53. Fix the Next Problem

1K 35 0
                                    

Ini kali pertama ku sangat sulit memaafkanmu.

-Arina Ella-

🎹 🎹 🎹

Usai dari kantin, Arin kembali ke kelas. Ketika tiba di kelas, Arin terkejut karena melihat Dika yang sudah tiba di kelas lebih dulu. "Kok, lo udah di kelas sih? Tadi kan masih di kantin."

Dika mendengkus keras. "Telinga gue panas pas di kantin karena kalian ngomongin gue."

Arin menyengir. "Guess what?" Dika menaikkan alisnya sebelah. "Tasya mau ngomong sama lo!"

"Kamu bercanda," ucap Dika mengacuhkan Arin.

"Gue serius!" seru Arin.

Kemudian Dika menatap Arin dan benar wajah Arin Arin tampak serius. "Ya Tuhan, thank you, Rin!" seru Dika yang kini hendak memegang bahu Arin.

Lalu dengan cepat bahu Arin menghindar dari tangan Dika. "Eits! Ingat kejadian tadi pagi Rizky marah?" ucap Arin yang memperingatkan Dika.

"Oh, iya. Gue lupa." Kemudian Rizky menarik tangannya dan menaruhnya di saku celana.

Kemudian Arin kembali pada topik sebelumnya. "Jadi kapan rencana mau ngomong?"

"Usai gue latihan basket dan dia latihan cheers, mungkin," jawab Dika dengan ragu-ragu.

"Kok mungkin?" Arin melipat kedua tangannya di depan dada.

"Karena kalo habis latihan pasti dia capek dan akhirnya malas buat dengerin penjelasan gue," jelas Dika.

"Justru karena habis latihan, treat her. Something to eat, maybe," usul Arin.

"Bener juga. Oke, deh. Lo bisa kasih tahu ke dia buat ketemuan sama gue habis latihan?" tanya Dika.

Kemudian Arin mengangkat kedua tangannya di samping dan membuka kedua telapak tangannya. "Tugas gue udah selesai di sini. Lo, lah yang bilang ke dia."

"Ayo lah, Rin," pinta Dika memohon.

"Lo kenapa jadi gini, sih? Lo gugup?"

"Gue takut entar salah ngomong," ucap Dika.

"Come on! Be a gentle!" seru Arin yang kemudian menjauh dari Dika dan duduk di kursinya. Lalu seketika ponsel disakunya berdering. Ayah meneleponnya. Arin pun mengangkat.

"Iya, Yah?"

"Arina, Ayah ada rapat mendadak di luar kota dan Ayah butuh Pak Pram buat nganterin Ayah," jelas ayah dari seberang telepon.

"Lho? Terus Arin di antar siapa pas nanti pulang?" Kemudian Arin berbisik sambil celingak-celinguk melihat sekitarnya, "Arin nggak mau kalau Ayah minta tolong Rizky buat antar Arin."

"Hmm. Bagaimana dengan temanmu, Dika?" tanya ayah.

Mana mungkin Arin meminta tolong Dika. Bila Tasya melihatnya digonceng oleh Dika, yang ada masalah akan semakin rumit. Kemudian Arin pun menjawab. "Dika ada latihan dan setelah latihan ada janji sama pacarnya," jelas Arin sambil tersenyum jahil pada Dika.

Dika mengerutkan dahinya saat melihat tatapan Arin dan mendengar percakapannya.  "Lo ngomong sama siapa?" desak Dika

Arin menghiraukan Dika dan kembali fokus pada telepon ayahnya. "Jadi, Arin diantar siapa?"

"Umm, bagaimana dengan Tante Lita?" tawar ayah. "Kalau kamu keberatan, Ayah—"

Dengan mantap Arin langsung menjawab. "Tante Lita aja, Yah. Arin nggak apa-apa." Entah mengapa ia merasa masalah selanjutnya yang harus ia selesaikan adalah hubungan ayahnya dengan Tante Lita. Mungkin ini adalah momen yang tepat untuk bertanya-tanya pada Tante Lita langsung soal hubungannya dengan ayah.

Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang