan erat. Dalam pelukan Tasya, Arin kembali menangis. "Oh Arin," ucapnya dengan lemah namun masih berusaha untuk menguatkan Arin.

Tiba-tiba bel masuk kelas berdering dan membuat mereka saling melepas pelukan. Arin menyeka air matanya dan berkata dengan lemah. "Ayo ke kelas."

"Are you sure you okay?" tanya Tasya dengan wajah prihatin pada Arin.

Sebenarnya Arin ingin sekali menelepon Pak Pram dan memintanya untuk menjemput di sekolah. Namun, ia tidak ingin menjadi anak manja yang membolos hanya karena masalah ini.

Tidak, batin Arin menegaskan dirinya. Kemarin dirinya sudah membolos dan ia takkan melakukannya lagi, meski sebenarnya ia lelah dengan semua drama ini.

"I try," jawab Arin dengan memasang senyum terpaksa. "Ayo," pinta Arin lagi. Tasya pun mengangguk lemah.

"Perlu gue antar lo ke kelas?" tawar Tasya.

"Nggak usah, nggak apa-apa. Gue bisa sendiri," ucap Arin yang berusaha membuat Tasya untuk tidak mengkhawatirkannya.

"Oke," ucap Tasya yang percaya pada Arin.

🎹

Saat dirinya dan Arin keluar dari toilet, tiba-tiba seseorang telah menarik tangannya. Tasya terkesiap saat melihat Dika yang sedang memegang tangannya. "Aku mau ngomong," pintanya.

Melihat ini membuat Arin sedikit canggung berada di antara mereka. "Umm, gue ke kelas duluan ya," ucap Arin yang kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelah melihat Arin pergi, Tasya kembali menatap Dika. Wajah itu membuat Tasya semakin merindukan Dika. Kemudian Tasya mengerjap untuk menyadarkan dirinya dari lamunan. "Kita nggak bisa ngomong. Udah bel masuk, Dik," ucapnya beralasan.

Tasya masih belum siap untuk membicarakan hal apa pun dengan Dika.

"Please, Sya," ucap Dika yang memohon dengan sangat.

"I can't," ucap Tasya yang merunduk.

"Kenapa?" tanya Dika.

"Karena aku belum siap menerima keyataan kalau kamu masih sayang sama Arin," ucap Tasya dengan lega karena telah mengeluarkan perasaan mengganjalnya pada Dika.

Dika berjalan mendekat hingga kini tubuh mereka jaraknya sangat dekat. Lalu Dika memegang kedua bahu Tasya dan berkata, "Arin dan aku udah nggak ada apa-apa lagi, Sya."

Dengan segera Tasya menyingkirkan tangan Dika dari bahunya, "Aku nggak bisa." Entah mengapa air mata jatuh melewati pipi Tasya. Sambil menyeka pipi, Tasya berjalan cepat menjauh dari Dika.

🎹 🎹 🎹

Heyoo. Siapa nih yang udah follow IG nya dari visualisasi Arina Ella? Namanya Jasmin Aka Jusuf!

 Siapa nih yang udah follow IG nya dari visualisasi Arina Ella? Namanya Jasmin Aka Jusuf!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow ya
@ faithincuteness

Dan jangan lupa juga follow IG Shab juga  biar tau update an terbaru shab huehehe @ shabrinafhuzna

Luff yaa,
Shabrina Huzna😘

Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang