3. Their Secret

2.5K 88 3
                                    

Ternyata sakit juga bila mengunci hati ini terlalu lama.

-Arina Ella-

🎹 🎹 🎹

Jam tiga tepat bel sekolah berbunyi. "Oke semua, jangan lupa PR kalian dikumpulkan hari Rabu." Setelah itu guru ekonomi meninggalkan kelas. Semua murid-murid kini memasukkan buku mereka ke dalam tasnya.

Arin kebingungan melihat Dika yang belum memasukkan buku-bukunya. Dika sibuk membuka setiap halaman pada buku paket ekonomi. "Hei! What's wrong?" tanya Arin.

"Hah? Nggak, Rin," jawab Dika singkat.

"PR ekonomi, ya?"

"Huuuhh," Dika mengacak-acak rambutnya, "susah banget, sih!"

"Gimana kalo ngerjain PR di rumah gue besok sore?" tawar Arin.

"Nggak deh, Rin." Ada suatu hal yang membuat Dika enggan ke rumah Arin.

Dik, maafin gue. Gue tau kenapa lo nggak mau main ke rumah gue. Gue cewek paling jahat sedunia. Maafin gue soal kejadian yang udah lama itu, ujar Arin dalam hati yang tidak sadar kini menggigit bibir bawahnya.

"Lo nggak mau ke rumah karena kejadian waktu dulu, ya?" tanya Arin dengan sedikit ragu. "Maaf ya, Dik. Lo masih marah?" Kini Arin merundukkan kepalanya.

"Enggak, Rin," Dika menyentuh bahu Arin sambil tersenyum, "nggak ada sangkut pautnya sama itu, kok. Gue udah maafin lo." Kini mereka berdua sama-sama bungkam.

"Tapi lo nggak pernah ngasih tahu Rizky dan Tasya, kan?" tanya Dika memastikan.

Arin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi pasti mereka bakal tahu. Segala rahasia yang diumpetin pasti bakal ketahuan."

Wajah Arin terlihat pucat. Yang ada dipikiran Arin sekarang hanyalah dosa terbesar yang Arin lakukan kepada Dika, juga dosanya kepada Rizky dan Tasya karena tidak memberitahukan rahasianya.

Tak lama Dika menarik bukunya dan melanjutkan membahas PR, karena sepertinya suasana sedikit menegang setelah membahas masa lalu. "Emang lo bisa ngerjain PR ini?" tanya Dika, karena Dika tahu Arin adalah orang yang sangat cuek dengan sekolah.

"Nggak bisa, sih. Tapi kayaknya Bokap gue punya buku-buku tentang ini."

"Ya sudah, deh. Kita kerjain bareng entar," kata Dika memutuskan.

"Nggak apa-apa di rumah gue?" tanya Arin. Lalu Dika menjawabnya dengan anggukan.

Tiba-tiba seseorang memanggil Arin dari depan kelas. "Arina Ella, udah belom? Jadi nebeng sama gue?"

"Eh, Rizky," ucap Arin ketika melihat Rizky. "Udah kok. Jadi-jadi," kata Arin sambil menaruh tasnya di punggung. Arin berjalan mundur sambil bertanya pada Dika, "So, besok ya?"

"Sip, see you tomorrow," jawab Dika.

"Arin, ayo!" seru Rizky.

"Iya-iya." Arin berlari keluar dari kelas.

"Dik, gue sama Arin duluan ya," ujar Rizky pada Dika dari depan kelas, "bye Bro!"

Saat Arin dan Rizky meninggalkan Dika di kelas sendirian, Dika membuka buku catatan. Dalam buku catatan itu terdapat foto-foto dirinya bersama Arin, Rizky, dan Tasya saat berlibur di pantai. Dulu mereka menyewa vila untuk merayakan kelulusan SMP.

Selain foto mereka berempat, terdapat juga foto yang lebih besar, yaitu foto dirinya berdua dengan Arin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain foto mereka berempat, terdapat juga foto yang lebih besar, yaitu foto dirinya berdua dengan Arin.

Dika teringat saat ia masih berpacaran dengan Arin. Ia juga teringat saat Arin mengakhiri hubungan dengannya. Begitu menyakitkan bagi Dika karena Arin memintanya untuk putus tanpa alasan yang jelas. Dika langsung memejamkan matanya sambil menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan.

Tiba-tiba, "Dika?" Tasya masuk ke dalam kelas dan menghampiri Dika, "Lo kenapa?"

Dengan sekejap, Dika menarik tangan dari wajahnya dan menaruhnya di atas kepalanya. Dika menggaruk-garuk kepalanya, "Ini... Umm... PR ekonominya susah banget," alibi Dika.

"Oh, andai gue bisa bantu," ucap Tasya karena dirinya jurusan IPA yang tidak mengerti soal ekonomi.

Dika menatap Tasya sambil tersenyum, "Nggak usah, nggak apa-apa, kok. Mungkin lo bisa bantu gue dipelajaran lain."

"Oke." Terlihat langsung wajah cerianya juga malu-malu. "Oya, bye the way, Arin mana?"

"Baru aja pulang," jawab Dika.

"Oalah. Ya udah, deh. Gue pulang duluan ya, Dik." Tasya pun pergi dari kelas Dika.

🎹

Di tempat parkir motor, Arin dan Rizky sedang berjalan. Lalu Rizky bertanya, "Tadi lo ngomong apa sama Dika? Kok, muka Dika lesu gitu?"

"Nggak apa-apa. Cuma..." jantung Arin mulai berdegup dengan kencangnya, "Umm... Stres sama ekonomi, tuh." Arin terpaksa berbohong.

"Oh, kirain gue ada apa-apa," kata Rizky sambil memberikan helm kepada Arin.

Saat perjalanan, Arin mulai kesal dengan dirinya sendiri. Pasti Dika tahu kenapa dulu gue mutusin dia: karena gue masih suka sama Rizky. Duuh, kenapa sih harus punya perasaan sama Rizky?

Arina Ella, remember! You're just his best friend, not more!

Gue kira, dengan gue pacaran sama Dika, semua perasaan gue ke Rizky bisa hilang, padahal nyatanya nggak.

Gue cewek jahat, cewek kejam! Maafin gue Dika. Gue juga nggak mau nyakitin hati Tasya karena insting gue bilang kalo Tasya suka sama elo, Dik. Andai gue ahli dalam nyomblangin orang, sayangnya gue nggak ada bakat dalam hal kayak gitu, ucap Arin dalam hatinya.

"Arin? Kok diem, sih? Udah sampai, nih!" seru Rizky menoleh ke belakang.
"Hah?" Arin tersadar bahwa dirinya melamun sepanjang perjalanan. Dengan segera Arin turun dari motor dan melepaskan helmnya. "Nggak mampir dulu ke rumah?" tawar Arin.

"Nggak, ah. Gue langsung cabut, ya."

"Oke deh. Hati-hati."

Kemudian Arin berjalan menuju pintu rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian Arin berjalan menuju pintu rumahnya. Dalam hatinya Arin berkata, sampai kapan gue dan Dika bisa sembunyiin ini dari Rizky dan Tasya? Semoga saja hal ini bisa gue sembunyiin selamanya. Maaf ya Rizky, Tasya.

🎹 🎹 🎹

Unchh, lanjut lagi nggak, nih? ((:
V o t e nya yaa jangan lupa yaa.

Much loves,
Shabrina Huzna😍

Instagram: shabrinafhuzna

Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang